News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Kadensus 88 Beri Contoh Pemberontakan GAM Saat Bicara soal Penanganan Terorisme di Papua

Penulis: Reza Deni
Editor: Eko Sutriyanto
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Personel Satgas Kodim Yalimo Yonif RK 751/VJS mengunjungi Sekolah Dasar Negeri Kubu di Distrik Minage, Kabupaten Tolikara, Papua. Kamis (17 Maret 2022) Kunjungan yang dilakukan personel Satgas ini juga membagikan buku bergambar kepada anak-anak. (TRIBUNNEWS/Yonif RK 751/VJS)

Laporan Reporter Tribunnews.com, Reza Deni

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kepala Detasemen Khusus (Densus) 8i8 Antiteror Mabes Polri Irjen Marthinus Hukom bicara soal kemungkinan Densus 88 juga ikut menangani terorisme dan gejolak akibat Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) yang berada di tanah Papua.

Menurutnya, apa yang terjadi di Papua memerlukan pendekatan yang sangat komprehensif.

Awalnya ia mengatakan bahwa untuk menangani persoalan Papua, publik harus melihat dari sisi yang lebih luas lagi.

"Harus diselesaikan oleh kita bersama-sama, bukan hanya polisi.

Ini semua elemen harus melihat ini," kata Marthinus seusai RDP dengan Komisi III DPR RI, Senin (21/3/2022).

Baca juga: Jenderal Andika Beberkan Kejanggalan Kronologi Gugurnya 3 Prajurit TNI di Distrik Gome Papua

Dia menilai bahwa yang terpenting dari Papua adalah bagaimana wilayah tersebut tak boleh dari Indonesia.

Marthinus pun memberi contoh bagaimana menangani persoalan separatisme melalui peristiwa pemberontakan Gerakan Aceh Merdeka (GAM).

"Apakah Aceh ditangani dengan undang-undang teror? Enggak, kita juga punya kepentingan untuk tetap mempertahankan Papua sebagai bagian dari Indonesia," kata dia.

Maka itu, Marthinus menilai bahwa persoalan yang bergejolak di Papua melalui KKB bukan masalah penyelesaian terornya.

"Tapi yang terpenting adalah bagaimana menyelesaikan mereka tidak punya keinginan untuk merdeka. Itu lebih penting," kata dia.

"Artinya pendekatan yang dilakukan terhadap Papua itu lebih harus lebih komprehensif, tidak sekadar menyelesaikan kekerasan.

Kekerasan itu ekses dari para keinginan daripada kehendak. Kita harus menyelesaikan kehendaknya, bukan perbuatan aktualnya, itu lebih penting," pungkasnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini