TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Berdasarkan hasil survei tertutup 3 nama terhadap pemilih kritis yang dimutakhirkan pada 8 sampai 10 Februari 2022 oleh Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), elektabilitas Ganjar Pranowo unggul dari Anies Baswedan dan Prabowo Subianto sejak Juni 2021 tahun lalu.
Direktur Riset SMRC Deni Irvani menjelaskan pihaknya melakukan simulasi survei tertutup tiga nama yakni Ganjar Pranowo, Anies Baswedan, dan Prabowo Subianto sejak Juni 2021.
Berdasarkan survei tersebut, kata dia, tren menunjukkan Ganjar unggul secara konsisten dari Anies dan Prabowo.
Ketika survei pada Juni 2021 misalnya, kata Deni, Ganjar mendapat sekitar 30%.
Sementara Prabowo dan Anies, lanjut dia, bersaing ketat di posisi kedua dengan 20,4 dan 19,2%.
Sedangkan pada survei terakhir pada 8—10 Februari 2022, Ganjar Pranowo mendapat 37,4%.
Sementara itu, Anies Baswedan meraih 23,3% dan Prabowo Subianto 21,9%.
Sedangkan mereka yang belum tahu pilihannya masih ada 20,1%.
Hal tersebut disampaikannya dalam Rilis Survei dan Opini Publik SMRC: Kecenderungan Pilihan Presiden Kelompok Pemilih Kritis yang ditayangkan di kanal Youtube SMRCTV pada Senin (28/2/2022).
Baca juga: Ganjar Melesat Jauh Ungguli Anies, di Survei Semi Terbuka 29 Nama Terhadap Pemilih Kritis SMRC
"Jadi keunggulan Ganjar Pranowo bukan hanya terjadi baru-baru ini saja, tapi sudah sejak Juni 2021 paling tidak dalam simulasi tiga nama dan cenderung menguat," kata dia.
Selain itu, lanjut dia, jika dianalisis berdasarkan variabel-variabel desa, kota, pendidikan, dan akses informasi lewat berbagai media massa atau internet misalnya kita menemukan bahwa Ganjar konsisten unggul di kelompok perkotaan di mana kelompok tersebut mayoritas merupakan kelompok pemilih kritis.
Selain itu, Ganjar juga memperoleh elektabilitas tingggi di kalangan pemilih berpendidikan tinggi, meskipun kalah tipis dari Anies di mana Ganjar mendapat 34% dan Anies 35%.
Sementara itu di kelompok berpendidikan tinggi, Prabowo tertinggal dengan hanya mendapat 18%.
Selain itu, lanjut dia, pada indikator pemilih kritis yaitu mengikuti berita politik lewat koran, Ganjar mendapat dukungan 49%.
Ganjar unggul di atas Anies yang meraih 33% dan Prabowo 14%.
"Hasil serupa juga kita temukan kalau kita analisis melalui (mengikuti berita) informasi lewat TV dan internet. Di sana Pak Ganjar unggul signifikan dari Anies maupun Prabowo," kata dia.
Pendiri SMRC Saiful Mujani menjelaskan pemilih kritis adalah pemilih yang punya informasi lebih baik tentang berbagai isu nasional, politik, ekonomi, pembangunan, dan sebagainya.
Dengan demikian, hal tersebut menjadi bahan pertimbangan mereka ketika menilai dan memilih seorang calon presiden.
Pemilih kritis, kata dia, kebanyakan adalah warga perkotaan atau warga yang tinggal di perkotaan dan relatif lebih berpendidikan.
Pemilih kritis, lanjut dia, biasanya punya pengaruh lebih kuat di dalam kehidupan masyarakat.
Mereka, kata Saiful, juga biasanya tidak mudah dipengaruhi dan justru lebih mudah memperngaruhi.
Menurut Saiful mempelajari pemilih kritis sangat penting dan strategis dalam konteks pemilihan presiden dan pemilihan-pemilihan umum lainnya.
Hal tersebut, kata dia, karena mereka yang punya basis pemilih kritis yang besar maka akan punya basis yang kuat secara elektoral ke depan mengingat mereka punya basis sosial yang sulit dipengaruhi tapi justru akan mempengaruhi pemilih-pemilih lain.
"Akan mempunyai efek bola salju dalam proses kontestasi pemilu yang akan berlangsung di negara kita tahun 2024 nanti," kata Saiful.
Terkait survei tersebut, SMRC melakukan serangkaian survei nasional melalui telepon dengan pewawancara yang dilatih dan dimutakhirkan terakhir pada 8 sampai 10 Februari 2022.
Target populasi survei tersebut adalah warga negara Indonesia yang berusia 17 tahun ke atas atau sudah menikah dan memiliki telepon/cellphone, sekitar 72% dari total populasi nasional.
Dalam survei terakhir pada 8 sampai 10 Februari 2022, sampel sebanyak 1.268 responden dipilih secara acak dari populasi tersebut dan diwawancarai lewat telepon.
Pemilihan sampel dilakukan melalui metode double sampling dan random digit dialing (RDD).
Double sampling adalah teknik memilih sampel secara acak dari kumpulan sampel hasil survei sebelumnya.
Sementara RDD adalah teknik memilih sampel melalui proses pembangkitan nomor telepon secara acak.
RDD dalam survei tersebut diterapkan terutama untuk menambah jumlah sampel hasil double sampling.
Dengan teknik double sampling, sampel sebanyak 811 responden dipilih secara acak dari database responden hasil survei tatap muka yang telah dilakukan SMRC sebelumnya.
Baca juga: Survei Top of Mind Pemilih Kritis SMRC Februari 2022: Ganjar Pranowo Unggul Signifikan
Sementara itu dalam RDD sampel sebanyak 457 responden dipilih melalui proses pembangkitan nomor telepon secara acak, validasi, dan screening.
Margin of error survei diperkirakan ±2.8% pada tingkat kepercayaan 95%, asumsi simple random sampling.
Survei terakhir dilakukan pada 8 sampai 10 Februari 2022 dan survei sebelumnya dilakukan secara rutin setiap minggu sejak April 2020.