TRIBUNNEWS.COM - Berikut profil dari Dyah Permata Megawati Setyawati Soekarnoputri atau Megawati Soekarnoputeri.
Megawati Soekarnoputri merupakan Presiden ke-5 Republik Indonesia dan menjabat dari 23 Juli 2001 hinga 20 Oktober 2003 dengan didampingi Wakil Presiden saat itu, Hamzah Haz.
Dirinya juga merupakan wanita pertama yang menjadi presiden di Indonesia.
Lalu bagaimana awal sepak terjang Megawati Soekarnoputri dalam kancah politik Indonesia?
Baca juga: Kumpulan Link Twibbon HUT ke-49 PDIP Dilengkapi dengan Cara Gunakan dan Bagikan ke Media Sosial
Baca juga: Jelang HUT Ke-49 PDIP, Megawati Tulis Pesan Ini Buat TPDI
Berikut ulasannya.
Profil
Dikutip dari Tribunnewswiki, Megawati Soekarnoputri lahir di Yogyakarta pada 23 Januari 1947.
Dirinya merupakan putri sulung dari Presiden RI pertama yaitu Soekarno dan istrinya Fatmawati.
Ketika masa kecilnya ia memulai pendidikannya dari SD hingga SMA di Perguruan Cikini Jakarta.
Kehidupan masa kecilnya pun dilewatkan di Istana Negara dan dirinya memiliki hobi bermain sepakbola bersama saudaranya Guntur Soekarnoputera.
Selain itu ia juga memiliki hobi menari dan sering ditunjukkan di hadapan tamu negara yang berkunjug ke Istana.
Lalu ia sempat juga menempuh pendidikan tinggi di dua universitas yaitu Universitas Padjajaran di Fakultas Pertanian pada tahun 1965-1967 dan Fakultas Psikologi Universitas Indonesia saat tahun 1970-1972.
Kedua studinya tersebut tidak diselesaikannya, seperti dikutip dari perpusnas.go.id.
Kemudian dirinya menikah dengan pilot Letnan Satu Penerbang TNI Angkatan Udara (AU) bernama Surendro dan dikaruniai dua anak laki-laki.
Kedua anak tersebut bernama Mohammad Prananda dan Mihammad Rizki Pratama.
Hanya saja ketika Surendro mendapat tugas militer pada tahun 1970 di kawasan Indonesia Timur, dirinya hilang dalam tugas.
Hal ini pun membuat Megawati sempat terpuruk.
Namun singkat cerita, tiga tahun kemudian, Megawati menikahi pria asal Ogan Komiring Ulu, Palembang yang bernama Taufik Kiemas.
Pernikahannya dengan Taufik Kiemas dikaruniai seorang putri bernama Puan Maharani.
Karir Politik
Karir politiknya dimulai ketika menjadi wakil ketua PDI Cabang Jakarta Pusat tahun 1986.
Lalu pada tahun 1987 dirinya dicalonkan sebagai calon legislatif dari daerah pemilihan Jawa Tengah untuk mendongkrak suara.
Pada saat itu, Megawati dipandang sebelah mata oleh teman dan lawan politiknya karena dinilai sebagai pendatang baru.
Namun pada saat dirinya masuk ke dunia politik, Mega dianggap mengingkari kesepakatan keluarganya untuk tidak terjun politik karena trauma politik yang dihadapi.
Kemudian pamor Mega di kancah politik semakin naik dengan terpilih sebagai anggota DPR/MPT serta Ketua DPC PDI Jakarta Pusat.
Hanya saja sosok Megawati di DPR dan MPR dinilai tidak terasa efeknya karena memang sifatnya yang pendiam dan suasana politik saat itu yang tidak menentu.
Hal ini membuat dirinya lebih melakukan lobi politik di luar Gedung Senayan.
Tak disangka cara dirinya melakukan lobi politik mengantarkannya menjadi Ketua Umum DPP PDI pada thun 1993.
Terpilihnya Mega pun membuat pemerintah saat itu kaget.
Pemerintah pun menganggap Megawati sebagai ketua umum yang tidak sah dan berusaha mendongkel melalui seorang pengurus PDI saat itu, Fatimah Ahmad.
Kemudian Fatimah Ahmad pun menggelar Kongres PDI di Medan pata tahun 1996 untuk menaikan kembali Soerjadi yang menjadi lawan Mega pada pemilihan sebelumnya.
Namun Mega menolak kongres tersebut dan tetap teguh jika dirinyalah Ketua Umum PDI yang sah.
Soerjadi yang didukung pemerintah pun memberi ancaman dengan merebut paksa Kantor DPP PDI di Jalan Diponegoro, Jakarta.
Peristiwa ini dikenal dengan Kudatuli dan membuat terjadinya kerusuhan pada 27 Juli 1996.
Mega pun melawan dan tekanan politik yang dihadapinya mengundang empati dan simpati dari masyarakat luas.
Akibatnya PDI terbagi menjadi dua yaitu kubu Mega dan kubu Soerjadi.
Dualisme ini pun menimbulkan masalah bagi Mega karena walaupun didukung masyarakat tetapi dianggap tidak sah oleh pemerintah.
Hal ini mengakibatkan kubu partainya tidak dapat mengikuti Pemilu 1997.
Lalu ketika Orde Baru tumbang, PDI kubu Mega mengganti nama menjadi PDI Perjuangan dan berhasil memenangkan Pemilu 1999 dengna merai lebih tiga puluh persen suara.
Raihan ini membuat Mega pada posisi paling patut untuk menjadi presiden dibanding kader partai lainnya.
Sayangnya dirinya harus kalah pada Sidang Umum MPR tahun 1999.
Ia pun menjadi wakil presiden dari Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur.
Pada 23 Juli 2001 pun anggota MPR secara aklamasi menempatkan Megawati sebafgai Presiden RI ke-5 menggantikan Gus Dur.
Ia pun menjadi presiden hingga 20 Oktober 2003 dan mencalonkan kembali pada pemilihan langsung tahun 2004.
Namun Megawati harus kalah dari Susilo Bambang Yudhoyono yang akhirnya menjadi Presiden RI ke-6.
Kebijakan Selama Menjabat Presiden RI
- Melakukan penundaan pembayaran utang sebesar 5,8 miliar dolar AS pada pertemuan Paris Club 12 April 2002.
- Mengeluarkan kebijakan pembentukan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
- Membeli pesawat tempur jenis Sukhoi dan Heli Mi-35 dari Rusia.
- Berhasil menangkap Amrozi, Imam Samudra, Muklis, dan Al Faruq dalam kasus Bom Bali I dan II.
- Melakukan kebijakan privatisasi BUMN pada tahun 2003.
- Menjual Indosat pada tahun 2003 dan membuat adanya kenaikan pertumbuhan ekonomi menjadi 4,1 persen dan inflasi 5,06 persen.
(Tribunnews.com/Yohanes Liestyo Poerwoto)(Tribunnewswiki/Dinar Fitra Maghiszha)
Berita terkait Megawati Soekarnoputri