TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Keputusan pemerintah menyesuaikan harga BBM merupakan pilihan terbaik di tengah situasi global yang tidak menentu seperti sekarang ini.
Pengamat Ekonomi dari Universitas Indonesia (UI), Teguh Dartanto, menilai hal ini memang merupakan sebuah kebijakan yang sangat sulit bagi pemerintah namun sudah tidak ada pilihan lagi.
Apabila pemerintah tidak melakukan penyesuaian harga BBM dikhawatirkan beban fiskal akan semakin tinggi lagi dan semakin menekan nilai tukar rupiah.
Ini disebabkan oleh karena nilai impor BBM yang sangat besar.
“Pelan namun pasti, kebutuhan bbm dalam negeri yang semakin meningkat di situasi saat global saat ini, akan memberikan tekanan terhadap nilai tukar. Tidak hanya bbm saja, sebetulnya barang-barang lain juga akan meningkat, tapi pelan-pelan, tetapi sebetulnya dampaknya akan terasa juga," kata Teguh dalam sebuah diskusi beberapa waktu lalu seperti dikutip pada Kamis (8/9/2022).
Ekonom UI ini menegaskan bahwa kondisi keuangan negara saat ini sudah “berdarah-darah” akibat tekanan global dan jika dibiarkan terus sampai akhir tahun, kenaikan anggaran APBN terkait kebutuhan subsidi kompensasi pada situasi global saat ini bahkan bisa menyentuh lebih dari 700 triliun.
Sebelumnya, Pengamat Sosial UIN Syarif Hidayatullah, Azyumardi Azra mengatakan penyesuaian harga BBM yang bakal ditempuh pemerintah memang tidak dapat dihindari.
Hal ini untuk menghindari dampak negatif lebih besar yaitu krisis dan bangkrutnya APBN, seperti dalam kasus Pemerintah AS, yang berkali-kali "lockdown" akibat likuiditas keuangan yang terganggu.
Azyumardi menuturkan, keinginan pemerintah menyesuaikan harga BBM boleh saja diterapkan, namun jika bisa dilakukan secara bertahap agar masyarakat tidak terkejut dan panik.
Baca juga: Mahasiswa Ajak Masyarakat Ikut Konsolidasi Demo Tolak Kenaikan BBM Tanggal 13 September Mendatang
Kemudian pula kebijakan penyesuaian harga BBM ke depannya sebaiknya juga melibatkan banyak pihak, misalnya kelompok masyarakat sipil, karena ini adalah "urusan bersama".
"Saya usulkan kenaikannya jangan sekaligus agar tidak terasa. Kalau naiknya langsung banyak nanti masyarakat yang terkejut," ujar Azyumardi.
Direktur Eksekutif Moya Institute Heri Sucipto mengatakan, langkah penyesuaian harga BBM bersubsidi memang tidak terelakkan.
"Namun penting dicari formula yang tepat agar kehidupan sosial-ekonomi masyarakat tidak terlaku terdampak," ujar Heri dalam webinar Moya Institute belum lama ini.