Pada pertengahan 1944, Idham Chalid kembali ke kampung halamannya di Amuntai.
Di sana ia mengabdi di bidang pendidikan dan pengajaran dan ditunjuk para ulama di Amuntai untuk memimpin Al-Madrasatur Rasyidiyah.
Ia juga mengorganisasi madrasah-madrasah yang berada di luar pesantren, yaitu organisasi Ittihad al-Ma’ahid al-Islamiyah.
Tidak berhenti di situ, Idham Chalid juga terlibat aktif dalam gerakan kemerdekaan melawan penjajah.
Ia tercatat sebagai Sekretaris Panitia Kemerdekaan Indonesia Daerah (Hulu Sungai Utara) di Amuntai dan menjadi Ketua Partai Masyumi Amuntai.
Dari partai itulah, ia terbawa ke pentas politik nasional hingga menjabat beberapa jabatan bergengsi di Indonesia serta di Nahdlatul Ulama.
KH Idham Chalid dikenal sebagai tokoh tiga zaman, yaitu Kemerdekaan, Orde Lama, dan Orde Baru.
Pasalnya, ia telah menempati beberapa jabatan pada tiga zaman tersebut antara lain:
- Dewan Daerah Banjar Tahun 1947
- Anggota Parlemen Repupblik Indonesia Serikat (RIS) periode 1949-1950
- Wakil Perdana Menteri II dalam Kabinet Ali Sastroamidjojo II periode 1956-1957
- Kabinet Djuanda periode 1957-1959
- Menteri Ex Officio dalam Kabinet Karya periode 1959-1962
= Menko Kesra dalam Kabinet Dwikora periode 1963-1965
- Menteri Kesra dalam Kabinet Ampera periode 1967-1970