News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

BNPT: Tak Ada Partai yang Dibentuk untuk Besarkan Teroris, Tapi Harus Waspada

Penulis: Rizki Sandi Saputra
Editor: Johnson Simanjuntak
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Direktur Deradikalisasi sekaligus Juru Bicara BNPT Irfan Idris (tengah) saat sharing session di Royal Kuningan Hotel, Jakarta Selatan, Jumat (18/2/2022).

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) turut menyoroti terkait adanya penangkapan anggota Partai yang terduga teroris oleh Tim Detasemen Khusus (Densus) 88 Anti-teror Polri beberapa waktu belakangan.

Direktur Deradikalisasi BNPT Irfan Idris mengatakan bahwa sejatinya kini perkembangan aksi teror telah mengalami perubahan strategi. 

Dengan menyusupnya anggota teroris ke partai itu lah menjadi salah satu perubahan tersebut.

BNPT, kata dia, tidak pernah melabeli suatu lembaga Islam atau organisasi Islam, partai bahkan lembaga pendidikan yang ada keterlibatannya dengan penangkapan teroris oleh Densus 88, sebagai lembaga pendukung teroris.

"Jadi bukan partai nya, tapi kepada individu yang ada di partai itu. Bukan lembaga nya, BNPT sekali lagi tidak bermaksud menuding lembaga, partai, organisasi keumatan sebagai organisasi teroris," kata Irfan saat ditemui awak media usai sharing session di Royal Kuningan Hotel, Jakarta Selatan, Jumat (18/2/2022).

Atas hal itu kata dia, yang seharusnya dijadikan fokus untuk diwaspadai yakni individu yang terlibat dan terpapar faham radikal bukan dari lembaga atau organisasinya.

Sebab kata dia, tidak ada partai politik yang dibentuk untuk membesarkan teroris.

"Agar jangan masyarakat meyakini bahwa kalau partai ini ada teroris nya. Tidak ada partai yang dibentuk untuk membesarkan teroris," kata Irfan.

Baca juga: BNPT Sebut Strategi Teroris Berubah, Gabung Partai Hingga Ormas

Kendati begitu, masyarakat khususnya pemilik partai harus tetap waspada, karena kelompok teroris akan datang membawa visi melalui individu tertentu yang pada akhirnya orang itu merusak lembaga.

Bahkan lebih jauhnya, individu yang dimaksud juga akan merusak agama dan bangsa. 

"Di negara yang mayoritas agama juga mereka menunggangi itu, jadi murni mereka menunggangi," kata Irfan.

"Jadi bukan partai itu, bukan organisasi itu yang punya visi dan misi untuk memperkuat kelompok-kelompok mereka," tukas dia.

Sebelumnya, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) mengungkapkan, ada perubahan strategi kelompok jaringan teroris dalam menyebarkan faham radikal. 

Hal ini terlihat dari adanya serangkaian penangakapan terduga teroris di beberapa lembaga, partai Islam dan ormas Islam belakangan ini.

Direktur Deredakalisasi BNPT Irfan Idris mengatakan, perubahan strategi itu buntut dari seruan mantan Pimpinan ISIS Abu Bakr al-Baghdadi sebelum meningal dunia.

"Ini perubahan strategi mereka setelah Abu Bakr Al-Bagdhadi mengumandangkan, menginstruksikan kepada simpatisan, pendukung, militan, dan kelompok inti karena ada 4 kelompok kalau diklasifikasikan," kata Irfan saat acara sharing sesion di Kuningan, Jakarta Selatan, Jumat (18/2/2022).

Adapun dalam seruan itu kata Irfan, Abu Bakr al-Baghdadi menyebut kalau para kelompok inti yang dimaksud bisa menyebarkan pola aksi teror tanpa harus pergi ke Suriah.

Melainkan bisa dilakukan di masing-masing negara dengan terpusat di Poso, Sulawesi Tengah dan di negara Filipina. 

"Mereka yang terjerat dan terpapar paham radikal untuk melakukan pola aksi untuk jangan semuanya harus ke Suriah, silakan beraksi di Negeri sendiri dan direncanalan untuk dipusatkan di Poso atau Filipina," kaya Irfan.

Hanya saja rencana tersebut gagal karena pimpinan jaringan MIT sekaligus pendukung ISIS di Poso yakni Santoso tewas lantasan berhasil ditangkap dan dieksekusi mati.

Atas hal itu kata Irfan, BNPT tidak pernah melabeli suatu lembaga Islam atau organisasi Islam bahkan lembaga pendidikan yang ada keterlibatannya dengan penangkapan teroris oleh Densus 88, sebagai lembaga pendukung teroris.

Sebab kata dia, kini kelompok jaringan teroris bisa berkembang melalui beragam cara dengan beragam nama identitas dengan cara menyusupi suatu lembaga dan tidak langsung melakukan kegiatan teror.

Para kelompok teror kata Irfan, akan menyusupi lembaga dengan cara misalnya pembaiatan, pengajian, dan menggunakan istilah-istilah yang biasa masyarakat umum lakukan.

"Kita jangan terjebak dengan simbol-simbol fisik, karena mereka intoleran, menghalalakan segala cara, menolak NKRI, Pancasila dan ingin merubah negara bangsa menjadi negara agama dengan sebuah ideologi khilafah yang mereka sendiri tidak pahami secara komprehensif," tukas Irfan.

Diketahui, belakangan terjadi penangkapan terduga terorisme oleh Tim Densus 88 Anti-teror Polri di beberapa wilayah.

Baca juga: Kader Partai Ummat Ditangkap Densus 88 Terkait Terorisme, Arvindo Noviar: Saya Tidak Kaget!

Kekinian, tim Densus 88 Anti-teror Polri menangkap terduga teroris RH yang merupakan anggota Partai Ummat Bengkulu.

Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karopenmas) Polri Brigjen Pol Ahmad Ramadhan mengatakan selain RH, Densus juga turut mengamankan dua terduga teroris lainnya yakni CA dan M.

Dengan begitu, total ada tiga tersangka yang ditangkap oleh polisi di Bengkulu pada Rabu kemarin (9/2/2022).

Ramadhan menyatakan, dalam perannya, CA dibantu oleh kedua rekannya yakni M dan R untukmelakukan perekrutan anggota baru.

Ketiganya juga kata Ramadhan telah mengucap janji setia atau berbaiat kepada kelompok Jamaah Islamiyah (JI) sejak puluhan tahun lalu.

"Mereka sudah berbaiat kepada JI sejak 1999," kata Ramadhan.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini