TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pesantren Kempek menyelenggarakan acara Haul Ke-33 KH. Aqiel Siroj, ayah dari Kiai Said Aqil Siroj.
Haul tersebut dihadiri puluhan ribu santri dan masyarakat sekitar Kabupaten dan Kota Cirebon.
Turut hadir Bupati Kabupaten Cirebon serta jajaran pemerintah provinsi Jawa Barat.
Di tengah ceramah kebangsaan, Kiai Said Aqil menegaskan bahwa hari-hari ini konflik yang terjadi di Timur Tengah adalah warisan masa lalu. Lebih-lebih konflik terjadi antar golongan umat Islam.
“Konflik terjadi bukan karena salah agama Islam sebagai mayoritas. Namun, persoalan moral kebangsaan yang tidak menjunjung tinggi kemanusiaan. Sehingga nyawa sangat murah, dan saling membunuh sangat mudah. Hal seperti inilah yang diharapkan dari penjelasan Samuel Huntington dalam buku “Clash of Civilization”," kata Kiai Said Aqil dalam keterangan yang diterima, Selasa (13/9/2022).
"Alhamdulillah Indonesia sebagai sebuah bangsa jauh dari hal itu,
meski kita tidak pungkiri gerakan radikalisme kearah sana juga eksis di Indonesia," kata dia.
Kiai Said Aqil menjamin bahwa NU sebagai civil society melalui keberadaan pesantren akan menjadi benteng utama Republik Indonesia.
Baca juga: 3 Dokumen yang Perlu Dibawa saat Cairkan BLT BBM Rp 600 Ribu di Kantor Pos
Pesantren-pesantren NU, dikatakan Kiai Said, sejak berdiri hingga hari ini telah terbukti mencetak kader-kader bangsa, pemikir bahkan guru bangsa yang berakhlakul karimah dengan karakter nasionalisme.
Di sela-sela mimbar, dirinya juga memuji sikap Presiden Jokowi yang berinisiatif melakukan lawatan ke Ukraina dan Rusia dalam rangka mencari solusi konflik perang antar kedua negara tersebut, meski pada waktu yang sama Kiai Said secara tegas mengkritik kebijakan pemerintah atas kenaikan BBM.
“BBM naik, sudah pasti kebutuhan pokok ikut naik. Nelayan sepanjang pantura menjadi korban. Solar untuk berlayar bukan saja naik, namun barangnya tidak ada. Itu kan kader NU semua. Bagi-bagi BLT juga bukan solusi bagi rakyat, seperti hanya untuk bagi-bagi permen. Sifatnya sementara!," kata dia
Sementara itu, Deputi Kajian Said Aqil Siroj Institute, Abi Rekso memaknai sikap ketidaksepakatan Kiai SAS terhadap kenaikan BBM dan BLT adalah “otokritik kebangsaan”.
“Otokritik Kiai SAS soal kenaikan BBM dan BLT, jangan dimaknai sebagai sikap oposisi antipemerintah. NU sebagai civil society punya tanggung jawab moral menyuarakan suara rakyat. Jadi sikap itu perlu kita letakan sebagai otokritik kebangsaan yang membangun. Sama-sama kita mencari solusi kebangsaan.” Jelas Abi Rekso.
Abi menilai krisis energi dan pangan sudah di depan mata.
Jika mengutip dari penjelasan Menteri Keuangan Sri Mulyani, bahwa alokasi subsidi energi tahun ini sebesar 502,4 T tidak cukup akibat kenaikan harga minyak dunia.