News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Bursa Capres

LSI Denny JA: Airlangga Tunjukan Tren Peningkatan Elektabilitas, Bersaing di Bursa Capres 2024

Penulis: Fransiskus Adhiyuda Prasetia
Editor: Wahyu Aji
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto saat memberikan sambutan pada acara halal bihalal bersama 34 DPD di Kantor DPP Partai Golkar, Kemanggisan, Palmerah, Jakarta Barat, Rabu (18/5/2022).

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fransiskus Adhiyuda

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Peneliti Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA Ardian Sopa menyebut, bahwa Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto berpeluang meningkatkan elektabilitas menjelang 2024.

Terlebih, Ardian mengatakan dari hasil survei LSI Denny JA, terlihat tren elektabilitas Airlangga merangkak naik dibursa capres.

Ia menyebut, tren Airlangga dalam tingkat pengenalan sebelumnya pada Maret 2022 di angka 37 persen. Namun, terjadi kenaikan pada Juni 2022 menjadi 47 persen.

“Elektabilitas Maret di angka 1 persen, Juni naik menjadi 4,5 persen,” kata Ardian kepada wartawan, Rabu (15/6/2022).

Ardian meyakini, peluang Airlangga masih terbuka untuk bisa bersaing dan meningkatkan elektabilitasnya jelang 2024.

Pasalnya, masih ada waktu sampai pendaftaran capres pada 2023, mendatang. Apalagi, katanya, Airlangga kini menjadi pimpinan di Koalisi Indonesia Bersatu (KIB).

“Jika tidak menjadi Capres, Airlangga juga bisa menjadi cawapres dengan menggandeng capres yang kuat. Sebagai ketua umum partai Golkar terbesar kedua setelah PDIP, dan pemimpin di KIB, ini menjadi nilai plus dari Airlangga,” tegasnya.

Tak cuma Airlangga, Ketua DPP PDI Perjuangan Puan Maharani juga memiliki elektabilitas yang rendah. 

Tapi senada dengan Airlangga, Ardian menyebut, masih banyak cara untuk menaikkan elektabilitas kedua tokoh sentral di Golkar dan PDIP tersebut.

Ardian menyarankan, Airlangga dan Puan mencari isu yang lebih populis untuk meningkatkan elektabilitasnya di sisi waktu yang ada. 

Khususnya, isu yang menyangkut tentang masyarakat kelas menengah ke bawah.

“Untuk menaikan elektabilitas, pertama, mencari isu populis yang berkaitan dengan hajat hidup orang banyak. terutama yang berkaitan dengan isu ekonomi, pemberdayaan, dan kemajuan bangsa. Isu ini harus genuine dari masing-masing kandidat,” ungkap Ardian.

Baca juga: Peneliti LSI Beberkan Potensi Tiga Pasang Calon Bertarung di Pilpres 2024

Kedua, lanjut Ardian, Airlangga dan Puan perlu memberdayakan organ partai politik. Keduanya, adalah tokoh kunci di masing-masing partai.

“Sehingga untuk menggerakan partai sangat dimungkinkan. Memang kerja kolosal tetapi hasilnya akan sebanding dengan kerja yang dilakukan,” kata Ardian.

Sebelumnya, Lembaga survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA mengeluarkan temuan terbarunya jelang pertarungan Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024.

Menurut Ardian, akan ada tiga Paslon Capres-Cawapres yang akan bertarung. Ketiganya juga kata dia, akan berasal dari tiga poros parpol berbeda.

Hal ini kata dia, didasari dengan terbentuknya Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) yang digagas oleh Partai Golkar, PAN dan PPP.

"Terbentuknya KIB yang diprakarsai oleh tiga partai Golkar, PAN dan PPP sehingga kemungkinan pilpres 2024 terdiri dari 3 pasang capres-cawapres yang berpusat pada tiga poros," kata Ardian, Selasa (14/6/2022).

Poros pertama yang akan melahirkan bakal Capres-Cawapres menurut Ardian yakni Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP).

Perolehan kursi terbanyak di parlemen saat ini dengan mendapatkan suara 22,26 persen menjadikan PDIP digadang akan mengusung Capres-Cawapres sendiri, karena telah melampaui ambang batas pencalonan presiden atau presidential threshold 20 persen.

Selanjutnya, untuk poros kedua akan muncul dari koalisi besutan Golkar, PAN dan PPP yakni KIB.

Ardian beranggapan, dari penggabungan tiga partai di parlemen tersebut menjadikan KIB bisa mengajukan bakal Capres-Cawapres.

Poros terakhir, menurut Ardian akan lahir dari poros sisa dunia. Poros tersebut merupakan sisa partai politik di parlemen yang belum mempunyai koalisi atau perolehan suaranya tidak melampaui presidential threshold 20 persen.

Beberapa partai yang dimaksud yakni Gerindra dengan kursi terbanyak di parlemen sejumlah 78 kursi atau 13,57 persen; kemudian Nasdem 59 kursi atau 10,26 persen.

Baca juga: Airlangga: KIB Siap Sambut Partai Non-Parlemen Bergabung

Selanjutnya, PKB 58 kursi atau 10,09 persen; Partai Demokrat 54 kursi atau setara 9,39 persen dan terakhir PKS 50 kursi dengan 8,7 persen.

"Sehingga kalau dijumlah ditotal 299 kursi ini poros sisa dunia ini ada 52,01 persen," ucap Ardian.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini