Laporan Wartawan Tribunnews, Mario Christian Sumampow
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Buddhis Indonesia (Hikmahbudhi), Wiryawan, mengatakan pemerintah harus menutup akses naik menuju Candi Borobudur jika serius lakukan konservasi.
Hal ini karena beberapa waktu lalu sempat tersebar foto di mana terlihat wisatawan lokal yang berkunjung ke Candi Borobudur menduduki stupa dan juga wadah-wadah yang harusnya dilarang di kawasan candi.
"Kalau pemerintah serius lakukan konservasi, khusus di Candi Borobudur, akses ke atas lebih baik ditutup," ujar Wiryawan, Rabu (9/6/2022) saat ditemui Tribunnews di Vihara Dharma Jaya Toasebio, Taman Sari, Jakarta Barat.
Menurut Wiryawan, cukup beberapa orang saja yang diperbolehkan untuk naik ke bagian atas Candi Borobudur.
Seperti pemangku keagamaan Buddha, tamu khusus kenegaraan, atau orang-orang yang datang untuk keperluan edukasi, pendidikan, dan penelitian.
"Jadi yang naik ke atas nanti cukup pemangku keagamaan saja. Kemudian tamu khusus kenegaraan. Misalnya duta besar, pimpinan negara, atau pejabat negara terkhusus. Ataupun untuk edukasi, pendidikan, dan penelitian. Boleh saja," jelas Wiryawan.
Wisatawan lokal yang masih kerap kali suka meninggalkan sampah usai berkunjung juga jadi perhatian khusus, tambah Wiryawan. Apalagi mengingat Candi Borobudur bukan sekadar tempat wisata, tapi juga tempat beribadah umat Buddha.
"Untuk khalayak umum, di sana kita temukan masih banyak wisatawan jorok. Edukasinya juga rendah, tidak bisa bedakan mana wisata religi dan mana wisata umum," tegasnya.
Baca juga: Ketum HIKMAHBUDHI Soroti Sulitnya Izin Beribadah di Candi Borobudur
Sehingga besar harapan Wiryawan agar lebih baik akses untuk naik Candi Borobudur ditutup. Sedangkan untuk orang-orang yang ingin berwisata cukup sampai di kawasan sekitar candi tanpa harus naik ke atas.