TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemerintah terus berupaya menyediakan obat-obatan Covid-19 menjelang periode libur Natal dan tahun baru (Nataru) 2022. Ada beberapa jenis obat yang tengah diusahakan ketersediannya. Salah satunya Molnupiravir.
Menurut Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin, obat produksi perusahaan farmasi Amerika Serikat, Merck itu diharapkan tiba di Indonesia pada akhir 2021 ini dan akan digunakan mulai tahun depan.
Pemerintah sedang memproses pembelian obat yang diklaim mampu mencegah gejala parah atau kematian akibat Covid-19 hingga paling tidak 50 persen.
Budi bersama Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan telah mengunjungi Merck & Co di Amerika Serikat, produsen Molnupiravir, pada Oktober lalu untuk membahas rencana pembelian obat tersebut.
"Kami juga melaporkan dari obat-obatan, Molnupiravir diharapkan akhir tahun ini (Desember 2021) sudah bisa tiba di Indonesia dan kita sudah siap digunakan tahun depan," kata Budi dalam keterangan pers virtual usai menjalani rapat terbatas yang dipimpin Presiden Jokowi, Senin (15/11/2021).
Dijelaskan Budi, dalam hasil interim analysis yang dipublikasikan Merck, Molnupiravir mampu mengurangi risiko perawatan rumah sakit bagi pasien Covid-19 bergejala ringan hingga 50 persen.
Baca juga: Obat Covid-19 Molnupiravir Direncanakan Tiba Desember Ini, Menkes: Harga Di Bawah Rp 1 Juta
Rencana membeli Molnupiravir sebelumnya juga sempat disampaikan Budi dalam rapat kerja Komisi IX DPR, Senayan, Jakarta, Senin (8/11/2021).
Budi mengatakan, Indonesia akan membeli 600.000 hingga 1 juta pil Molnupiravir.
"Rencananya kita akan beli dulu sementara 600.000 sampai 1 juta tablet bulan Desember," kata Budi.
Harga obat itu kata Budi di bawah Rp 1 juta.
"Antara 40 sampai 50 US dolar jadi nggak terlalu mahal, di bawah satu juta," kata Budi.
Ia memaparkan obat ini diperuntukan bagi pasien dengan gejala ringan sampai sedang.
Setiap pasien akan diberikan Molnuvirapir selama 5 hari, dimana sehari meminum 8 tablet sehingga satu pasien bergejala Covid-19 ringan sampai sedang membutuhkan 40 tablet.
"Hasil uji klinis di luar negeri, pasien yang diberikan obat ini 50 persen bisa tidak masuk ke rumah sakit," ungkapnya.
Walau obat tersebut dipastikan segera tersedia di Indonesia, Budi berharap tak ada lonjakan kasus corona di akhir tahun hingga awal 2022 nanti.
"Mudah-mudahan tidak ada gejolak. Kalau, toh, ada gelombang baru kita siap dengan obat-obatan," katanya.
Budi mengatakan penggunaan Molnupiravir juga masih harus menunggu izin guna darurat atau Emergency Use Authorization (EUA) dari badan pengawas obat Amerika Serikat (Food and Drug Administration/FDA).
Menurutnya, izin tersebut diperkirakan bakal terbit pada Desember 2021.
"Diharapkan awal Desember ini juga sudah keluar dari sana," katanya.
Selain mengupayakan Molnupiravir, Kemenkes juga terus mengkaji jika ada alternatif serupa tablet tersebut yang mampu mengurangi risiko individu yang terinfeksi Covid-19 untuk dirawat di rumah sakit.
"Kami akan terus bekerja sama dengan BPOM untuk mengkaji alternatif obat ini," kata Budi.(tribun network/yud/dod)