Rupanya, Sunny pernah menjadi salah satu orang terdekat Ahok sejak 2010.
Kala itu, kedekatan keduanya terjalin saat Ahok yang masih menjadi anggota Komisi II DPR RI dari Fraksi Golkar itu datang ke Amerika pada 2009 untuk memenuhi undangan salah satu perkumpulan orang Indonesia disana.
Sunny rupanya menjadi salah satu anggota perkumpulan itu dan saat di negeri Paman Sam itu, Ahok mengakui keinginannya untuk menjadi Gubernur DKI.
Baca juga: Sunny Tanuwidjaja Mundur dari PSI, Kini Berbalik Dukung Anies Baswedan
"Dia itu diutus oleh organisasi orang Indonesia yang suka membuat acara di Never Day."
"Tahun 2009 dia minta saya ke Amerika, waktu itu saya nolak karena enggak bisa. Akhirnya 2010 saya berangkat," kata Ahok di Balai Kota, Senin (11/5/2016), dikutip dari Kompas.com.
Sunny pun mendukung penuh keinginan Ahok dan rekan-rekannya di perkumpulan itu hingga Sunny memutuskan untuk kembali ke Indonesia untuk mendampinginya.
Adapun, posisi Sunny di AS kala itu sebagai mahasiswa S3 di Northern Illinois University.
Juga, tercatat sebagai salah satu peneliti di Central for Strategic and International Studies (CSIS).
Ahok Sebut Analisa Politik Sunny Baik
Ahok mengakui kemampuan analisa politik Sunny yang cukup baik.
Keduanya pun menjadi dekat karena kerap bertukar pandangan terkait kejadian-kejadian politik yang sedang ramai.
"Sunny saat itu kerja di CSIS bidang politik. Suka mengkaji buku, kami banyak bicara. Jadi teman ngobrol. istilahnya jadi orang bertukar pikiran, perlu analisa, ada berita, memberikan pandangan-pandangan politik," kata Ahok.
Namun, meski pernah diakui menjadi staf, tetapi Ahok tidak pernah menggajinya dan Sunny bekerja sendiri dengan perusahaan lain.
"Saya juga senanglah dia bisa bicara soal politik, memang dia sekolah itu. Terus ikut sampai saya jadi wagub."