News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Virus Corona

Tak Ada Kepanikan Pasca Lockdown RSDC Wisma Atlet, Perawat: 'Dari Dulu Memang Sudah Ketat'

Penulis: Vincentius Jyestha Candraditya
Editor: Dewi Agustina
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Petugas kesehatan menggunakan alat pelindung diri saat tiba di pos pemeriksaan IGD Rumah Sakit Darurat Penanganan COVID-19, Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta Pusat, Rabu (16/9/2020).

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Desas desus isolasi atau lockdown RSDC Wisma Atlet Kemayoran tetiba sampai di telinga Kevin (bukan nama sebenarnya), perawat yang bertugas disana, beberapa hari silam.

Bukan kaget atau panik yang dirasakan Kevin, dirinya justru merasa biasa saja. Kabar itu tak membuatnya kelabakan dan tetap menjalankan tugasnya merawat pasien dan membantu dokter.

Diketahui, Pemerintah memutuskan untuk mengisolasi RSDC Wisma Atlet Kemayoran per Jumat (17/12/2021) sampai 7 hari ke depan sebagai bentuk antisipasi dini untuk mencegah penularan varian Omicron pada level komunitas menyusul ditemukannya kasus penularan di area rumah sakit darurat Covid-19 tersebut.

"Suasana disini seperti biasa saja sih sebenarnya. Kalau dalam artian lockdown kan kita hanya tidak boleh keluar dari Wisma Atlet. Jadi nggak menghambat (aktivitas). Kita juga sudah melakukan swab massal untuk menanggulangi hal itu," ujar Kevin kepada Tribunnetwork, Jumat (17/12/2021).

Tak kagetnya Kevin bukan tanpa sebab. Selama dua tahun terakhir, dirinya sudah tinggal di RSDC Wisma Atlet Kemayoran dengan segala peraturan yang super ketat.

Akses keluar masuk tak bisa begitu saja didapat, harus ada surat izin dari Kepala RSDC Wisma Atlet Kemayoran hingga negatif swab PCR terlebih dahulu.

Baca juga: RSDC Wisma Atlet Kemayoran Diisolasi Tujuh Hari Buntut Temuan Kasus Omicron

"Dari dulu memang sudah ketat sih. Ya sudah biasa saja, misalkan saya pribadi kan disini sudah hampir dua tahun dari awal sejak Covid-19. Kan emang susah banget aksesnya. Disini kita terbiasa tidak diperbolehkan keluar masuk leluasa, jadi tidak aneh dan tidak kaget," ucapnya.

Para pasien, katanya, juga tak ada yang merasa panik.

Edukasi dari nakes terkait untuk selalu patuh protokol kesehatan dianggap Kevin berhasil menjauhkan pikiran mereka dari rasa panik.

Perubahan yang terjadi di RSDC Wisma Atlet dikatakan Kevin hanya pembatasan atau pencegahan kerumunan massa.

Dahulu kerap diketahui banyak aktivitas outdoor yang dilakukan bersama oleh para pasien Covid-19 atau mereka yang dikarantina di RSDC Wisma Atlet.

Namun sudah beberapa waktu hal itu ditiadakan.

"Sudah tidak, jadi dari rekan-rekan nakes menganjurkan untuk menggunakan dua jogging track di tower masing-masing. Jadi tetap mengedukasi agar jangan berkerumun," imbuhnya.

Senada, Dani (bukan nama sebenarnya), dokter di RSDC Wisma Atlet Kemayoran menyatakan pasien tak terlalu terpengaruh dengan isolasi serta kabar masuknya varian Omicron.

Apalagi semenjak dahulu, ketatnya akses keluar masuk RSDC Wisma Atlet sudah terasa seperti lockdown.

"Kalau pasien nggak terlalu terpengaruh ya saya lihat. Semua biasa saja. Tapi cuma keluar masuknya aja yang diperketat. Dari dulu kan lockdown juga, cuma namanya nggak lockdown," kata Dani.

Menurutnya tak adanya kepanikan jangan diartikan bahwa pihaknya santai lantaran varian Omicron hanya menimbulkan gejala ringan.

Dani menegaskan para nakes tetap waspada namun berpegang teguh tak akan terjadi apa-apa asalkan protokol kesehatan tetap terjaga.

"Kalau dibilang pas zaman varian Delta itu kalau dibilang lebih panik ya lebih panik," ucapnya.

Untuk hari ini, Dani mengatakan pihaknya tengah mematangkan standar operasional prosedur (SOP) hingga mekanisme seperti apa lockdown yang akan dilakukan di RSDC Wisma Atlet Kemayoran.

Berdasarkan rapat, tower 4 dan 7 akan diisi terlebih dahulu bagi para pasien. Sementara nakes tetap akan berada di tower 2 dan 3.

"Pokoknya hari ini beresin SOP lockdown. Ya kalau dibilang lockdown, dari dulu juga sebenarnya sudah lockdown. Tapi sekarang lebih ketat. Zaman dulu kan sudah ada zonasi, dari dulu masih jalan sampai sekarang. Zonasi 4-7 itu merah semua, 2-3 itu kuning, kalau 1 dan pepohonan itu hijau semua," jelasnya.

Anggota Komisi IX DPR RI Saleh Partaonan Daulay menilai kebijakan lockdown sementara RSDC Wisma Atlet sudah tepat.

Diharapkan lockdown tersebut dapat mengantisipasi meluasnya penularan varian Omicron. Hanya saja, Saleh meminta kebutuhan logistik tetap harus terpenuhi selama 7 hari kedepan tersebut.

Baca juga: Total 180 Pasien Covid-19 Dirawat di RSDC Wisma Atlet Kemayoran per 29 November 2021

"Namun tentu harus dipastikan kebutuhan logistik mereka yang ada di wisma dapat terpenuhi. Makan, minum, perlengkapan harian, dan lain-lain harus mencukupi. Dengan begitu, mereka bisa melalui hari-hari karantina di sana dengan baik," kata Saleh.

Selain itu, Ketua Fraksi PAN DPR RI itu mengatakan lockdown kali ini harus dilengkapi dengan testing dan tracing yang lebih luas.

Sebab selama satu minggu terakhir, ada banyak orang yang berinteraksi dengan orang yang dikarantina atau petugas yang bekerja di sana.

Artinya, mereka yang sempat berinteraksi dan kontak erat bisa saja telah terinfeksi. Orang-orang inilah yang perlu ditelusuri.

"Kalau pendataannya bagus, saya kira tidak sulit untuk menemukan orang-orang tersebut. Apalagi kalau penghuni dan pekerja di wisma bisa memberikan informasi. Testing dan tracing ini diperlukan untuk memastikan bahwa varian Omicron ini tidak menyebar di luar wisma," ujarnya. (Tribunnetwork/Vincentius Jyestha)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini