TRIBUNNEWS.COM - Melimpahnya minyak goreng di pasaran setelah Pemerintah menghapuskan aturan Harga Eceran Tertinggi (HET), memicu berbagai macam spekulasi.
Wakil Ketua Komisi VII DPR RI, Eddy Soeparno, menjelaskan bahwa saat ini stok minyak di pasaran melimpah.
Padalah sebelumnya, minyak kosong dan langka di pasaran.
Tentu hal ini mengundang pertanyaan berbagai pihak.
Hal tersebut diungkapkan oleh Eddy saat memimpin Tim Kunjungan Kerja Spesifik Komisi VII RI ke pabrik minyak goreng Sunco milik PT Mikie Oleo Nabati Industri di Bekasi, Jawa Barat, Kamis (24/3/2022).
“Beberapa minggu lalu minyak goreng itu langka sekali namun kemudian sekarang stoknya kembali melimpah tetapi harganya mahal."
"Saya menduga ada yang tidak beres untuk itu kita dari Komisi VII turun langsung melihat pembuatan dan pendistribusian minyak goreng untuk kita ketahui apa saja yang menjadi masalahnya,” kata Eddy dikutip dari DPR RI.
Baca juga: Bos Fahrenheit Tersangka, Penelantaran Anak Bambang Pamungkas, Badai Covid Timnas Italia
Baca juga: Wamentan Sebut Persoalan Minyak Goreng Imbas Naiknya Harga Sawit Internasional
Eddy menduga adanya oknum-oknum nakal yang tidak bertanggung jawab sengaja membuat minyak goreng menjadi langka dan mahal.
Untuk itu, Komisi VII DPR RI berencana turun ke lapangan untuk melihat langsung pembuatan dan pendistribusian minyak goreng langsung dari pabrik.
Mengingat, kenaikan harga minyak goreng telah terjadi sejak November 2021 dan sampai saat ini belum terselesaikan.
Berdasarkan temuan dilapangan, kata Eddy, penyebab kelangkaan minyak goreng disebabkan harga beli crude palm oil (CPO) dari produsen minyak goreng yang meningkat.
Juga adanya masalah distribusi eceran yang tidak sesuai harapan menjadi penyebab utama.
“Kelangkaan dan kenaikan harga ini disebabkan harga beli CPO yang meningkat."
"Kemudian masalah distribusi eceran ada dinamika harga."
Baca juga: Pembeli Baru Belanja Minyak Goreng Curah di Klaten Diwajibkan Minimal Belanja Rp 500 Ribu
"Dalam hal ini kami akan mendalami lebih lanjut lagi bagaimana kita mengambil sikap agar penyaluran minyak goreng ini menjadi merata dan harga yang lebih terjangkau,” pungkas Eddy.
Komisi VII juga akan berdialog kembali dengan Kemnterian Perindustrian mengenai masalah ini.
"Jika perlu kita juga akan memanggil Kementerian Perdagangan yang menjadi mitra Komisi VI untuk sama sama membahas dalam rapat,” sambung Eddy.
Perlu Keterlibatan Pemda
Diwartakan Tribunnews.com sebelumnya, Deputi III Kepala Staf Kepresidenan RI, Panutan Sulendrakusuma, menilai perlu ada keterlibatan Pemerintah Daerah (Pemda) terkait pengawasan distribusi minyak goreng curah di pasaran.
Menurut Panutan, upaya ini dapat mencegah potensi minyak goreng curah dijual di atas HET.
Baca juga: Stok Minyak Goreng Curah Kosong Selama 4 Hari di Klaten, Warga Terpaksa Antre Bawa Jeriken
"Pelibatan Pemda menjadi sangat krusial, agar penyaluran minyak goreng curah di pasar-pasar tradisional bisa berjalan dengan lancar, dan bisa mencegah terjadinya potensi perubahan harga di pengecer di atas HET."
"Terkait ini, kita (KSP) sudah sampaikan pada rakor bersama Kemendag, Kemenperin, dan Satgas Pangan, beberapa hari lalu," kata Panutan di gedung Bina Graha Jakarta, Rabu (23/3/2022).
Ia menambahkan, selama ini keberadaan minyak goreng curah ada di pasar-pasar tradisional, jumlahnya mencapai 16 ribu lebih di seluruh Indonesia.
Jadi, jika pengawasan kebijakan HET hanya dilakukan pusat tanpa melibatkan Pemda, maka sulit untuk mengontrol HET yang ada di pasaran.
Minyak Goreng Curah Langka di Klaten
Warga di kawasan Pasar Srago, Kelurahan Mojayan, Kecamatan Klaten Tengah, Klaten, Jawa Tengah sibuk mengantre untuk membeli minyak goreng curah, Kamis (24/3/2022).
Baca juga: Buruh Desak Pemerintah Turunkan Harga Minyak Goreng, KSPI: Kami Siap Demo Besar-besaran
Antrean tersebut terjadi karena stok minyak goreng curah sempat kosong selama 4 hari di wilayah tersebut.
Pantauan Tribunnews.com pukul 09.30 di Toko Sumber Hidup dan Toko Sumber Agung selaku distributor minyak goreng curah di kawasan Pasar Srago, para warga rela antre dengan membawa jeriken.
Seorang warga, Indah (49) mengaku seminggu ini dirinya terpaksa membeli minyak goreng kemasan yang harganya mencapai Rp 22 ribu per liter.
Lantaran, minyak goreng curah di pasaran langka.
(Tribunnews.com/Galuh Widya Wardani/Suci Bangun Dwi Setyaningsih/Erik S)