TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) kerap dipandang remeh oleh sejumlah pihak terkait kiprah di forum internasional.
Sebelumnya Jokowi seringkali absen dan hanya diwakili oleh pejabat tinggi lainnya. Padahal Indonesia merupakan negara yang cukup diperhitungkan oleh dunia.
Penduduk Indonesia terbesar keempat di dunia, dijuluki negara demokrasi terbesar ketiga, dan negara berpenduduk muslim terbesar di dunia.
Indonesia juga menjadi anggota G20 yang menentukan percaturan dunia.
Jokowi hadir dalam KTT G20 di Roma, Italia, dalam rangkaian lawatan ke konferensi perubahan iklim (COP26) di Glasgow, Inggris.
Jokowi menerima serah terima presidensi G20 yang akan dijabat oleh Indonesia setahun ke depan.
Jabatan yang prestisius tersebut memberikan pengaruh penting bagi Indonesia secara internasional.
Baca juga: Lembaga Survei Y-Publica Simulasi Capres-Cawapres: Prabowo-Puan Unggul Tipis atas Ganjar-Airlangga
Demikian pula dengan isu perubahan iklim, di mana Indonesia memiliki hutan tropis terbesar, serta berbagai isu menyangkut deforestasi, minyak sawit, hingga nikel dan batubara.
Seiring dengan kepercayaan dunia terhadap Indonesia, temuan survei Y-Publica menunjukkan tingkat kepuasan publik terhadap kinerja pemerintahan Jokowi bertengger di kisaran 70 persen.
Sedikit turun dari survei sebelumnya pada Maret 2021 yang mencapai di atas 80 persen.
Tetapi di tengah situasi pasca-gelombang kedua pandemi Covid-19 yang meremukkan berbagai sektor perekonomian, tingginya kepuasan tersebut menunjukkan kepercayaan terhadap Jokowi tak hanya datang dari dunia, namun juga dari dalam negeri.
“Dipercayai oleh dunia sebagai presidensi G20 dan isu perubahan iklim, tingkat kepuasan publik terhadap Jokowi mencapai 70,3 persen,” kata Direktur Eksekutif Y-Publica Rudi Hartono, dalam keterangan tertulis, Sabtu (13/11/2021).
Sementara itu tingkat ketidakpuasan sebesar 24,6 persen, dan sisanya tidak tahu/tidak jawab 5,1 persen.
Dampak dari penerapan PPKM masih dirasakan oleh masyarakat, terlihat pula dari rendahnya pertumbuhan ekonomi kuartal III/2021 yang hanya sebesar 3,51 persen (yoy).
Menurut Rudi, pemerintah harus bisa memanfaatkan momentum kepercayaan dunia kepada Indonesia, khususnya untuk mengakselerasi perekonomian pasca-pandemi.
Di sisi lain ancaman gelombang ketiga masih menghantui, lebih-lebih menjelang libur Natal dan Tahun Baru.
“Selama ini terbukti Jokowi berhasil menyeimbangkan antara masalah kesehatan dengan perekonomian, di mana Indonesia mengalami pemulihan yang lebih cepat dibandingkan dengan negara-negara tetangga,” pungkas Rudi.
Survei Y-Publica dilakukan pada 1-7 November 2021 terhadap 1200 orang mewakili seluruh provinsi di Indonesia.
Data diambil melalui wawancara tatap muka terhadap responden yang dipilih secara multistage random sampling. Margin of error ±2,89 persen, tingkat kepercayaan 95 persen.