News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Pemilu 2024

Analisis Pengamat Soal Rencana KIB Tambah Anggota Koalisi: Potensi Menangnya Lebih Besar

Penulis: Chaerul Umam
Editor: Whiesa Daniswara
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pengamat politik dari Universitas Paramadina Ahmad Khoirul Umam di acara diskusi 'Potensi Konflik pada Pilkada 2020' di Kampus Paramadina, Jalan Gatot Subroto, Jakarta, Kamis (7/11/2019) - Direktur Eksekutif Institute for Democracy and Strategic Affairs (Indostrategic), A. Khoirul Umam mengemukakan analisis terkait kabar gabungnya sejumlah partai lain ke dalam Koalisi Indonesia Bersatu (KIB).

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Chaerul Umam

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Direktur Eksekutif Institute for Democracy and Strategic Affairs (Indostrategic), A. Khoirul Umam mengemukakan sejumlah analisis terkait kabar bergabungnya partai politik lain dalam gerbong Koalisi Indonesia Bersatu (KIB).

Ada pun, KIB beranggotakan Partai Golkar, PAN dan PPP.

Menurutnya, wacana tentang rencana masuknya partai politik lain ke KIB masih sebatas wacana.

Kabar itu memang santer sejak bulan lalu, namun hingga pertemuan KIB di Jawa Timur minggu lalu, hal itu belum terbukti.

"Hal itu mengindikasikan, partai-partai masih belum yakin dan butuh menimbang ulang keputusan untuk bergabung dengan KIB," kata Umam, kepada wartawan, Selasa (23/8/2022).

Baca juga: Jika NasDem Berkoalisi dengan PDIP, PKS dan Demokrat Dinilai Beperluang ke KIB

Jika nantinya akan ada partai lain dalam gerbong KIB, maka KIB akan mendapati sejumlah keuntungan yakni memperbesar peluang memenangkan Pilpres 2024.

"Plus minus koalisi besar memang terletak pada potensi kemungkinan menangnya yang lebih besar dan dukungan parlemen yang kuat saat nanti di pemerintahan," ucapnya.

Sebelumnya, Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) menanggapi Partai Demokrat yang mengungkapkan butuh koalisi besar untuk memenangkan Pemilu 2024 dan menjalankan pemerintahan.

PAN, sebagai salah satu anggota KIB, menyetujui wacana koalisi besar dan mengajak Demokrat untuk bergabung bersama Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) dengan Golkar dan PPP.

Meski demikian, menurut Umam, koalisi besar tidak menjamin penuh kemenangan. Sejarah Pilpres 2004 dan 2014 telah membuktikan.

Saat itu, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) didukung koalisi kecil pada Pilpres 2004. Begitu pula Joko Widodo (Jokowi) pada Pilpres 2014. Keduanya menang berkat popularitas dan elektabilitas.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini