News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Virus Corona

Epidemiolog Sebut Varian Baru Omicron 500 Persen Lebih Menular Dibanding Virus Corona Awal

Penulis: Shella Latifa A
Editor: Tiara Shelavie
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Protein lonjakan Omicron dengan mutasi baru terlihat dalam warna merah, biru, emas dan hitam. - Epidemiologi dari Griffith University, Dicky Budiman sebut varian baru Omicron 500 persen lebih menular dibanding virus Covid-19 awal.

Lebih lanjut, Maria mengatakan, Omicorn atau B.1.1.529 diklasifikasikan sebagai varian yang perlu diperhatikan karena sifatnya yang memiliki jumlah mutasi besar.

Di beberapa mutasinya pun memiliki karakteristik yang mengkhawatirkan.

Selain itu, Varian Omicorn B.1.1.529 ini juga lebih menular, lebih ganas, serta lebih mahir menghindari tindakan kesehatan masyarakat, termasuk vaksin dan terapi.

Baca juga: Apa Itu Omicron? Varian Covid-19 yang Terdeteksi di Afrika Selatan, Tak Bisa Dilawan Vaksin Saat Ini

"Omicorn B.1.1.529 diklasifikasikan sebagai varian yang perlu diperhatikan karena memiliki beberapa sifat yang memprihatinkan. Varian ini memiliki jumlah mutasi yang besar, dan beberapa mutasinya ini memiliki beberapa karakteristik yang mengkhawatirkan," terang Maria.

Maria menambahkan, kini WHO masih terus meneliti varian baru ini.

Namun dibutuhkan waktu berminggu-minggu untuk memahami varian baru Covid-19 tersebut.

Maria pun meminta Afrika Selatan dan negara lainnya untuk bisa mengkarakterisasi varian Omicorn B.1.1.529 ini dalam hal penularannya.

Baca juga: Varian Omicron Asal Afrika Selatan Punya Penularan 400 Persen Lebih Cepat dari Varian Delta

Seperti tingkat keparahannya, dampaknya, hingga bentuk tindakan pencegahannya.

"Ada banyak tugas yang harus dikerjakan di Afrika Selatan dan di negara lain untuk mengkarakterisasi varian itu sendiri dalam hal penularan."

"Dalam hal tingkat keparahan dan dampak apapun pada tindakan pencegahan kami, seperti penggunaan terapi diagnostik atau vaksin,"pungkasnya.

(Tribunnews.com/Shella Latifa/Faryyanida Putwiliani/Aisyah Nursyamsi)

Baca berita lainnya soal Virus Corona.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini