TRIBUNNEWS.COM - Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi turut menanggapi soal kehadiran relawan dalam lingkup politik.
Menurut Burhan, hadirnya fenomena relawan politik seperti pada jaman pencalonan presiden Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebelumnya.
Relawan ini, kata Burhan akhirnya berhasil membawa Jokowi pada kemenangan dalam Pemilihan Presiden (Pilpres 2014).
Bahkan juga pada saat pencalonan Jokowi di Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI Jakarta tahun 2012.
Hal tersebut disampaikan oleh Burhan dalam acara Satu Meja The Forum segment 1 dengan tema "Apakah Gerakan Relawan Inisiatif Publik Atau Strategi Politik?" yang disiarkan secara virtual melalui Kompas Tv, Jumat (5/11/2021).
Baca juga: Politikus PDIP: Penunjukan Muhadjir Tangani Covid Tidak Terkait Skandal Bisnis PCR
Baca juga: Safari Politik di Jateng, Zulkifli Hasan Promosikan UMKM Lokal
"Sebenarnya (fenomena hadirnya relawan) relatif mulai marak terutama sejak Pilkada DKI 2012 sama Pak Jokowi dan Ahok maju bertarung untuk memperebutkan posisi nomor satu di DKI Jakarta dan berhasil dan eksperimen tersebut dilanjutkan di Pilpres 2014," kata Burhan.
Burhan mengatakan adanya fenomena relawan politik ini memang harus diakui powernya.
Kendati demikian, Burhan menilai dalam fenomena tersebut terjadi tarik menarik dengan partai yang mengusungnya, PDI Perjuangan.
"Meskipun kalau kita lihat fenomena 2012 dan 2014 itu memang harus diakui fenomena relawan politik yang mengusung Pak Jokowi saat itu, itu bagian dari tarik-menarik internal PDI Perjuangan. Saat itu yang belum tuntas memutuskan siapa yang akan maju, apakah bu Megawati ataukah Pak Jokowi dari Solo ke Jakarta dan maju di 2014," jelas Burhan.
Hingga pada akhirnya, eksperimen yang berhasil itu di duplikasi oleh banyak relawan dengan tujuan yang beragam.
Baca juga: Sebut Oligarki dan Dinasti Politik Merajalela, Farhat Abbas Tawarkan Partainya Jadi Alternatif
"Eksperimen yang berhasil membawa Pak Jokowi terpilih di 2014 sebagai capres dan akhirnya terpilih sebagai presiden, itu kemungkinan menarik minat dari banyaknya tokoh saat ini," tambah Burhan.
Hadirnya relawan ini, kata Burhan, sepertinya memang ingin memberi kesan kepada publik bahwa tokoh-tokoh tersebut didukung oleh arus bawah.
"Jadi memang tidak bisa dipisahkan dari keberhasilan politik sebelumnya, tetapi saya tidak ingin mengatakan bahwa mereka itu murni dari (kalangan) bawah. Pasti ada tarik menarik antara aspirasi elite dengan bawah. Meskipun koneksi dengan elitenya tidak bisa diabaikan."
"Ini bisa alamiah bisa by desain atau mix, kalau alamiah pasti tidak berhenti dideklarasi. Kalau alamiah pasti akan menimbulkan efek waw, dan ada kerja-kerja politik konkrit," kata Burhan.
Menurut Burhan, pada kasus pilpres Jokowi tahun 2012 dan 2014, ada banyak sisi alamiahnya.
"Sudah banyak yang nulis, misalnya mas Wahidi yang menulis terkait dengan fenomena relawan politik Pak Jokowi saat itu. Tetapi kalau sekarang tidak alamiah, tetapi ada unsur political engineering dari elite."
Baca juga: Darmawan Prasodjo Ungkap Karakter Jokowi yang Mempengaruhi Karakter Pembangunan di Indonesia
"Ada upaya untuk mengensankan hadirnya dukungan dari bawah kemudian dibentuklah relawan-relawan politik."
"Sepanjang yang saya ikuti, kebanyakan relawan politik itu berhenti di deklarasi. Kalu tidak ada follow up-nya, ya hanya itu sekedar political engineering , yakni untuk mencari suara lebih luas," terang Burhan.
Aksi Relawan Dukung Tokoh
Fenomena relawan saat ini sedang banyak terjadi, terutama menuju Pilpres 2024 mendatang.
Mengutip Tribunnews.com, Jumat (5/11/2021) sejumlah relawan mulai mendeklarasikan calon presiden (capres) yang ingin diusung di 2024 nanti.
Pada pilpres kali ini, dukungan relawan yang cukup mencuri perhatian yakni deklarasi kepada Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo.
Baca juga: Gerindra Terkejut Ada Relawan Deklarasikan Prabowo-Puan Jadi Capres-Cawapres 2024
Selain relawan Ganjar, relawan lain juga hadir mendukung Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan hingga Menteri Pertahanan, Prabowo Subianto menjadi Capres 2024.
Terbaru, kini muncul deklarasi dukungan mengusung Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan.
Deklarasi bernama Sahabat Luhut for Presiden RI 2024 itu diusung sejumlah warga Medan, Kamis (28/10/2021).
Ketua Sahabat Luhut for Presiden RI 2024, Toni Togatorop menyebut deklarasi itu sebagai bentuk dukungan masyarakat terhadap Menko Marves itu
Menurut Toni, sosok Luhut cocok untuk untuk meneruskan kepemimpinan Joko Widodo.
Bahkan, Toni mengaku, pihaknya mendapat dorongan dari Tuhan untuk mendukung Luhut sebagai presiden selanjutnya.
Baca juga: Petinggi PKN Selalu Diskusikan Langkah Politik ke Anas Urbaningrum yang Akan Bebas Tahun Depan
Tanggapan Pengamat
Direktur eksekutif Political and Public Policy Studies (P3S) Jerry Massie menilai seorang tokoh yang didukung para relawan tanpa adanya partai, itu sangat berat.
"Tanpa ada kendaraan politik bagi capres terlalu berat. Cawapres saja belum tentu dia lolos," kata Jerry dikutip dari Tribunnews, Jumat (5/11/2021).
Seperti halnya Anies Baswedan yang baru saja dideklarasikan pendukungnya sebagai capres 2024.
Belum lagi, kata Jerry, Anies bersaing dengan nama-nama lain yang sudah lebih dulu keluar di publik.
Seperti Prabowo Subianto, Airlangga Hartarto, Puan Maharani, hingga Agus Harimurti Yudhoyono.
"Saya kira Anies bakal sulit lantaran dia tak punya partai seperti Prabowo punya Gerindra, Puan Maharani (PDI-P) bahkan Agus Harimukti (AHY) yang punya Demokrat. Jadi Anies mirip Ganjar yang terganjal parpol pengusung," terang Jerry.
Kendati demikian, hal ini sah-sah saja untuk dilakukan.
"Kalau deklarasi sah-sah saja siapa pun dia bisa mendeklarasikan maju sebagai capres atau tak ada yang melarang. Ini bagian curi start awal juga," ujarnya.
(Tribunnews.com/Galuh Widya Wardani/Shella Latifa A/Reza Deni)