TRIBUNNEWS.COM - Pengguna internet beberapa hari ini dihebohkan oleh penelitian di Wuhan tentang adanya varian virus corona bernama 'NeoCoV'.
Laporan tersebut juga menyebutkan NeoCov telah membunuh satu dari tiga orang.
Quint FIT telah menyanggah kesalahan informasi yang beredar di media sosial, yaitu NeoCoV bukan virus 'baru' dan juga bukan varian dari Covid-19.
Selain itu, sejauh ini belum ada kasus NeoCoV yang dikonfirmasi pada manusia, karena NeoCov hanya ditemukan pada kelelawar.
Dikutip dari The Quint, FIT melakukan penelitian yang menjadi dasar laporan ini dan tidak menemukan bukti klaim tersebut.
Sebelumnya, istilah NeoCov menduduki pencarian teratas di laman internet India, dikutip dari India Today.
Pengguna internet yang membaca nama tersebut menjadi khawatir akan adanya gelombang ketiga yang diinduksi dari varian Omicron.
Studi tentang NeoCoV ini belum ditinjau oleh rekan sejawat yang dirilis oleh sekelompok ilmuwan China, beberapa di antaranya berasal dari Universitas Wuhan. Cov, China, Wuhan.
Baca juga: Kasus Covid-19 di Indonesia Paling Rendah Dibandingkan 5 Negara Lain di Asia
Mengapa diberi nama NeoCov?
NeoCoV adalah istilah yang digunakan secara longgar untuk merujuk pada varian virus yang terkait dengan MERS-CoV.
MERS-CoV milik keluarga coronavirus yang lebih besar dan merupakan bagian dari tujuh jenis coronavirus yang diketahui dapat menginfeksi manusia.
MERS-CoV menyebabkan wabah besar di Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan Korea Selatan selama tahun 2010-an.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia, sekitar 35 persen dari pasien yang dilaporkan dengan infeksi MERS-CoV telah meninggal.
NeoCoV adalah kemungkinan varian dari virus corona khusus ini.
Namun, NeoCoV sebenarnya bukan sebutan formal, sehingga sulit untuk melacak etimologi istilah tersebut.
Para ahli telah menunjukkan NeoCov bukan virus corona baru atau mutasi atau varian baru.
Bahkan makalah penelitian yang memicu pembicaraan viral seputar NeoCoV tidak mengatakan bahwa itu adalah bentuk baru dari virus corona baru.
Baca juga: Pakar Epidemiologi Sarankan Pasien Gejala Ringan Covid-19 Lakukan Isoman dengan Pengawasan
Berikut ini poin umum atau ringkasan dari makalah tentang NeoCov:
1. NeoCoV adalah kerabat MERS-CoV terdekat yang pernah ditemukan dan ditemukan pada kelelawar.
2. NeoCoV dapat secara efisien menggunakan beberapa jenis kelelawar ACE2 (sejenis sel yang dalam biologi disebut reseptor) untuk menyebabkan infeksi.
3. NeoCoV dapat menginfeksi sel ACE2 manusia setelah mutasi T510F.
Pada dasarnya, makalah penelitian mengatakan NeoCoV, yang sejauh ini hanya ditemukan pada kelelawar, mungkin dapat menginfeksi manusia jika mengalami jenis mutasi tertentu.
Namun ada banyak hipotesis yang didasarkan pada penelitian laboratorium yang belum ditinjau oleh rekan sejawat.
Tinjauan tersebut merupakan proses ketat yang melibatkan para ahli, yang tidak terkait dengan penelitian yang bersangkutan, untuk menganalisis temuan dan metode peneliti asli.
Gagasan tentang NeoCoV yang mungkin dapat menginfeksi manusia masih menjadi teori, sehingga hal ini seharusnya tidak menjadi perhatian langsung.
Baca juga: Pembatasan Ketat Covid-19, PM Selandia Baru Tak Izinkan Jurnalis Hamil Ini Kembali dari Afghanistan
Infeksi NeoCov pada Manusia Terjadi jika Virus Alami Mutasi
Dikutip dari The Quint, studi yang dilakukan oleh para ilmuwan China, secara tidak terduga menemukan NeoCoV dan kerabat dekatnya, PDF-2180-CoV, berpotensi menggunakan reseptor Angiotensin-converting enzyme 2 (ACE2) manusia dan kelelawar untuk masuk ke tubuh manusia.
Kemudian, studi tersebut menyatakan kemungkinan itu tergantung pada mutasinya.
Perlu diingat, NeoCoV bukanlah virus baru, karena virus ini pertama kali ditemukan pada 2014.
Virus ini hanya ditemukan pada kelelawar dan sejauh ini belum menginfeksi atau membunuh manusia.
Studi baru, yang berbicara tentang potensi NeoCoV untuk menginfeksi manusia, tidak ditinjau oleh rekan sejawat.
Data yang diterbitkan oleh organisasi berita didasarkan pada laporan yang diterbitkan oleh kantor berita Rusia Sputnik yang tidak menyebut NeoCoV sebagai varian dari Covid-19 dan juga tidak mengatakan virus tersebut memiliki tingkat kematian 33 persen (1 dari 3).
Laporan Sputnik mengatakan, karena NeoCov terkait erat dengan MERS-CoV, ia berpotensi memiliki tingkat kematian yang serupa dengan MERS.
Namun faktanya, NeoCoV belum ditemukan pada manusia, sehingga tidak menyebabkan kematian manusia.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Informasi lain terkait NeoCov