“Mudah-mudahan rasionalisasi organisasi ini lebih terwujud di NU sebagaimana Gus Yahya sudah memberikan perannya, pemikirannya di Ansor dan Banser sehingga pelatihan-pelatihan di Ansor itu menjadi lebih rapi, tertata bila dibandingkan dengan sebelumnya,” lanjutnya.
Baca juga: Apa Itu Rais Aam PBNU? Simak Penjelasan, Fungsi, Wewenang dan Tugasnya
Gus Yahya, lanjut Qodari juga bisa memanfaatkan jabatannya untuk menghidupkan ekonomi masyarakat, khususnya bagi warga NU di seluruh Indonesia.
Hal utama yang harus dilakukan adalah membangun komunikasi dari pusat hingga ke ranting NU di desa-desa agar NU mampu menjawab perubahan zaman ke depan.
“Kemudian kita juga berharap bahwa NU di bawah Gus Yahya akan memiliki program-program pemberdayaan ekonomi bagi masyarakat, khususnya warga NU yang betul-betul bisa memiliki penetrasi yang dalam dan luas ke berbagai cabang, baik di tingkat provinsi, kabupaten/kota bahkan sampai ke kecamatan hingga tingkat ranting. Dan tentunya bagaiman NU bisa beradaptasi dengan perubahan zaman,” ucapnya.
Qodari juga menyinggung soal pidato Presiden Joko Widodo saat membuka Muktamar NU kemarin, yang menyinggung soal metaverse.
Hal ini sebagai bentuk ajakan kepada warga NU untuk bisa beradaptasi dengan perubahan zaman ke depan, terutama soal dunia digital.
“Kalau kita lihat Pak Jokowi sendiri dalam pidatonya di pembukaan sudah berbicara mengenai metaverse itu kan luar biasa, jadi saya kira pak Jokowi sedang mengajak NU untuk melakukan adaptasi terhadap perubahan yang akan terjadi, khususnya di dunia digital,” ujarnya.
Qodari yang juga Doktor lulusan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta ini berharap, Gus Yahya ke depan tidak hanya bekerja merealisasikan program-program kerjanya.
Namun bagaimana mengevaluasi ulang perjalanan NU sejak awal berdiri hingga akan menginjak 100 tahun di tahun 2026 nanti, serta menyiapkan langkah-langkah konkrit untuk 100 tahun ke depannya juga.
“Tentu kita berharap hal tersebut bisa diakomodasi oleh Gus Yahya yang datang dari generasi relatif muda, dan saya pikir juga perlu dipikirkan bagaimana NU 100 tahun ini dengan 100 tahun ke depan, karena pada tahun 2026 ketika Gus Yahya mengakhiri jabatannya dan ada Muktamar lagi itu tepat NU berusia satu abad atau 100 tahun, jadi 100 tahun ke depan itu bagaiman, kemana, bagaiman trajektorinya, apa tantangannya, apa solusinya?," ucapnya.
"Nah saya kira harus diidentifikasi lima tahun ini, jadi saya kira tahun ini selain bekerja sebetulnya melakukan evaluasi 100 tahun NU dan membuat proyeksi 100 tahun ke depan. Sekali lagi selamat, mudah-mudahan menjadi berkah bagi NU dan Indonesia,” pungkasnya.