News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Bursa Capres

Di Balik Pertemuan Prabowo - Surya Paloh, 'Kadang Mas Prabowo enggak Terlalu Senyum Sama Saya'

Penulis: Fransiskus Adhiyuda Prasetia
Editor: Dewi Agustina
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ketua Partai Nasdem Surya Paloh bersama Ketua Partai Gerindra Prabowo Subianto usai melakukan pertemuan di DPP Partai Nasdem, Jakarta, Selasa (1/6/2022). Pertemuan ini merupakan silaturahmi antar partai yang membicarakan pentingnya stabilitas nasional. TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto bertemu dengan Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh di Nasdem Tower, Gondangdia, Jakarta, Rabu (1/6/2022) lalu.

Pantauan Tribunnews.com, Prabowo bersama petinggi Partai Gerindra tiba di Nasdem Tower sekira pukul 11.50 WIB.

Prabowo mengatakan, pertemuan tersebut tak memiliki agenda khusus.

Ia mengaku diundang Surya Paloh.

"Tidak ada agenda khusus, saya diundang kawan saya, ya saya datang," kata Prabowo di lokasi.

Selain itu, Prabowo mengaku dirinya mengunjungi Nasdem Tower sekaligus menyantap makan siang.

"Ya, makan siang," ujar Menteri Pertahanan Republik Indonesia itu.

Adapun beberapa petinggi Partai Gerindra yang mendampingi Prabowo, yakni Sekjen DPP Partai Gerindra, Ahmad Muzani.

Pertemuan Prabowo dengan Surya Paloh pun berlangsung secara terutup.

Kedua pimpinan parpol itu pun bertemu sekitar kurang lebih 5 jam.

Usai pertemuan keduanya, Prabowo membicarakan soal peluang koalisi Pilpres 2024 dengan Partai Nasdem.

Menurutnya, dirinya tak bisa main atur sendiri berbicara terkait koalisi Pilpres dengan Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh.

Baca juga: Anies Dinilai Masih Berpeluang Diusung Nasdem di Pilpres 2024 Meski Surya Paloh-Prabowo Bertemu

"Beliau pemimpin partai, saya pemimpin partai. Kita kan tidak bisa bertindak karena kita teman," kata Prabowo.

Selain itu, kata dia, keduanya masing-masing memiliki konstituen sehingga tak bisa main atur sendiri.

"Kita atur sendiri-sendiri enggak bisa, ya. Beliau punya konstituen, saya punya konstituen," ujar Prabowo.

Lebih lanjut, Prabowo mengatakan, dirinya bertanggungjawab terhadap partainya soal koalisi Pilpres.

Prabowo mengaku, dirinya bersama Surya Paloh berkomitmen untuk apapun terjadi tetap menjaga Pancasila dan keutuhan NKRI.

"Kita komit apapun terjadi kita komit bersama-sama menjaga pancasila, menjaga keutuhan republik Indonesia. Jadi ini kita tidak hanya untuk pemilu," ungkapnya.

Prabowo juga sempat menyinggung soal kriteria calon presiden (Capres) 2024.

Menurut Prabowo, salah satu kriteria yang paling penting dimiliki oleh Capres, yakni berpengalaman.

"Kalau bisa yang berpengalaman," kata Prabowo.

Tak hanya itu, Prabowo juga menyebut beberapa kriteria lain yang perlu dimiliki oleh Capres, seperti warga negara Indonesia (WNI).

Kemudian, sehat secara jasmani dan rohani, memiliki komitmen sungguh-sungguh, setia kepada Pancasila dan taat pada UUD 1945.

"Intinnya saya kira kita harus ada sosok yang sungguh-sungguh komit dan setia kepada Pancasila, UUD 1945 seutuhnya. Tidak sebagai mantra, tapi seutuhnya," ungkap Prabowo.

Sementara, Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh mengatakan, hubungannya dengan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto terjalin sejak lama.

Menurut Paloh, hubungan yang terjalin hampir 40 tahun tersebut kadang tak berjalan mulus.

Bahkan, kata dia, terkadang Menteri Pertahanan Republik Indonesia itu tak terlalu senyum ketika bertemu dengannya.

"Ada masalah kadang-kadang pasang surut. Kadang Mas Prabowo enggak terlalu senyum sama saya," kata Paloh.

Kendati demikian, Paloh menuturkan bahwa keduanya memiliki suatu komitmen yang sama, yakni mengabdikan diri demi kemajuan Indonesia.

"Tapi kami tahu kita semua memiliki niat baik yang sama. Kami ingin mengabdikan diri kami bagi sumbangsih kami bagi kemajuan bangsa dan negara ini," ujarnya.

Kedatangan Prabowo Subianto bersama jajaran Partai Gerindra ke markas Partai NasDem itu bisa dibaca sebagai langkah persiapan menuju Pemilu 2024.

Prabowo mengisyaratkan tengah melobi Surya Paloh dan jajaran Partai NasDem untuk mendukungnya di Pilpres 2024.

Baca juga: Singgung Soal Demokrasi di Indonesia, Surya Paloh: Super Bebas!

Pasalnya, Prabowo butuh dukungan partai lain untuk menguatkan posisinya untuk maju kembali sebagai calon presiden (Capres) di 2024.

Apalagi, Partai NasDem akan menggelar Rapat Kerja Nasional (Rakernas) pada 15-17 Juni 2022, untuk menentukan calon presiden yang akan di dukung pada Pilpres.

Terlebih, saat ini Partai Golkar, PPP dan PAN telah membentuk Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) menghadapi Pemilu.

Ketiga partai itu juga telah mengajukan nama seperti Ketum Partai Golkar Airlangga Hartarto sebagai capres dari KIB.

Potensi Koalisi Gerindra-Nasdem?

Direktur Eksekutif Institute for Democracy and Strategic Affairs (Indostrategic) A Khoirul Umam menilai, pertemuan Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh dengan Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto bisa jadi merupakan upaya untuk menghadapi kontestasi Pemilu 2024.

Artinya, penjajakan koalisi menuju 2024 ke depan akan makin intensif.

"Pertemuan ini jelas bukan pertemuan seremonial. Besar kemungkinan terkait penjajakan koalisi menuju 2024," kata Khoirul Umam.

Namun, lanjut Umam, dia menilai potensi koalisi Nasdem dan Gerindra relatif kecil.

Kedua pemimpin partai itu dinilai memiliki cara pandang dan model pendekatan yang jauh berbeda dalam landasan berpolitik.

"Memang dari awal secara basis politik kebangsaan oleh Pak Surya Paloh dan Pak Prabowo itu cukup berbeda. Saya pikir pelajaran dari Pilpres 2019 di mana salah satu elemen menggunakan eksploitasi politik identitas yang begitu akut dan menciptakan polarisasi yang demikian luar biasa. Posisi dari Pak Paloh cukup jelas untuk menentang praktik-praktik politik semacam itu," ucapnya.

Terkait dengan peluang pasangan Prabowo-Puan seperti yang banyak disebut elite PDI Perjuangan, menurut Umam masih cukup kompetitif.

"Saya pikir Prabowo-Puan tentu menjadi opsi yang cukup baik. kalaupun kemudian itu memungkinkan terjadinya trade off," ujarnya.

"Potensi trade off itu bisa plus-minus, tetapi kalau kita bicara disiplin. Saya pikir infrastruktur partai dan
posisi di kekuasaan dengan back up dari the ruling power. Saya pikir cukup menjanjikan dan kompetitif," imbuhnya.

Menurut Umam, syarat agar pertukaran itu mampu bersaing dengan pasangan lain dalam kontestasi 2024.

"Trade off harus diwujudkan dalam bentuk komitmen dan visi koalisi yang sama antara PDIP dan Gerindra. Di saat yang sama optimalisasi infrastruktur politik lewat mesin partai politik itu betul-betul harus dioptimalkan," ujarnya. (tribun network/yuda)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini