Saat ini, kata Herawati, benih vaksin Covid-19 Merah Putih ada di tangan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) penghasil vaksin PT Biofarma.
Baca juga: Ketentuan Baru Vaksinasi Booster, Dosis Primer AstraZeneca Dapat Diberikan dengan Interval 8 Minggu
"Kalau ditanyakan bagaimana vaksin merah putih yang ada di Eijkman, benih vaksin ini sudah ada di tangan PT Biofarma."
"Jadi, kunci atau bola vaksin ini tinggal bergulir di industri," kata Herawati, Sabtu (29/1/2022).
Kendati demikian, Pusat Riset Biologi Molekuler (PRBM) Eijkman Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) juga masih memiliki peran dalam perkembangan vaksin Merah Putih.
Karena dalam pembuatan vaksin, akan ada uji klinik satu, dua, dan tiga.
Kendala Vaksin merah Putih Belum Bisa Diproduksi
Hingga saat ini pengembangan vaksin Merah Putih belum juga selesai.
Beberapa masalah yang menghambat pengembangan vaksin Covid-19 ini diungkap Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Laksana Tri Handoko, saat rapat dengan Komisi VII DPR di Komplek Parlemen, Jakarta, Senin (24/1/2022).
Baca juga: Ribuan Orang di Kanada Gelar Protes Mandat Vaksin Covid-19
Menurut Laksana, pengembangan vaksin Merah Putih tengah dilakukan tujuh tim yang terdiri dari beberapa perguruan tinggi.
Mulai dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Indonesia (UI) ada dua, LBM Eijkman, Universitas Padjajaran, LIPI, dan Universitas Airlangga.
Laksana mengatakan masing-masing perguruan tinggi tersebut sudah ada yang memiliki mitra industri, dan ada yang belum.
"Dalam konteks vaksin Merah Putih perlu saya sampaikan bahwa problem utama vaksin merah putih di Indonesia itu adalah, pertama kita belum miliki tim yang memiliki pengalaman mengembangkan vaksin dari scratch (secara mandiri)," ujarnya dikutip dari tribunnews (24/1/2022).
Laksana menyebut, semua tim sudah bekerja keras melakukan berbagai cobaan, namun karena belum ada pengalaman maka menjadi terhambat.
Baca juga: Kasus Dugaan Suntik Vaksin Kosong, Polda Sumut Dalami Kemungkinan Bertambahnya Jumlah Korban
Apalagi, sebagian besar vaksin yang diproduksi misalnya di Bio Farma semuanya berbasis pada lisensi.
"Sehingga memang itu jadi tantangan tersendiri bagi periset kita. Jadi ini membutuhkan jam terbang luar biasa untuk mendapatkan ini," tuturnya.
(Tribunnews.com/Galuh Widya Wardani/Aisyah Nursyamsi/Seno Tri Sulistiyono)