TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Peristiwa Gerakan 30 September yang terjadi pada tahun 1965 jangan sampai terulang kembali.
Untuk itu, Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) Jenderal Dudung Abdurachman meminta jajarannya untuk mewaspadai pihak-pihak yang mencoba mengganggu TNI.
"Kalau TNI pun kemudian ada yang kemudian mencoba mengganggu, jangan sampai terjadi seperti G30S/PKI. Saya perintahkan kepada seluruh jajaran, waspada," kata Dudung di Markas Besar TNI AD, Jakarta, Rabu (7/9/2022) seperti dikutip dari Kompas.com.
Meski tidak menyebut nama, Dudung pun menyinggung ada pihak-pihak yang tengah mencoba mengganggu persatuan dan kesatuan di internal TNI.
Baca juga: Tak Hadiri Rapat di DPR, Jenderal Dudung Mengaku Dapat Perintah Panglima TNI untuk Cek Batalyon 143
Dudung pun menegaskan bahwa TNI tetap solid meski ada isu yang menyebutkan bahwa ia memiliki hubungan tak harmonis dengan Panglima Jenderal Andika Perkasa.
Menurut Dudung, perbedaan pendapat antara seorang KSAD dan panglima TNI merupakan hal yang lumrah terjadi di semua institusi.
"Pangdam dengan kasdam juga pasti ada perbedaan pendapat, kapolri dengan wakapolri, KSAD dan panglima ada perbedaan pendapat itu biasa, tetapi ini jangan kemudian dibesar-besarkan," kata Dudung.
Jenderal Dudung memastikan hubungannya dengan Panglima TNI baik-baik saja.
"Saya dengan Panglima TNI sampai sekarang masih baik-baik saja. Tidak ada perbedaan apapun," kata Dudung.
Dudung mengaku sudah berkomunikasi dengan Andika meski belum bertemu langsung seusai isu ketidakharmonisan mereka mencuat.
"Saya sudah SMS-an enggak ada masalah, enggak ada yang dipermasalahkan, TNI solid. Kalau ada perbedaan itu biasa,"kata dia.
Isu KSAD Tidak Harmonis dengan Panglima TNI
Isu ketidakharmonisan antara Andika dan Dudung mencuat pada rapat Komisi I DPR Senin (5/9/2022) yang dihadiri Andika tapi tidak diikuti oleh Dudung.
Dalam rapat itu, Dudung diwakili oleh Wakil KSAD Letjen Agus Subiyanto, sedangkan KSAU Marsekal Fadjar Prasetyo dan KSAL Laksamana Yudo Margono hadir di rapat.