TRIBUNNEWS.COM, LAMPUNG - Proses pemilihan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) hingga saat ini masih berlangsung dalam Muktamar ke-34 NU di Lampung, Jumat (24/12/2021) pagi.
Saat ini masih menjaring bakal calon untuk kemudian ditetapkan menjadi calon Ketua Umum PBNU.
Dalam penghitungan suara bakal calon Ketua Umum PBNU ada tiga nama yang muncul.
Ketiganya, yakni KH Said Aqil Siradj, KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya), dan KH Asad Ali.
Pantauan Tribunlampung.co.id, Jumat (24/12/2021) di ruang sidang pleno GSG Unila, suara Said Aqil dan Yahya Staquf bersaing ketat dalam perhitungan suara tersebut.
Keduanya saling mengejar, sesuai yang disebutkan oleh Ketua Sidang Pleno dan Ketua Umum PBNU, Prof Mukri.
Baca juga: Proses Pemilihan Ketua Umum PBNU Periode 2021-2026 dalam Muktamar ke-34 NU Masih Berlangsung
Sementara, As'ad Ali sejuah ini baru mendapat lima suara.
Untuk diketahui, total ada 587 suara gabungan dari PWNU, PCNU, dan PCINU.
587 suara tersebut telah disalurkan menggunakan kertas tertulis yang dimasukan dalam kota suara.
Baca juga: Muktamar NU di Lampung, Ini yang Harus Diketahui tentang Mekanisme Pemilihan Rais Aam dan Ketum PBNU
Sementara para Muktamirin, menyaksikan dengan antusias perhitungan suara tersebut.
Sesekali mereka berteriak saat nama bakal calon yang didukung disebut oleh ketua sidang.
KH Miftachul Akhyar Jadi Rais Aam PBNU
Sekretaris Panitia Lokal Muktamar NU Maulana Mukhlis mengungkap situasi rapat khusus 9 kiai sepuh yang tergabung dalam tim Ahlul Walii Wal Aqdi (AHWA).
Diketahui dalam rapat tersebut memilih KH Miftachul Akhyar menjadi Rais Aam PBNU periode 2021-2026.
Namun, sebelum resmi diumumkan sebagai Rais Aam PBNU, KH Miftachul Akhyar diberi dua syarat.
“Jadi ada 9 kiai, 7 di ruang VIP GSG dan 2 melalui Zoom dari Jawa Tengah dan Nusa Tenggara Barat. Rapat khusus bersembilan tanpa diganggu,” ungkap Maulana Mukhlis, Jumat (24/12/2021) dini hari.
Maulana Mukhlis menuturkan saat pemilihan sempat terjadi saling lempar dan belum ada suara kesepakatan Rais Aam terpilih.
“Tidak ada yang mau, awalnya Gus Mus tapi tidak bersedia lantaran masih ada yang sepuh (ditetuakan). Kemudian yang sepuh menolak karena masih ada yang muda energik. Rapat AHWA dipimpin Kiai Ma'ruf Amin. Tapi pada akhirnya menetapkan KH Miftachul Akhyar,” jelasnya.
Baca juga: Proses Pemilihan Ketua Umum PBNU Masih Berlangsung, Diawali Verifikasi Identitas Muktamirin
Kendati KH Miftachul Akhyar terpilih, Maulana Mukhlis mengungkapkan ada dua kesepakatan antara Rais Aam terpilih dengan AHWA.
“Kesepakatan rapat ada dua. Pertama Rais Aam tidak menjabat organisasi manapun dan itu samikna wa atokna. Kedua Rais Aam bakal menyetujui siapapun bakal calon Ketum PBNU terpilih,” tegasnya.
Miftachul Akhyar mengatakan jika Rais Aam memiliki hak veto untuk menentukan bakal calon Ketum PBNU.
“Tapi sesuai dengan kesepakatan siapapun yang terpilih dia akan disetujui Rais Aam,” tandasnya.
Sosok Miftachul Akhyar
Diketahui KH Miftachul Akhyar saat ini menjabat sebagaiKetua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) periode 2020-2025.
ia terpilih dalam Munas X MUI yang digelar Kamis (26/11/2020) malam.
KH Miftachul Akhyar menggantikan Ketua Umum MUI Ma'ruf Amin yang sebelumnya maju di Pipres 2019 sebagai Wakil Presiden berpasangan dengan Joko Widodo.
Miftachul Akhyar lahir dari keluarga pesantren. Ayahnya, KH Abdul Ghoniadalah pengasuh Pondok Pesantren Tahsinul Akhlaq, Rangkah, Surabaya.
KH Miftachul Akhyar pun diketahui dikenal sebagai Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) periode 2018-2020.
Baca juga: KH Miftachul Akhyar Terpilih Sebagai Rais Aam PBNU 2021-2026
Kiai kelahiran Surabaya, 1 Januari 1953 ini juga dikenal sebagai pengasuh di Pondok Pesantren Miftachus Sunnah, Surabaya.
Karier KH Miftachul Akhyar di lingkungan PBNU dijalaninya sejak lama.
Sebelumnya, KH Miftachul Akhyar pernah menjadi Rais Syuriah PCNU Surabaya 2000-2005.
Kemudian naik menjadi Rais Syuriah di Pengurus Wilayah Nahdlatul Ualama (PWNU) Jawa Timur 2007-2013, 2013-2018.
Berikutnya KH Miftachul Akhyar dipercaya menjadi Wakil Rais Aam PBNU 2015-2020 dan didaulat sebagai Pj Rais Aam PBNU 2018-2020.
Baca juga: Resmi Jadi Rais Aam PBNU 2021-2026, Miftachul Akhyar Diminta Tak Rangkap Jabatan di Organisasi Lain
Sejak muda, KH Miftachul Akhyar gemar menekuni Agama Islam.
Dia tercatat pernah mondok di Pondok Tambak Beras, Jombang, Jawa Timur.
Miftachul Akhyar muda juga tercatat pernah menjadi santri di Pondok Pesantren Sidogiri, Pasuruan, Jawa Timur.
Dia juga pernah memperdalam ilmu agama di Pondok Pesantren di Lasem, Jawa Tengah.
Miftachul Akhyar juga aktif mengikuti majelis ta’lim Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Makki Al- Maliki di Malang semasa Sayyid Muhammad mengajar di Indonesia.
Penulis: kiki adipratama
Artikel ini telah tayang di TribunLampung.co.id dengan judul 3 Nama Muncul dalam Penghitungan Bakal Calon Ketua Umum PBNU