TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Terdakwa kasus UU ITE Elizabeth Susanti dijatuhi vonis hukuman 1 tahun 8 bulan penjara oleh Majelis Hakim Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Pusat.
Elizabeth terbukti secara sah dan menyakinkan memanipuasi foto untuk melakukan tindak penipuan. Ia mengedit dan mengunggah foto dirinya di media sosial seolah-olah istri dari Jenderal (Purn) Wiranto.
Usai pembacaan putusan di Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Pusat, Selasa (31/5/2022), Elizabeth justru mengungkapkan hal lain.
Ia menyampaikan permohonan maaf kepada eks Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum.
Elizabeth mengaku bahwa dirinya lah yang turut 'menjebloskan' Anas ke dalam penjara. Dimana, Anas Urbaningrum adalah terpidana dalam kasus proyek pembangunan Pusat Pendidikan, Pelatihan, dan Sekolah Olahraga Nasional (P3SON) Hambalang pada 2010-2012.
Secara khusus, Elizabeth juga mengungkapkan bahwa dirinya mendapat perintah untuk turut menjebloskan Anas dari kelompok Cikeas.
Ia pun menyebut nama-nama elit Partai Demokrat dan eks Pemimpin KPK di era pemerintahan Presiden SBY.
Tak sampai disitu, Elizabeth juga menyampaikan permohonan maaf kepada Presiden Joko Widodo, Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri, Kepala Badan Inteligen Negara (BIN) Budi Gunawan, Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto serta Mantan Ketua KPK Antasari Azar.
Pasalnya, ia mendapat perintah dari kelompok Cikeas untuk 'menggangu' para tokoh itu secara spiritual. Diketahui, Elizabeth memang berprofesi sebagai penasihat spiritual.
Merespons apa yang disampaikan Elizabeth Susanti tersebut, Sekretaris Jenderal DPP PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto mengaku kaget.
Pasalnya, apa yang disampaikan Elizabeth Susanti itu turut menyebut sejumlah tokoh elit dan Ketua Umum PDIP Megawati Soeakrnoputri. Dimana, ada disebutkan desain itu yang dilakukan oleh Partai Demokrat.
Baca juga: Divonis 1 Tahun 8 Bulan Penjara, Elizabeth Susanti Malah Minta Maaf Kepada Anas Urbaningrum
"Saya sungguh kaget terhadap apa yang disampaikan oleh Susanti, terutama terhadap kriminalisasi terhadap Antasari Azhar, Anas Urbaningrum dan berbagai serangan sistematis terhadap Pak Jokowi, Ibu Mega dan PDI Perjuangan sebagai desain dari Partai Demokrat sebagaimana dituduhkan," kata Hasto kepada Tribun Network, Kamis (2/6/2022).
Hasto pun meminta, agar apa yang disampaikan Elizabeth itu turut di klarifikasi oleh Partai Demokrat.
"Karena itulah hal tersebut sebaiknya segera diklatifikasi oleh PD," sambungnya.
Hasto mengatakan, sejak awal publik menangkap adanya kecurigaan terhadap apa yang terjadi dengan eks Ketua KPK Antasari. Dimana, ada dugaan suatu skenario politik dengan menggunakan berbagai oknum penegak hukum atas campur tangan kekuasaan Istana, saat itu.
"Pak Antasari selama ini terus berjuang mencari kebenaran hukum dan akhirnya dikabulkan oleh MA," terang Hasto.
Hasto pun turut menanggapi soal serangan spiritual yang juga dilontarkan oleh Elizabeth Susanti.
Menurutnya, meskipun Ketum PDIP Megawati, Presiden Jokowi dan PDIP sering menjadi korban atas politik menghalalkan segala cara yang dilakukan oleh pihak lain.
Namun, nilai yang diajarkan oleh Ibu Megawati adalah Satyam Eva Jayate, bahwa pada akhirnya kebenaran yang akan menang.
"Meskipun begitu banyak kriminalisasi hukum yang ditujukan ke kader PDIP melalui campur tangan kekuasaan, terutama pada masa ketika kami berada di luar pemerintahan, pada akhirnya terbukti bahwa kebenaran adalah kebenaran," jelas Hasto.
Pada persidangan sebelumnya, Elizabeth pun mengaku, bahwa perbuatannya menggunakan foto editan bersama Wiranto merupakan perintah dari orang di lingkaran Cikeas. Ia pun menyebut nama politisi Partai Demokrat AA.
Ia pun mendapat perintah untuk merusak citra PDI Perjuangan serta Presiden Jokowi melalui foto editan serta menipu lewat program bantuan sosial pemerintah.
Pasalnya, kata Elizabeth, AA merasa selama ini Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) merasa dipojokan oleh PDIP.
"Betul, bahwa ini, saya boleh ngomong sekarang, Jadi ini adalah kecemburuannya, bukan kecemburuan ya, jadi Pak SBY merasa Demokrat selama ini selalu dipojokan oleh PDIP. Kemudian AHY selalu dipojokan oleh PDIP. Kemudian timbulah ide, ide itu dari siapa, dari Andi Arief. Dari AA bahwa harus ada kasus seperti ini," ungkap Elizabeth.
"Saya disuruh abal-bal di pansos ini. Gitu loh. Untuk merusak suara PDIP," tambahnya.
Ia juga mengakui bahwa ada perintah untuk merusak citra Presiden Jokowi lewat bansos.
Selain itu, Elizabeth juga mengungkapkan, kenapa dirinya memilih untuk menggungah foto editan bersama Wiranto dan melakukan aksinya di Bekasi. Pasalnya, orang di lingkungan Cikeas paham kalau Elizabeth pernah dekat dengan Wiranto.
"Ya (perintah) AA, (untuk merusak) suara PDIP dan Pak Jokowi soal bansos. Kenapa dengan Pak Wiranto, kenapa harus dibongkar dengan Pak Wiranto, karena memang saya, Cikeas tau bahwa saya punya hubungan dekat, sangat-sangat dekat dengan Pak Wiranto," jelasnya.