Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fahdi Fahlevi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy mengatakan masih banyak masyarakat yang memiliki pandangan salah mengenai stunting.

Masyarakat, kata Muhadjir, kerap menganggap stunting adalah mengenai kurang tinggi dan berat badan.

"Stunting ini ruwet. Masyarakat juga masih banyak yang keliru. Stunting itu dianggap kalau tingginya kurang, beratnya kurang, padahal bukan itu," ucap Muhadjir melalui keterangan tertulis, Kamis (27/1/2022).

Padahal, menurut Muhadjir, stunting adalah masalah pertumbuhan otak pada anak.

"Stunting itu masalahnya pertumbuhan otak," ucap Muhadjir.

Muhadjir mengatakan bahwa penurunan stunting tidak bisa diintervensi hanya melalui satu sektor saja melainkan harus komprehensif, terintegrasi, dan berkelanjutan.

Baca juga: Panduan Asupan Gizi Seimbang untuk Mencegah Stunting

Mulai dari pencegahan sejak masa remaja hingga pasca melahirkan terutama 1000 hari pertama kehidupan (HPK).

"Saat hamil sebenarnya bisa dilacak apakah janin ini bisa potensi stunting atau tidak. Yang sudah pasti, kalau saat 1000 HPK-nya tidak berhasil, intervensi seperti apapun tidak akan bisa," ungkapnya.

Namun terlepas dari itu, Muhadjir mengapresiasi upaya yang telah dilaksanakan oleh pemerintah daerah.

Selain memberikan vitamin tambah darah untuk mengantisipasi anemia pada remaja, juga terdapat program Integrated Development Plan (Rencana Pengembangan Terintegrasi).

Muhadjir mengatakan bahwa program tersebut sangat sesuai dengan upaya pemerintah dalam penanganan stunting. Hanya, selain terintegrasi juga harus berkelanjutan.

"Kalau menurut saya perlu ditambah menjadi Integrated Development and Sustainable Plan. Program yang terintegrasi, berkembang, dan berkelanjutan. Karena yang penting sekarang ini bagaimana menjamin kelanjutan program stunting. Kalau kita ingin jadi negara maju harus seminimal mungkin stunting atau bebas stunting,” pungkas Muhadjir.