Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fersianus Waku
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pendiri Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), Saiful Mujani menyatakan peluang partai-partai baru untuk lolos ke Senayan sangat berat.
Ia menyebut, ada tiga faktor yang bisa mendorong lahirnya partai baru dan mendapatkan dukungan publik, yakni momentum, basis sosial, dan tokoh.
"Ketiga hal ini cenderung tidak dimiliki oleh partai-partai baru," kata Saiful dalam keterangannya, Kamis (18/8/2022).
Menurut Saiful, momentum tidak bisa diciptakan, melainkan muncul tiba-tiba dalam sejarah. Pada 1999, misalnya, ada momentum krisis ekonomi dan keruntuhan Orde Baru.
"Ini momentum politik besar yang tidak bisa diulang dan direkayasa begitu saja," ujarnya.
Baca juga: Partai Golkar Singgung Peluang PDIP Gabung Koalisi Indonesia Bersatu
Ia menuturkan 1999 adalah momentum bagi PDIP, karena keruntuhan Orde Baru pada 1998 identik dengan represi pada PDIP.
"Nama PDIP sendiri lahir sebagai perjuangan melawan Orde Baru. PDIP mendapatkan suara yang sangat siginifikan (34 persen) dalam sejarah politik Indonesia pada 1999 karena ada momentum," ucapnya.
Saiful menilai, perolehan suara besar itu pantas diraih PDIP karena ada pengaruh Megawati yang jadi korban represi yang dilakukan Orde Baru.
Basis Sosial
Saiful mencontohkan Nahdlatul Ulama (NU), Muhammadiyah, Persis, atau Gereja yang disebut memiliki basis keagamaan.
"Partai yang didirikan dengan basis sosial organisasi keagamaan biasa disebut sebagai partai sosiologis," ucapnya.
Ia pun menyinggung soal kedekatan NU dengan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) karena adanya, KH Abdurrahman Wahid.
Baca juga: Golkar Ogah Keluar dari KIB demi Berkoalisi dengan Partai Lain di Pilpres 2024
Sementara Muhammadiyah juga lahir sejumlah partai, misalnya Partai Amanat Nasional (PAN).
"Walaupun secara langsung PAN tidak didirikan oleh Muhammadiyah, tapi tokoh-tokoh yang ada di partai ini berasal dari orang Muhammadiyah seperti Amien Rais," ungkapnya.
Faktor Tokoh
Saiful mencontohkan bagaimana peran Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan teman-temannya, meski tidak memiliki basis ormas awalnya.
"Begitu dideklarasikan, SBY bisa menarik suara dan Demokrat mendapatkan suara yang cukup signifikan, sekitar 7 persen pada 2004. Lalu setelah SBY menjadi presiden, pada Pemilu 2009, Partai Demokrat mendapatkan suara 21 persen," ucapnya.