News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Kerjasama Indonesia-Norwegia Soal Perubahan Iklim, KLHK: Folu Net Sink 2030 Dilirik Dunia

Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
Editor: Wahyu Aji
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Sekretaris Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan (PKTL), Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dr. Hanif Faisol Nurofiq 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemerintah mengajak seluruh lapisan masyarakat agar ikut andil dalam program perubahan iklim.

Hal ini tentunya dilakukan untuk meningkatkan kesadaran serta keuntungan di masa mendatang.

“Kita ajak seluruh lapisan masyarakat, pemerintah Provinsi daerah untuk bersama-sama meningkatkan kesadaran atas perubahan iklim ini. Penting karena memang untuk masa mendatang,” ujar Sekretaris Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan (PKTL), Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dr. Hanif Faisol Nurofiq, kemarin di Pontianak, Kalimantan Barat.

Menurut Hanif, dengan kesadaran masyarakat, akan berdampak pada kepercayaan dunia, bahwa Indonesia secara keseluruhan memastikan dukungannya terhadap perubahan iklim.

“Nah, program Folu Net Sink 2030 ini, bisa menjadi landasan, dimana masyarakat bisa ikut melakukan aksi, mitigasi terkait upaya penurunan emisi. Misal saja, kita libatkan mereka melakukan tanam pohon bersama, memberikan edukasi bagaimana caranya melestarikan hutan bagi masyarakat sekitar.

“Dengan demikian, masyarakat bisa merasakan nilai ekonomisnya di masa maendatang, jadi tak hanya pelestarian hutan saja, melainkan keuntungan yang akan mereka (masyarakat) dapatkan,” ungkap Hanif.

Adapun menurutnya, sektor kehutanan sangat memiliki peran penting dalam program penurunan emisi, yakni terkait kandungan karbon yang terdapat pada pohon, terutama mangrove.

 “Diketahui, hutan menyumbang setidaknya 60 persen dalam proses perubahan iklim. Begitu juga dengan mangrove yang selama ini kita gencarkan, baik rehabilitasi, konservasi maupun penanaman di sejumlah  daerah di Indonesia.

 “Saat ini, nilai karbon masih di angka lima dolar, itu artinya masih menunjukkan rendahnya ilai tersebut. Nah, bagaimana agar kita bisa tingkatkan nilai karbon yang berpotensi memicu pertumbuhan ekonomi, baik lokal ataupun keseluruhan bagi hutan di Indonesia. Norwegia saja sudah membuktikan dukungan untuk Indonesia terkait perubahan iklim, masa kita sebagai masyarakat tidak ikut serta,” tutup Hanif.

Sebagai informasi, Menteri LHK Prof. Dr Siti Nurbaya Bakar menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) tentang Partnership in Support of Indonesia’s Efforts to Reduce Greenhouse Gas Emissions from Forestry and Other Land Use bersama Menteri Lingkungan Hidup Norwegia, Espen Barth Eide.

Baca juga: Hari Ozon Sedunia 2022, Menteri LHK Siti Nurbaya Ingatkan Penting Minimalisir Dampak Gas Rumah Kaca

Adapun MoU antara Indonesia dan Norwegia adaah meliputi kerjasama terkait pengurangan emisi darai deforestasi dan degradasi hutan dengan melindungi dan pengelolaan hutan melalui partisipasi masyarakat.

 Selain itu, peningkatan kapasitas untuk memperkuat penyerapan karbon hutan alam melalui pengelolaan hutan lestasi, rehabilitasi hutan dan perhutanan sosial, termasuk mangrove.

 Kemudian adapula, konservasi keaneka ragaman hayati, pengurangan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) dan kerusakan lahan gambut. (*/)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini