Ganjar unggul di atas Anies yang meraih 33% dan Prabowo 14%.
"Hasil serupa juga kita temukan kalau kita analisis melalui (mengikuti berita) informasi lewat TV dan internet. Di sana Pak Ganjar unggul signifikan dari Anies maupun Prabowo," kata dia.
Pendiri SMRC Saiful Mujani menjelaskan pemilih kritis adalah pemilih yang punya informasi lebih baik tentang berbagai isu nasional, politik, ekonomi, pembangunan, dan sebagainya.
Dengan demikian, hal tersebut menjadi bahan pertimbangan mereka ketika menilai dan memilih seorang calon presiden.
Pemilih kritis, kata dia, kebanyakan adalah warga perkotaan atau warga yang tinggal di perkotaan dan relatif lebih berpendidikan.
Pemilih kritis, lanjut dia, biasanya punya pengaruh lebih kuat di dalam kehidupan masyarakat.
Mereka, kata Saiful, juga biasanya tidak mudah dipengaruhi dan justru lebih mudah memperngaruhi.
Menurut Saiful mempelajari pemilih kritis sangat penting dan strategis dalam konteks pemilihan presiden dan pemilihan-pemilihan umum lainnya.
Hal tersebut, kata dia, karena mereka yang punya basis pemilih kritis yang besar maka akan punya basis yang kuat secara elektoral ke depan mengingat mereka punya basis sosial yang sulit dipengaruhi tapi justru akan mempengaruhi pemilih-pemilih lain.
"Akan mempunyai efek bola salju dalam proses kontestasi pemilu yang akan berlangsung di negara kita tahun 2024 nanti," kata Saiful.
Terkait survei tersebut, SMRC melakukan serangkaian survei nasional melalui telepon dengan pewawancara yang dilatih dan dimutakhirkan terakhir pada 8 sampai 10 Februari 2022.
Target populasi survei tersebut adalah warga negara Indonesia yang berusia 17 tahun ke atas atau sudah menikah dan memiliki telepon/cellphone, sekitar 72% dari total populasi nasional.
Dalam survei terakhir pada 8 sampai 10 Februari 2022, sampel sebanyak 1.268 responden dipilih secara acak dari populasi tersebut dan diwawancarai lewat telepon.
Pemilihan sampel dilakukan melalui metode double sampling dan random digit dialing (RDD).