News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Kaleidoskop 2021

Kaleidoskop 2021 - Fenomena Astronomi: Gerhana Bulan Total, Hujan Meteor Orionid, Nadir Ka'bah

Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Daryono
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Fenomena Gerhana Bulan Sebagian 19 November 2021 - Berikut ini kaleidoskop fenomena astronomi 2021: Kuartet Konjungsi, Gerhana Bulan Total, Hujan Meteor Orionid, hingga Nadir Ka'bah.

TRIBUNNEWS.COM - Berikut ini kaleidoskop yang membahas 9 fenomena astronomi 2021.

Terdapat berbagai fenomena astronomi yang terjadi sepanjang 2021.

Beberapa fenomena tersebut adalah Gerhana Bulan, Gerhana Matahari Total, Gerhana Matahari Sebagian, Hujan Komet, dan lain-lain.

Ada fenomena yang hanya bisa diamati dari negara lain, dan beberapa bisa diamati dari Indonesia. 

Apa saja fenomena astronomi yang terjadi pada 2021?

Simak rangkuman berikut ini.

Baca juga: Kaleidoskop 2021 - 7 Bencana Alam Sepanjang Tahun: Banjir Malang, Gempa Bali, hingga Erupsi Semeru

Kaleidoskop Fenomena Astronomi 2021

1. Kuartet Konjungsi Bulan-Jupiter-Venus-Saturnus

Fenomena planet Jupiter-Venus-Saturnus membentuk konjungsi pada tanggal 9 - 12 Februari 2021.

Bulan bergerak menghampiri konjungsi ketiga planet tersebut sehingga membentuk kuartet konjungsi.

Fenomena tersebut dapat diamati selama 30 menit dari arah timur tenggara.

Kecerlangan masing-masing planet dan bulan yaitu Venus (-3,88), Jupiter (-1,95), Saturnus (+0,65), Bulan (-4,36).

2. Gerhana Bulan Total

Fenomena gerhana bulan total Super Blood Moon saat terlihat pada pukul 20.53 Wita dari Pelataran Masjid Baitul Muttaqien Islamic Center, Jalan Slamet Riyadi, Kota Samarinda, Kalimantan Timur, Rabu (26/5/2021). Peristiwa ini langka karena gerhana bulan total merah saat Waisak hanya terjadi 195 tahun sekali. Tribun Kaltim/Nevrianto Hardi Prasetyo (Tribun Kaltim/Nevrianto Hardi Prasetyo)

Fenomena Gerhana Bulan Total terjadi pada 26 Mei 2021 lalu.

Gerhana Bulan Total terjadi karena posisi Bulan berada dekat dengan Bumi (Peridee), maka Bulan akan terlihat lebih besar dari fase-fase purnama biasa, sehingga disebut dengan Super Moon.

Fenomena Blood Moon ini hanya terjadi saat fase bulan penuh dan mengalami Gerhana Bulan Total (GBT) ketika Bumi bergerak di antara Bulan dan Matahari yang ketiganya berada pada posisi garis lurus.

Proses berlangsungnya Supermoon terjadi selama 3 jam 8 menit 12 detik.

Sementara, durasi totalitas Supermoon berlangsung dalam 18 menit 28 detik.

3. Gerhana Matahari Cincin

Gerhana Matahari Cincin di sebagian belahan bumi pada 10 Juni 2021.

Sayangnya, Indonesia tidak dapat menyaksikan fenomena ini.

Gerhana Matahari Cincin hanya dapat disaksikan di Kanada, Greenland barat laut, dan Siberia timur laut.

Fenomena Gerhana Matahari Cincin terjadi karena Bulan menutupi sinar matahari dan berada di posisi yang jauh dari Bumi, sehingga Bulan tidak dapat menutupi cahaya Matahari secara penuh.

Cahaya matahari yang berada di luar garis Bulan kemudian membentuk cincin.

Baca juga: Kaleidoskop 2021: Pergantian Nama Facebook Jadi Meta hingga Tuduhan yang Menimpanya

3. Hujan Meteor Orionid

Hujan Meteor Orionid (Astro Bob - AreaVoices)

Hujan Meteor Orionid aktif sejak 2 hingga 7 Oktober 2021, dan puncaknya terjadi pada 21 Oktober 2021 pukul 18.00 WIB.

Hujan meteor ini dinamai berdasarkan titik radian yang terletak di konstelasi Orion.

Komet Halley yang mengorbit Matahari setiap 76 tahun menghasilkan sisa debu yang membentuk hujan meteor Orionid.

Sehingga, hujan meteor Orion menjadi hujan meteor yang dinantikan setiap tahun, selain hujan meteor Leonid, Geminid, Lyrid, dan Perseid.

4. Puncak Hujan Meteor Draconid

Hujan Meteor Draconid aktif sejak 6 hingga 10 Oktober pukul 16.00 WIB/17.00 WITA/18.00 WIT.

Hujan meteor ini dinamai berdasarkan titik radian yang terletak di konstelasi Draco.

Komet 21P/Giacobini zinner yang mengorbit Matahari setiap 6,6 tahun menghasilkan sisa debu dan membentuk hujan meteor Draconid.

Sehingga, hujan meteor ini dikenal juga dengan nama Giancobinid.

5. Puncak Hujan Meteor Leonis Minorid

Hujan Meteor Leonis Minorid aktif sejak 19 hingga 27 Oktober 2021 pukul 09.00 WIB.

Hujan meteor ini dinamai berdasarkan titik radian yang terletak di konstelasi Leo Minor.

Titik ketinggian meteor ini di Indonesia berkisar 24-25 derajat, sehingga intensitas maksimumnya 2 meteor per jam.

Kecepatan hujan meteor ini mencapai 223.200 km/jam.

Hujan meteor Leonis Minorid dapat disaksikan dengan mata biasa jika cuaca cerah, langit bersih, bebas polusi cahaya, dan penghalang yang menghalangi medan pandang.

6. Puncak Hujan Meteor Orionid

Fenomena Hujan Meteor Orionid terjadi pada 28-29 November 2021.

Orionid November adalah hujan meteor yang titik radian atau titik asal munculnya meteor berada di konstelasi Orion.

Perbedaan dengan Orionid di bulan Oktober adalah Orionid November merupakan hujan meteor minor dikarenakan intensitas maksimumnya saat di zenit hanya tiga meteor per jam.

Hujan meteor ini aktif sejak 14 November hingga 6 Desember 2021 dan intensitas maksimumnya terjadi pada 28 November 2021 pukul 22.30 WIB.

Baca juga: Fenomena Astronomis Bulan Desember 2021 Pekan Kedua: Terjadinya Fase Bulan Perbani Awal

7. Konjungsi Superior Merkurius

Fenomena ini terjadi pada 29 November 2021 pukul 12.05 WIB.

Konjungsi superior adalah konfigurasi yang berlaku khusus pada Merkurius dan Venus, yakni ketika Merkurius, Matahari, dan Bumi terletak pada satu garis lurus dan Merkurius membelakangi Matahari.

Konjungsi superior ini menandai pergantian ketampakan Merkurius yang semula ketika fajar menjadi senja.

8. Nadir Ka’bah

Fenomena Nadir Ka'bah terjadi pada 29 November 2021.

Nadir Ka’bah adalah fenomena astronomis ketika Matahari berada tepat di nadir atau titik terbawah saat tengah malam bagi pengamat yang berlokasi di Ka’bah.

Dikarenakan bentuk Bumi yang bulat, maka Matahari akan berada tepat di atas titik antipode Ka’bah (titik yang terletak di belahan Bumi yang berlawanan terhadap Ka’bah) ketika tengah hari.

Sehingga, ujung bayangan Matahari yang mengalami pagi, siang, dan sore akan mengarah ke kiblat.

Fenomena Nadir Ka'bah berlangsung dua kali dalam setahun.

Pertama, pada 13 Januari pukul 00.29 Waktu Arab Saudi atau 06.29 WIT.

Kedua, pada 29 November pukul 00.09 Waktu Arab Saudi atau 06.09 WIT.

Penggunaan Nadir Ka’bah dalam meluruskan arah kiblat hanya dapat digunakan bagi wilayah ketika Matahari berada di atas ufuk.

Beberapa wilayah tersebut adalah Provinsi Maluku (kecuali Pulau Buru), Provinsi Papua Barat, Provinsi Papua, Timor Leste (kecuali distrik Oecussi), Papua Nugini, Selandia Baru, sebagian besar Australia, negara-negara di Oseania, Amerika Serikat, sebagian besar Kanada, Amerika Tengah, dan Amerika Selatan.

9. Gerhana Matahari Total di Antartika

Fenomena astronomis Gerhana Matahari Total terjadi pada 4 Desember 2021.

Sayangnya, Gerhana Matahari tersebut tidak dapat diamati dari Indonesia.

Satu-satunya tempat di mana gerhana matahari total ini dapat dilihat adalah Antartika.

Beberapa wilayah tertentu di Bumi hanya melihat Gerhana Matahari Sebagian, yaitu Saint Helena, Namibia, Lesotho, Afrika Selatan, Georgia Selatan, Kepulauan Sandwich, Kepulauan Crozet, Kepulauan Falkland, Chili, Selandia Baru, dan Australia.

Pengamat tidak bisa melihat gerhana matahari total di beberapa tempat, mereka hanya mengalami gerhana matahari sebagian.

Fenomena gerhana matahari sebagian terjadi ketika Matahari, Bulan, dan Bumi tidak sejajar.

Matahari tampak memiliki bayangan gelap hanya di sebagian permukaannya.

Gerhana Matahari Total 4 Desember 2021 merupakan gerhana ke-13 dari 70 gerhana dalam Seri Saros ke-152.

Gerhana Matahari Total di Antartika dalam Seri Saros 152 sebelumnya pernah terjadi pada 23 November 2003 dan akan terjadi kembali pada 15 Desember 2039 dan 26 Desember 2057.

(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

Berita lain terkait Fenomena Astronomi

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini