News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Imlek 2022

Rayakan Ramadan, Natal, Hingga Imlek 2022, PDIP Teguh Jadi Rumah Kebangsaan Indonesia Raya

Penulis: Fransiskus Adhiyuda Prasetia
Editor: Johnson Simanjuntak
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Sejumlah warga keturunan Tionghoa melakukan sembahyang imlek di Vihara Dharma Bakti di Jalan Kemenangan VII, Petak Sembilan, Glodok, Jakarta Barat, Selasa (1/2/2022). Pada 1 Februari 2022, umat Konghucu merayakan Tahun Baru Imlek. Ibadah Imlek di Kelenteng Petak Sembilan Digelar dengan Prokes Covid-19 yang sangat ketat, Agar tidak terjadi penyebaran virus Covid-19 terutama varian baru Omicron. Tribunnews/Jeprima

Lebih jauh, Hasto menjelaskan dengan merayakan Imlek, PDIP ingin membangun sebuah keharmonian bangsa. 

"Maka Ibu Megawati dan keluarga besar PDI Perjuangan mengucapkan selamat hari raya imlek. Untuk seluruh yang merayakan di tahun macan air ini, semoga kita dapat keberkahan, kita dapat bersama keluar dari berbagai persoalan pandemi," kata Hasto. 

"Sehingga dengan merayakan keharmonian di dalam imlek ini kita dapat membangun tekad persatuan. Inilah yang diinginkan PDI Perjuangan khususnya Ibu Megawati Soekarnoputri," tambahnya.

Megawati sendiri sudah membuktikan bahwa hal ini bukanlah sekedar kata-kata belaka. 

Baca juga: Tanpa Atraksi Barongsai, Perayaan Imlek di Klenteng Hok Lay Kiong Bekasi

Menurut Hasto, semua bisa memahami prinsip itu ketika PDIP mengusung Basuki Tjahaja Purnama alias BTP atau Ahok, menjadi calon gubernur DKI Jakarta.
 
"Kita tak melihat etnisnya. Pak Ahok ketika dicalonkan menjadi calon gubernur DKI, bukan karena dilihat etnisnya tetapi kualifikasi kepemimpinannya. Itulah yang menjadi karakter Pancasila dibumikan dalam seluruh kehidupan berbangsa dan bernegara. Inilah Indonesia tanpa diskriminasi," beber Hasto.

Bagi warga negara etnis Tionghoa, Hasto mengajak semuanya mengingat semangat perjuangan Indonesia merdeka. 

Bagaima warga Indonesia etnis Tionghoa masa perjuangan dahulu, berjuang untuk Indonesia merdeka, dengan menghidupi semangat antikolonialisme dan antiimperialisme. 

Dalam konteks sekarang, kata Hasto, maka bisa diwujudkan lewat aspek kepedulian dan keadilan sosial. 

"Mereka yang memegang kendali korporasi besar misalnya, tidak hanya CSR, namun bagaimana melalui bidang usaha mereka, membawa spirit berdikari. Karena sebagai bangsa kita satu. Ini yang ditegaskan Bung Karno. Menyatu dalam jiwa bangsa Pancasila yang mengedepankan gotong royong," ujar Hasto. 

"Pendeknya, dengan jiwa kemanusiaan berkobar, kalau melihat orang susah, apapun sukunya, kita harus bergerak untuk memberikan uluran tangan. Itu yang kita harapkan," pungkasnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini