News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Polemik Ucapan Arteria Dahlan

SMRC: Pernyataan Arteria Dahlan Soal Etnis Sunda Berdampak Negatif ke Elektabilitas PDIP di Jabar

Penulis: Gita Irawan
Editor: Malvyandie Haryadi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Massa dari Barisan Putra Sunda (Barada) melakukan unjuk rasa terkait pernyataan anggota Komisi III DPR RI, Arteria Dahlan soal Kajati yang menggunakan Bahasa Sunda dalam rapat harus dipecat, di depan Gedung Sate, Jalan Diponegoro, Kota Bandung, Jawa Barat, Jumat (21/1/2022). Dalam aksinya, mereka menuntut PDI Perjuangan (PDIP) untuk memecat Arteria Dahlan dan melakukan pergantian antar waktu sebagai anggota DPR RI, serta mendesak kepolisian memproses hukum secara profesional. TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Gita Irawan

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Hasil survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) terbaru yang dilakukan pada 5 sampai 8 Februari 2022 mengungkapkan pernyataan anggota DPR RI dari Fraksi PDIP Arteria Dahlan terkait Etnis Sunda berampak negatif terhadap elektabilitas PDIP di Jawa Barat.

Pertanyaan yang diajukan ke survei tersebut adalah Apakah Ibu/Bapak tahu atau pernah mendengar kabar tentang anggota DPR RI dari PDI Perjuangan Arteria Dahlan yang dianggap menyinggung Etnis Sunda karena meminta Jaksa Agung mencopot seorang Kajati yang bicara menggunakan Bahasa Sunda dalam sebuah rapat?

Manager Program SMRC Saidiman Ahmad mengatakan ada 66% warga Jawa Barat yang mengetahui peristiwa itu.

Pertanyaan berikutnya yang ditanyakan dalam survei adalah Jika tahu persitiwa itu, apakah Bapak/Ibu setuju atau tidak setuju dengan pendapat bahwa Arteria Dahlan telah menyinggung Etnis Sunda?

Baca juga: Diterpa Kasus Arteria Dahlan, PDIP Masih Nomor Satu di Jawa Barat Berdasarkan Survei SMRC

Saidiman mengatakan mayoritas di antaranya atau 64% dari 66% yang tahu menyatakan setuju jika dikatakan Arteria Dahlan telah menyinggung Etnis Sunda.

Pertanyaan selajutnya yang ditanyakan kepada mereka yang tahu adalah Apakah Ibu/Bapak tahu atau pernah dengar bahwa Ketua DPD PDIP Jawa Barat Ono Surono sudah mengirimkan protes dan permintaan ke DPP PDIP agar Arteria Dahlan diberikan sanksi yang berat?

Saidiman mengatakan ada 45% dari yang tahu kasus itu menyatakan tahu tentang upaya DPD PDIP Jawa Barat meminta DPP PDIP memberikan sanksi yang berat terhadap Arteria Dahlan.

Kemudian, dari yang tahu upaya dari DPD PDIP Jawa Barat tersebut, ditanyakan lagi Apakah Ibu/Bapak suka atau tidak suka dengan langkah Ketua DPD PDIP Jawa Barat tersebut?

Saidiman mentatakan mayoritas atau 89% menyatakan suka dengan langkah yang ditempuh ketua DPD PDIP Jawa Barat tersebut.

Baca juga: Sambangi Polda Metro, Majelis Adat Sunda dan Poros Nusantara Yakin Kasus Arteria Penuhi Unsur Pidana

Saidiman mengatakan berdasarkan survei pernyataan atau kasus mengenai Arteria Dahlan memiliki pengaruh pada elektabilitas PDIP.

Dari yang tahu peristiwa itu, kata Saidiman, hanya 14% yang menyatakan pilihan terhadap PDIP.

Sementara mereka yang tidak tahu, lanjut di, ada 21% yang menyatakan pilihan terhadap PDIP.

Mereka yang tahu, kata dia, cenderung lebih sedikit yang memilih dibanding warga yang tidak tahu kasus tersebut.

Pengaruh itu, kata dia, lebih besar lagi jika dikorelasikan dengan tingkat persetujuan warga bahwa Arteria Dahlan menyinggung Etnis Sunda.

Mereka yang setuju bahwa Arteria Dahlan menyinggung Etnis Sunda, kata dia, memberikan pilihan kepada PDIP hanya 11%.

Sedangkan warga yang tidak setuju dengan itu, memberikan pilihan kepada PDIP sebanyak 20%.

Hal tersebut disampaikannya dalam Survei Opini Publik SMRC bertajuk Partai, Gubernur, dan Presiden: Pandangan Publik Jawa Barat yang disiarkan di kanal Youtube SMRC TV pada Selasa (15/2/2022).

"Kita lihat di sini bahwa isu atau kasus Arteria Dahlan terkait pernyataan mengenai Etnis Sunda itu berdampak negatif terhadap elektabilitas PDI Perjuangan," kata Saidiman.

Survei dilakukan lewat telepon dengan mempertimbangkan aspek metodologis secara seksama.

Survei dilakukan lewat telepon karena dinilai lebih mungkin dilakukan di tengah-tengah upaya warga melakukan sosial distancing di masa pandemi covid-19.

Target populasi survei tersebut adalah warga Jawa Barat yang berusia 17 tahun ke atas atau sudah menikah dan memiliki telepon atau ponsel atau sekitar 76% dari total populasi pemilih di Provinsi Jawa Barat.

Sampel sebanyak 801 responden dipilih secara acak dari populasi tersebut dan diwawancarai lewat telepon.

Pemilihan sampel dilakukan melalui metode double sampling dan random digit dialing (RDD).

Double sampling adalah teknik memilih sampel secara acak dari kumpulan sampel hasil survei sebelumnya.

Sementara RDD adalah teknik memilih sampel melalui proses pembangkitan nomor telepon secara acak.

RDD dalam survei tersebut diterapkan terutama untuk menambah jumlah sampel hasil double sampling.

Dengan teknik double sampling, sampel sebanyak 640 responden dipilih secara acak dari database hasil survei tatap muka yang telah dilakukan SMRC sebelumnya.

Sementara itu dalam RDD sampel sebanyak 161 responden dipilih melalui proses pembangkitan nomor telepon secara acak, validasi, dan screening.

Total sampel hasil kombinasi 2 metode tersebut sebanyak 801 responden.

Margin of error survei diperkirakan ±3,5% pada tingkat kepercayaan 95%, asumsi simple random sampling.

Wawancara dengan responden dilakukan lewat telepon pada 5 sampai 8 Februari 2022 oleh pewawancara yang dilatih.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini