News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Virus Corona

Pemerintah akan Buka Data PeduliLindungi ke Publik, Masyarakat Diminta Ikut Kontrol Penggunaannya

Penulis: Galuh Widya Wardani
Editor: Wahyu Gilang Putranto
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi aplikasi PeduliLindungi - Pemerintah berencana membuka data aplikasi PeduliLindungi yang berkaitan dengan pengukuran kedisiplinan protokol kesehatan, ke publik.

TRIBUNNEWS.COM - Pemerintah berencana membuka data aplikasi PeduliLindungi yang berkaitan dengan pengukuran kedisiplinan protokol kesehatan, ke publik.

Dengan dibukanya data ini, diharapkan masyarakat dapat berperan serta untuk membantu pengontrolan penggunaan PeduliLindungi.

Hal tersebut diungkap Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin dalam konferensi pers Evaluasi PPKM, yang disiarkan YouTube Sekretariat Presiden, Senin (24/1/2022).

"Sudah diizinkan oleh Bapak Wakil Presiden di ratas bahwa data PeduliLindungi yang akan mengukur kedisiplinan protokol kesehatan boleh dibuka ke publik."

"Sehingga kita bisa melihat lokasi-lokasi mana yang disiplin sampai ke level titik lokasinya, (seperti) di kantor, toko dan (lokasi) mana yang disiplin."

Baca juga: Omicron Makin Meluas, Epidemiolog Sarankan Percepat Vaksin Booster dan Kerja WFH

Baca juga: Digitalisasi Proses Bisnis Selamatkan Bisnis Crown Group Keluar dari Jerat Pandemi Covid-19

"Sehingga masyarakat bisa bantu mengontrol penggunaan PeduliLindungi," kata Menkes Budi.

Keputusan ini dipilih seiring dengan melonjaknya kasus Omicron di Indonesia.

Menkes menyebut saat ini jumlah kasus Omicron di Indonesia telah mencapai 1.600 orang.

Dari jumlah tersebut, hanya 20 orang yang mendapatkan perawatan intensif.

Yakni dengan membutuhkan tambahan peralatan oksigen.

"Di seluruh dunia kasus Omicron akan naik dengan cepat dan tinggi, malah lebih dari kenakan kasus Delta."

"Tetapi baiknya adalah turunnya (jumlah kasus) juga cepat dan hospitalisasi rendah."

Baca juga: Jumlah Kasus dan Pasien COVID-19 di Rumah Sakit di Australia Mulai Menurun

"Dari 1600 yang terkena Omicron, yang memang dirawat membutuhkan oksigen hanya sekitar 20 orang."

"Dan yang memang wafat ada dua orang," lanjut Menkes Budi.

Jika dibandingkan dengan data varian Delta, jumlah kasus konfirmasi varian Omicron ini masih sangat rendah.

Kendati demikian, masyarakat tetap diminta untuk tetap memastikan protokol kesehatan tetap dijalankan.

Yakni dengan memakai masker, mencuci tangan dan mengurangi kerumunan.

Menkes mengimbau masyarakat untuk tidak perlu panik karena memang hospitalisasi dan kematiannya rendah.

Namun tetap harus waspada dan hati-hati karena resiko penularannya tinggi.

Baca juga: Pemerintah Kota Beijing Lakukan Pencegahan Penularan Covid-19 Sebelum Dimulainya Olimpiade

"Dari sisi surveilans, karena kasusnya semakin banyak maka tidak semua akan di genome sequencing lagi."

"Genome sequencing akan lebih kita arahkan untuk menganalisa pola penyebaran Omicron."

"Kita akan menggunakan PCR yang jauh lebih cepat, nanti siap dengan SGTF yang bisa mendeteksi Omicron."

"Sudah kita diskusikan dan akan segera kita didistribusikan ke daerah-daerah," kata Menkes.

Menkes juga mengharapkan adanya pendisiplinan untuk tetap melakukan testing paling tidak satu per 1.000 penduduk per Minggu, itu tetap dijalankan.

Termasuk menerapkan strategi isolasi di rumah maupun isolasi terpusat di rumah sakit, sesuai dengan protokol yang ada.

Selain itu, Menkes meminta adanya percepatan vaksinasi untuk lansia dan anak.

Baca juga: Kasus Covid-19 Naik, Hari Ini Depok PTM 100 Persen untuk Jenjang SD dan SMP

"Vaksinasi masyarakat diminta juga agak dipercepat (terutama) untuk lansia karena sangat rawan untuk masuk rumah sakit dan wafat," tambahnya.

Dalam 23 Minggu ke depan, pemerintah juga akan mempercepat vaksinasi booster di DKI Jakarta dan Jabodetabek.

Ini karena tingkat penularan di wilayah ini cukup tinggi.

Pemerintah juga telah menyiapkan ketersediaan tempat tidur rumah sakit.

"Strategi perawatan rumah sakit kita sudah siap sekarang 80.000 bed. Yang sudah terisi sekarang sekitar 5.000 jadi masih ada room dari dan itu masih bisa dinaikkan kembali menjadi 150.000 (bed).

"Oksigen obat-obatan dan tenaga kesehatan juga kami sudah siapkan."

"Ya mudah-mudahan ini tidak dibutuhkan, karena kami berharap yang masuk rumah sakit akan jauh lebih rendah," pungkas Menkes.

(Tribunnews.com/Galuh Widya Wardani)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini