Keesokan harinya, Venkandou mengingat, ia mendengar siaran radio yang sudah dikuasai oleh PKI.
Ketika itu, Letkol Untung mengumumkan, dikhususkan kepada para TNI.
"Kalau yang mau ikut langsung akan dinaikkan pangkatnya dua tingkat, yang ikutan satu tingkat. Lha, kita waktu itu opo-opoan (apa-apaan). Kita tidak mengerti," ujarnya.
Kegiatan mempersiapkan peringatan HUT TNI kemudian dibatalkan. Venkandou dan Soegimin beserta rekannya yang lain kemudian ditarik Kormar.
Pada tanggal 3 Oktober 195, sekitar jam 9 - 10 malam, cerita keduanya, datang Kapten Sukendar dari TNI meminta pertolongan untuk mengangkat para jenazah tujuh jenderal di Lubang Buaya.
"Kebetulan Kapten sukendar pernah melihat kita menolong orang yang keracunan di Yogya," ungkap Venkandou.
Kapten Sukendar sebelum menemuinya, sempat memastikan kepada Soeharto (saat itu berpangkat Mayjen).
Setelah bertemu dan memastikan meminta bantuan, Venkandou dan Soegimin kemudian berangkat ke Bandar Udara Halim Perdanakusumah.
Namun, sesampai di sana, Venkandou dan Seogimin kesulitan mencari dimana lokasi Lubang Buaya.
Venkandou cerita, ketika itu, Bandara Halim sudah dikuasai oleh TNI Angkatan Udara. Keduanya tiba di Bandara Halim, subuh, 4 Oktober 1965.
Dua polisi militer Angkatan Udara kemudian menghampirinya, memastikan mengetahui lokasi lubang buaya yang dimaksud.
"Tiba-tiba ada dua polisi dari angkatan udara merapat kepada kita. Kemudian menawarkan, mau ke lubang buaya, mari saya antar," cerita Venkandou
Lokasi Lubang Buaya, cerita keduanya saat itu sudah dikuasai oleh pasukan RPKAD.
Keduanya, pun tak bisa sembarangan masuk.