Laporan Wartawan Tribunnews.com Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) adalah penyumbang Produk Domestik Bruto (PDB) terbesar yaitu sekitar 61 persen.
Di sisi lain, dari total 64 juta UMKM di Indonesia, sekitar 99,6 persen adalah perempuan. Begitu juga dengan perempuan Indonesia bagian Timur.
Sayangnya, pelaku UMKM belum begitu familiar dengan platform digital. Hal ini diungkapkan oleh Direktur Pembinaan Pengelolaan Keuangan BLU Kementerian Keuangan, Ari Wahyuni.
Ian pun menyebutkan ada beberapa kendala kenapa digitalisasi belum optimal diterima pelaku UMKM.
Padahal hal ini bisa menaikkan omset mereka.
Baca juga: UMKM Penyumbang PDB Terbesar, Tapi Belum Optimal Karena Belum Tersentuh Digitalisasi
"Akses internet belum merata. Meski begitu Kominfo sebenarnya sudah berjalan. Mereka sudah bergerak di daerah papua ini untuk secara total pembangunan GPS 4G masih 70 persen," ungkapnya pada acara Kompas Talks secara virtual, Jumat (17/12/2021).
Ari menyebutkan program ini akan terus bergerak di Indonesia bagian Timur. Dimulai dari pembangunan infratruktur sehingga akses bisa difasilitasi, jaringan dan jalur bisa menjadi pintu memamfaatkan IT.
Di sisi lain, ada kekhawatiran lebih rentan dan sering bermasalah. Kekuatiran di sana kata Ari membutuhkan peran kolaborasi dengan influencer atau lembaga swadaya masyarakat. Misalnya dengan melakukan pelatihan pada teman teman.
Gagasan ini seirama dengan seorang influencer asal Papua yaitu Jeni Karay.
Ia menyebutkan banyak perempuan Papua yang menghasilkan produk eksotis yang bernilai ekonomis tinggi.
"Banyak kita punya mama bikin noken, tas kulit kayu. Eksotik dan estetis paling bagus. Tapi masalah menjualnya masih sederhana," paparnya.
Menurutnya literasi digital sangat penting. Pemerintah atau LSM bersama influencer bisa memberikan pelatihan terkait digitalisasi. Namun, ada hal yang perlu diperhatikan yaitu dari segi penyampaiannya.
"Kalau mengajak mama, banyak sabar. Ini tambah 30 menit lupa. Literasi digital penting, pakai alat sederhana.
Harus diajarkan sesederhana itu. literasi digital dibawakan dengan bahasa sederhana sehingga cepat masuk," kata Jeni menambahkan.
Selain bahasa yang sederhana, Jeni pun meminta selama pelatihan dapat memberikan contoh yang sederhana pula.
Selain pembelajaran mungkin lebih baik duduk bersama.