TRIBUNNNEWS.COM, JAKARTA - Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa didampingi Ketua Dharma Pertiwi Hetty Andika Perkasa mengunjungi Markas Komando Armada II di kawasan Perak Surabaya, Jawa Timur pada Desember 2021 lalu.
Kedatangan Jenderal Andika saat itu dalam rangka melaksanakan orientasi.
Dilasir dari laman koarmada2.tnial.mil.id, kedatangan Jenderal Andika bersama istri disambut langsung Kepala Staf TNI AL (KSAL) Laksamana TNI Yudo Margono dan Ketua Jalasenastri Vero Yudo Margono dan Pangkoarmada II Laksda TNI Iwan Isnurwanto beserta Ketua Daerah Jalasenastri Armada II Dewi Iwan Isnurwanto.
Setelah melakukan ramah tamah, Jenderal Andika Perkasa bersama Hetty Andika Perkasa pun berkeliling mengunjungi sejumlah tempat di Koarmada II di antaranya Patung Monjaya, KRI Bima Suci, dan terakhir menuju Sarang Hiu Satuan Kapal Selam (Satsel) Koarmada II.
Dilansir dari akun Youtube Jenderal TNI Andika Perkasa, Hetty terlihat berkeliling ditemani Vero Yudho Margono.
Pertama, Hetty terlihat berada di Longe Majapahit didampingi Vero Yudho Margono.
Dalam tayangan Youtube Istri KSAL, Vero Yudho Margono menjelaskan sejumlah hal yang ada di Lounge Majapahit, tempat pertemuan dilakukan.
Baca juga: Sosok Hetty Andika Perkasa, Istri Jenderal Andika Perkasa, Lulusan Magister Hukum
"Kalau yang itu apa Bu Vero?" tanya Hetty sambil menunjuk bendera garis-garis merah putih.
"Kalau yang ini adalah bendera Majapahit kalau zaman dulu. Tapi di (TNI) Angkatan Laut, ini bendera lencana perang," kata Vero.
Kemudian Vero memanggil Kepala Dinas Penerangan Angkatan Laut Kolonel Laut (S) Julius Widjono untuk menerangkan lebih lanjut soal bendera Majapahit tersebut.
"Menurut sejarah, ini adalah bendera Gula Kelapa. Benderanya Majapahit. Di sini artinya bendera Lencana Perang," ujar Julius.
"Artinya apa?" tanya Hetty.
Baca juga: Ketika Hetty Andika Perkasa Berziarah ke Makam Pendiri Persit KCK Ratu Aminah Hidayat
"Artinya itu kita siap berperang. Siap siaga," jawab Julius.
Setelah dari Longe Majapahit, Hetty bersama rombongan beranjak menuju Monumen Jalesveva Jayamahe (Monjaya) yang terletak di dermaga ujung Surabaya ini.
Secara keseluruhan tempat tersebut terdiri dari tiga objek yaitu gedung diorama, gong kuningan raksasa, dan patung tembaga berikut pondasinya.
Monjaya berbentuk patung tembaga setinggi 30 meter yan ditopang gedung diorama berlantai 4 setinggi 30 meter.
Persis di bawah monumen terdapat gong kuningan raksasa Kiai Tentrem.
Gong Kiai Tentrem dibuat dari bahan logam kuningan dan dilapisi antikarat
Gong ini memiliki berat 2,2 ton, ketebalannya 6 mm, dan berdiameter 5 meter.
Sosok yang membuat gong ini adalah perajin gamelan pimpinan Sutarjo dari Desa Palem Lor, Kabupaten Bantul, Yogyakarta.
Baca juga: Panglima TNI Jenderal Andika Angkat Bicara Soal Polemik Promosi Mayjen Untung Jadi Pangdam Jaya
Kemudian untuk patung tembaga digagas Kepala Staf TNI AL pada waktu itu yaitu Laksamana Madya Arief Kushariadi, menggambarkan perwira berpangkat Kolonel.
Monjaya dibangun sejak 1992 dan diresmikan pada Desember 1996 bertepatan dengan Hari Armada RI tanggal 5 Desember 1996 oleh Presiden Soeharto.
Latar belakang dibangunnya Monjaya adalah adanya gagasan bahwa bagaimanapun majunya suatu bangsa hendaknya harus tetap berpijak pada sejarah, artinya bangsa yang besar adalah bangsa yang bisa menghargai jasa pahlawannya.
Makna lain dari sosok patung Sang Kolonel adalah sebagai simbol kesiapan menerima tongkat estafet pengabdian dari generasi ke generasi berikutnya.
Patung tembaga Sang Kolonel adalah karya maestro patung Nyoman Nuarta.
Patung tembaga Kolonel yang terdapat di atas gedung diorama terdiri dari pondasi dan patung tembaga itu sendiri.
Pondasi patung melekat pada atap teratas gedung, bentuknya merupakan lantai mezzanine dengan dimensi bundar.
Patung Sang Kolonel disebut-sebut tertinggi kedua di dunia setelah Patung Liberty (85 meter) yang berada di mulut pelabuhan New York, Amerika Serikat.
Artikel ini telah tayang di WartaKotalive.com dengan judul Momen Ibu Panglima TNI Hetty Andika Keliling Monjaya, Lihat Lencana Perang & Gong Kiyai Tentrem