News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

WAWANCARA EKSKLUSIF YAHYA CHOLIL STAQUF (2): Tak Manfaatkan Previllage Sebagai Kakak Menteri Agama

Editor: Srihandriatmo Malau
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

TRIBUNNEWS.COM, JAkARTA - Majunya Khatib Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf sebagai salah satu calon ketua umum PBNU menimbulkan spekulasi di publik.

Spekulasi yang muncul menyasar nama sang adik, Yaqut Cholil Qoumas, yang kini menjabat sebagai Menteri Agama RI.

Saat berbincang dengan Tribun-Network, Gus Yahya, begitu dia akrab disapa, menjawab hal tersebut.

"Kalau saya mau menggunakan, memanfaatkan Kementerian Agama, minta tolong adik saya, mungkin saya gak perlu berkeliling."

"Dia bisa suruh jaringan pegawai-pegawai Kemenag apalagi yang menjadi pengurus (NU)."

"Tapi saya tidak, saya tetap datang, saya bertemu langsung, saya sampaikan pikiran-pikiran saya dan saya dengarkan mereka bicara,"  ujar Gus Yahya, saat berbincang dengan Tribun-Network di kediamannya, Sabtu (4/12/2021).

Pertemuan dengan para pengurus PCNU dan PWNU, dikatakan Gus Yahya, biasanya terjadi hingga larut dan hari berganti.

"Itu karena saya harus dengarkan satu per satu. Semua orang bicara dan kita diskusi, biasanya sekali ketemu itu rata-rata 20-30 cabang sehingga ya memang cukup melelahkan," katanya.

"Dan saya yakin ini harus dilakukan karena saya ingin ada konsensus. Saya katakan kepada mereka kalau setuju dengan saya dan kebetulan bapak-bapak pilih saya dan saya berhasil jadi ketua umum, itu artinya insyaallah bapak-bapak akan tambah kerjaannya dan insyaallah mungkin tambah pusing juga," tambahnya.

Mantan Anggota Dewan Pertimbangan Presiden Joko Widodo itu mengatakan semua yang dia lakukan ada konsekuensinya.

"Dan alhamdulillah banyak dari cabang-cabang dan saya kira sudah sebagian besar menerima itu," jelasnya.

Mau Dibawa Kemana NU

Gus Yahya ingin mentransformasi konstruksi organisasi NU agar menjadi organisasi yang lebih optimal. 

"Saya memang menawarkan diri untuk dipilih sebagai Ketua Umum dalam Muktamar nanti," ucap Gus Yahya, ketika wawancara khusus dengan Wakil Direktur Pemberitaan Tribunnetwork Domu Ambarita.

"Karena saya melihat ada sejumlah hal penting yang harus dilakukan NU segera yaitu yang tema besarnya adalah transformasi konstruksi organisasi NU supaya NU ini bisa lebih optimal di dalam mengaktualisasikan potensi-potensinya," jelas Gus Yahya. 

Katib Aam PBNU, KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) berpose usai wawancara khusus dengan Tribun Network di Jakarta, Sabtu (4/12/2021). TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN (TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN)

Dia mengatakan dengan kebesaran NU baik secara nama maupun jumlah anggota, akan ada citra atau wibawa yang juga terasa di dalam pengurus PBNU.

"Cuma persoalannya kemudian wibawa itu hanya aktual di tingkat PBNU dan di daerah-daerah yang komunitas NU-nya tebal," katanya.

Kemudian, dikatakan Gus Yahya, di daerah yang komunitas NU-nya tipis, hal tersebut tidak teraktualisasi kebesarannya.

"Sehingga masih banyak bahkan sebagian besar karena daerah yang komunitas NU-nya tebal itu tidak terlalu banyak juga Jatim, Jateng, jawa keseluruhannya mungkin. Sumatra mungkin Lampung, Sumatra Utara, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan," ujar Gus Yahya.

"Tapi di daerah-daerah lain memang komunitas NU-nya tipis, sehingga kepengurusan yang ada di sana terbatasi kemampuannya untuk mengaktualisasi kemampuan NU itu sendiri," tambahnya.

Mantan Anggota Dewan Pertimbangan Presiden itu pun mengusulkan agar program NU di balik orientasinya.

"Kasarnya dijungkir. Jadi pelaksanaan kegiatan janganlah di pusat, tapi di daerah."

"Tugas dari PBNU nanti mencarikan atau membangun program-program untuk dieksekusi di daerah di cabang-cabang," katanya.

Dengan begitu, Gus Yahya menambahkan, NU di cabang-cabangnya punya peluang untuk terus mengoptimalkan potensinya bekerja sama dengan pihak lain baik dengan pemerintah atau pihak swasta.

Kemudian, dia menyebut, PBNU akan memantau dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tersebut kepada para partnernya.

"Ini akan memicu konsolidasi struktural antara PBNU dengan jaringan PWNU dan PCNU di seluruh Indonesia."

"Kalau sudah begitu kita bisa melihat suatu agenda nasional betul-betul digerakkan dibawa secara serentak karena NU ini punya sekitar 540 cabang di seluruh Indonesia," katanya.

"Dan kalau kita berpikir bisnis, ini berarti 540 outlet yang di situ ada orang dan orang yang sebetulnya mampu bekerja, cuma karena keterbatasan resources di sebagian besar daerah mereka kurang mampu mengembangkan kegiatan-kegiatan, nah ini yang kita suplai program-program sehingga mereka jalan dan masyarakat setempat akan melihat peran NU di sana dan seterusnya," tandas Gus Yahya.

Said Aqil Siap Maju Calon Ketum PBNU 

Ketua Umun Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siradj menerima mandat dan dukungan dari 28 PWNU se-Indonesia hingga para kiai sepuh agar maju kembali sebagai Calon Ketua Umum PBNU dalam Muktamar ke-34 NU di Lampung.

Para kiai sepuh itu antara lain Maulana Habib Luthfi di Pekalongan, Tuan Guru Turmudzi di Lombok, KH Muhtadi di Banten, Hadratusyekh Kiai Dimyati Kaliwungu kendal, KH Agoes Ali Masyhuri di Sidoarjo, KH Bastuni di Tasikmalaya.

Ketua Umun Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil menerima mandat dan dukungan dari 28 PWNU se-Indonesia hingga para kiai sepuh agar maju kembali sebagai Calon Ketua Umum PBNU dalam Muktamar ke-34 NU di Lampung. (Ist)

"Saya siap mentaati perintah kiai sepuh dan mengabulkan permohonan para pengurus wilayah dan pengurus PCNU agar saya siap dicalonkan kembali sebagai ketua umum PBNU," kata Said dalam konferensi pers di kawasan Matraman Timur, Jakarta Pusat, Rabu (8/12/2021).

Hadir dalam konferensi pers tersebut, Sekjen PBNU Helmy Faisal Zaini, Ketua PBNU KH Robikin dan KH Marsudi Syuhud, Kader NU yang juga Anggota DPR RI Fraksi PKB, Abdul Kadir Karding, serta jajaran petinggi 28 PWNU se-Indonesia.

Sebelum memenuhi permintaan tersebut, Said terlebih dahulu melakukan istikharah dan ziarah ke sejumlah makam para kiai dan ulama sepuh NU.

"Antara lain saya ziarah ke Luar Batang dan ziarah ke Sunan Gunung Jati, Sunan Ampel di Surabaya, ke Madura Bangkalan, ke makam Gus Dur, setelah anggap cukup ziarah ke para aulia itu, saya mendapatkan ketenangan hati, ketetapan hati, saya terima permintaan atau perintah dari para kiai," ujarnya.

Said memaparkan bagaimana NU telah jauh maju pesat dari segala aspek, mulai dari pendidikan, kesehatan, perekonomian, hingga digitalisasi.

Baca juga: Said Aqil Siraj Tegaskan Tak Terobsesi untuk Pilpres 2024: Bukan Maqomnya

Tak kalah penting, Said juga menilai NU harus menjaga akidah dalam bingkai wasathiah, moderat, dan tasawuf.

"Jadi Nu sejak dulu sampai sekarang pemimpinnya boleh berganti, Rais Aam berganti, Ketua Umum berganti, tapi prinsip wasathiah dan tasawuf tak pernah berubah," katanya

"NU tetap sebagai organisasi Islam besar yang menegakan Islam berperadaban, Islam yang toleran, moderat, santun, dan ramah. Anti radikalisme, anti ekstremisme, apalagi sampai terorisme. Sejak dulu sekarang dan seterusnya," tandasnya.

Di kesempatan yang sama, Ketua PWBU Jawa Barat KH Juhadi Muhammad yang juga mewakili 28 PWNU se-Indonesia, memercayai  dengan rekam jejak serta hasil yang telah terbukti dari kepemimpinan Said Aqil selama dua periode sebagai Ketum PBNU.

"Oleh karena itu, kami sepakat 28 PWNU se Jawa Barat kemudian PCNU di 368 se-Indonesia meminta beliau agar siap menjadi ketua umum PBNU lagi karena dengan kepemimpinan beliau Indonesia menjadi adem, sejuk, dan itu yang menjadi harapan kita semua," pungkasnya.

Diketahui, dalam Muktamar ke-34 NU nanti, terdapat dua kandidat kuat calon Ketum PBNU yang diprediksi akan maju.

Mereka yakni Ketum PBNU petahana, Said Aqil Siraj dan Katib Aam PBNU Yahya Cholil Staquf. (*)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini