News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Bursa Capres

Simulasi Pilpres Versi Indikator Politik Indonesia, Pemilih Jokowi Mayoritas ke Ganjar dan Prabowo

Penulis: Vincentius Jyestha Candraditya
Editor: Johnson Simanjuntak
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Dari kiri ke kanan: Prabowo Subianto, Ganjar Pranowo, Sandiaga Uno, dan Anies Baswedan. Inilah elektabilitas sejumlah tokoh seperti Prabowo, Ganjar, Anies, hingga Sandiaga dalam survei Capres 2024 terbaru dari lima lembaga.

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Indikator Politik Indonesia mengeluarkan hasil survei atau temuannya bertajuk 'Kinerja Presiden, Pemulihan Ekonomi Pasca Pandemi dan Peta Elektoral Terkini', pada Minggu (5/12/2021).

Yang menarik, dalam survey tersebut, nama Sandiaga Uno ternyata dijauhi mayoritas pendukung Jokowi dalam Pilpres sebelumnya. 

Survei menyebut, dalam hal pilihan Presiden, pemilih Joko Widodo (Jokowi) dalam Pilpres sebelumnya lebih memilih Pabowo Subianto dengan angka 26,9 persen di atas Ganjar Pranowo sebesar 23,2 persen.  Sementara Sandiaga hanya meraih 4,5 persen. Tertinggal jauh.

Ini artinya, Sandi tidak mendapat dukungan dari pemilih Jokowi. Sandi juga meski sudah masuk kabinet tidak pernah dapat meraih hati pendukung Jokowi. Bahkan, dengan Raihan angka 4,5 persen, pendukung Jokowi terkesan menjauhi Sandi.

Pengamat komunikasi politik Cecep Handoko mengingatkan, faktor primodial sulit untuk dihilangkan di pemilihan presiden 2024.

Ia menilai, efek sebelumnya dimana kental nuasa kampanye politik identitas jadi sisi negatif ke Sandi yang melekat. 

Baca juga: Jokowi Teratas Capres 2024 versi Indikator Politik, Jokpro: Bukti Masyarakat Ingin Jokowi 3 Periode

Pendukung Jokowi mungkin tak ingin hal itu kembali terjadi sehingga lebih memilih Ganjar atau Prabowo.

Dengan suara pemilih Jokowi yang hanya 4,5 persen, Sandiaga tidak cukup pantas disebut favorit. Apalagi, hal itu akan bergantung dengan siapa dipasangkan.

Dukungan kecil terhadap Sandi, boleh jadi karena belum ada rekam jejak keberhasilan di birokrasi. Ketika menjabat wakil gubernur tidak tuntas. Bahkan memilih maju menjadi cawapres. Setelah kalah di Pilpres 2019, ia justru masuk istana.

Rekam jejak seperti itu, akan membuat public merasa tidak ada konsistensi, sehingga sedikit banyaknya akan berpengaruh pada elektabilitasnya di 2024 nanti.

Ketika memutuskan bergabung ke kabinet, dua pihak kecewa, pendukungnya dan tentu saja ketidaksukaan dari pendukung Jokowi.

Cecep menilai, banyak pemilih Jokowi ketika di Pilpres sebelumnya beragam, multikultur, beragam etnis dan cenderung mengedepankan keterbukaan dan kampanye non politik identitas, sehingga bebas menentukan siapa yang akan dipilihnya nanti di Pilres 2024.

"Pemilih Jokowi kan beragam, begitu juga kelompok relawannya. Pemilih Jokowi pilih yang sesuai dengan ideologi dan kriteria capres mereka. Apalagi, Jokowi pun kasih kebebasan buat menteri-menterinya nyapres, berarti tidak ada kekhususan arahan untuk pilih capres tertentu," kata Cecep, dalam keterangannya yang telah dikonfirmasi Tribunnews.com, Rabu (8/12/2021).

Yang menarik, berdasar survey Indikator, dalam simulasi pasangan antara Ganjar Pranowo-Erick Thohir mendapat  angka 31,1 persen, lebih tinggi dari simulasi Anies Baswedan-Sandiaga Uno sebesar 30,8 persen.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini