TRIBUNNEWS.COM - Kahumas KAI DAOP 1 Jakarta, Eva Chairunisa menyebut ada persyaratan khusus bagi calon penumpang kereta api di masa Natal 2021 dan Tahun Baru 2022.
Yakni dimulai dari tanggal 24 Desember 2021 hingga 2 Januari 2022.
Bagi calon penumpang di bawah umur 12 tahun, kata Eva, harus memiliki bukti PCR.
"Pada kurun waktu tersebut, ada ketentuan anak dibawah 12 tahun ini harus memiliki bukti PCR dengan masa berlaku 3 kali 24 jam," kata Eva dikutip dari Kompas Tv, Selasa (21/12/2021).
Sementara itu, bagi calon penumpang di usia 17 tahun ke atas harus sudah divaksin lengkap.
Baik itu dosis pertama maupaun dosis kedua.
Baca juga: Uni Eropa Beri Lampu Hijau Penggunaan Vaksin Covid-19 Novavax, Punya Efikasi 90%
Baca juga: Ini Pesan Kak Seto untuk Orangtua yang Ragu Anak Ikut Vaksinasi Covid-19
"Dan calon penumpang di atas rentang usia 12 sampai dengan 17 tahun ini juga sudah wajib memiliki bukti vaksin."
"Hanya saja masih diperkenankan sampai dengan dosis pertama," jelas Eva.
Mobilitas Jelang Nataru, Meningkat
Menjelang momen Natal dan Tahun Baru 2022, terjadi peningkatan aktivitas perjalanan di Stasiun Kereta Api Pasar Senen, Jakarta Pusat.
Calon penumpang terlihat ramai memadati ruang tunggu keberangkatan.
Dengan meningkatnya jumlah penumpang ini, pemerintah terus mengingatkan kepada masyarakat untuk terus waspada.
Termasuk selalu menerapkan protokol kesehatan dengan ketat demi menghindari penyebaran Covid-19.
Baca juga: Ini Skenario Pemerintah Hadapi Kemungkinan Meningkatnya Kasus Covid-19 Varian Omicron
Sementara itu, peningkatan mobilitas juga terjadi di Bandara Soekarno-Hatta di Tangerang, Banten.
Bahkan, Pangdam Jaya Mayjen Mulyo Aji menyebut jumlah kedatangan para penumpang dari luar negeri mencapai 4.000 orang per hari.
"Sehingga kita perlu penambahan (pos screening) di beberapa titik."
"Memang kita persiapannya sudah cepat, namun demikian yang di bandara ini jumlahnya banyak."
"Bahkan sekarang ini kita evaluasi ulang bagaimana acara mempercepat proses (screeningnya) karena kemarin jumlah (penumpang) 4.000 orang, dan ini tadi datang sebanyak 3.700 an orang."
Baca juga: Jangan Panik, Segera Lakukan Ini Jika Anak Bergejala KIPI Setelah Vaksinasi Covid-19
"Sehingga proses (untuk screeningnya) tidak sesederhana itu, karena mereka harus mengisi formulir, harus mengisi data perjalanan dan itu yang mungkin (membuat antrean) panjang," kata Mayjen Mulyo Aji dikutip dari Kompas Tv, Selasa (21/12/2021).
Menkes Minta Masyarakat Waspada
Menkes Budi tetap mewanti-wanti para pelaku perjalanan luar negeri untuk benar-benar menerapkan kewajiban karantina sesuai kebijakan pemerintah.
Pasalnya, dikatakan Budi, dalam minggu ini pelaku perjalanan luar negeri yang masuk ke Indonesia meningkat.
Baca juga: Uni Eropa Beri Lampu Hijau Penggunaan Vaksin Covid-19 Novavax, Punya Efikasi 90%
Khususnya dari perjalanan laut dan darat yang cukup sulit untuk dikontrol.
"Dalam seminggu terakhir terjadi peningkatan pelaku perjalanan luar negeri yang cukup tinggi. Kita sudah amati semua kita tes PCR dan genome sequencing."
"(Dan) ternyata pintu masuk laut dan pintu masuk darat jumlah positivity ratenya lebih tinggi jika dibandingkan pintu masuk udara."
"Oleh karena itu kami dengan bantuan TNI Polri dan Kemendagri akan memperkuat proses screeningnya dan juga karantina di pintu masuk pintu masuk laut dan darat," kata Menkes Budi dalam konpers Evaluasi PPKM dikutip dari YouTube Sekretariat Presiden, Selasa (21/12/2021).
Ini dilakukan sebagai antisipasi, karena pada Minggu ini, kasus Omicron dunia meningkat.
"Dibandingkan dua Minggu lalu, ada 7.900 kasus Omicron di dunia naik menjadi 62.342 (seminggu setelahnya), jadi kenaikan lebih kali 8 kali lipat."
Baca juga: Luhut Sebut Kasus Covid-19 di Indonesia Masih Rendah setelah Ditemukan Kasus Omicron
"Jumlah negaranya naik dari 70 dua minggu lalu, (seminggu setelahnya) menjadi 97 (negara)."
"Kemudian rankingnya juga berubah, tadinya Afrika Selatan di (peringkat) teratas."
"Sekarang yang paling tinggi adalah Inggris dengan 37.000 kasus, Denmark dengan 15.000 kasus, Norwegia dengan 2.000 kasus, Afrika Selatan 1.300 dan Amerika Serikat 1000 kasus," jelas Menkes.
(Tribunnews.com/Galuh Widya Wardani)