News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Kerusuhan di Stadion Kanjuruhan

Inisiator GNK Sampaikan Keprihatinan dan Kecam Tragedi Maut di Kanjuruhan

Penulis: Chaerul Umam
Editor: Wahyu Aji
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Potret kerusuhan di Stadion Kanjuruhan Malang. Ayah satu korban menangis anak tiada.

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Chaerul Umam

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tragedi stadion Kanjuruhan yang memakan korban ratusan jiwa membuat keprihatinan sekaligus kecaman dari Habib Syakur Ali Mahdi Al Hamid.

Inisiator Gerakan Nurani Kebangsaan (GNK) tersebut menganggap bahwa insiden ini adalah tragedi nasional yang memukul citra sepak bola Indonesia.

"Citra kita sebagai bangsa yang beradab bisa berubah karena tragedi ini. Bayangkan, ada ratusan orang meninggal dunia. Dan yang meninggal itu justru penonton yang tak bersalah!," kata Habib Syakur Ali dalam keterangannya, Senin (3/10/2022).

Ia menganggap bahwa insiden pada malam Minggu itu benar-benar memalukan karena wajah sepak bola Indonesia bisa mendapatkan citra negatif di mata masyarakat dunia 

Beberapa media internasional seperti Reuters, BBC, CNBC bahkan Al-Jazeera juga ikut menyorot insiden maut di Stadion Kanjuruhan ketika pertandingan antara Arema FC dan Persebaya berakhir ricuh.

Bahkan media internasional tersebut terkesan mencitrakan bahwa dunia sepak bola di Indonesia penuh dengan kekerasan dan ketidak ramahan.

"Tragedi ini sudah sampai ke penjuru dunia dan memalukan citra kita sebagai bangsa yang beradab. Apa pemerintah tidak mau menanganinya secara serius agar kejadian serupa tak terulang?" ujarnya.

Lebih tegasnya, Habib Syakur meminta agar pemerintah tidak hanya menyampaikan ucapan duka cita atau ucapan manis lainnya. 

Habib Syakur meminta agar ada tindakan tegas terhadap provokator bahkan pihak panitia dan aparat yang dianggap tidak mengetahui mekanisme untuk menjaga keamanan stadion.

"Kalau klubnya kalah pasti orang kecewa, wajar. Harusnya saat terjadi kericuhan aparat langsung mengantisipasi cepat dan langsung menahan para provokator. Bukan malah tunggu ricuh Lalu dilempar gas air mata, ini jelas bakal membuat penonton lain yang tak terprovokasi ikut panik bahkan mengalami luka akibat gas," katanya.

Tokoh masyarakat itu bahkan meminta agar Kapolda Jawa Timur dan Kapolres Malang harus segera dicopot atas insiden ini.

Menurutnya, Kapolda dan Kapolres harusnya bisa melakukan penyiagaan secara matang dan skema saat terjadinya bentrokan antar suporter agar tak menelan korban jiwa.

"Saya berharap pemerintah melakukan investigasi atas berbagai pihak baik dari panitia termasuk Kapolda Jatim dan Kapolres Malang yang tidak mampu mengantisipasi adanya insiden ini. Walhasil korban berjatuhan dan nama sepakbola kita hancur di mata dunia," ucapnya.

Baca juga: 219 Orang Jadi Korban Luka di Stadion Kanjuruhan, Kemenkes Pastikan Biaya Perawatan Gratis

Bukan menjadi rahasia umum jika antara Arema FC dan Persebaya sering disinggung sebagai rival berat di kancah persepakbolaan nasional.

Kedua klub itu saling bersaing kuat hingga para suporter fanatik di masing-masing pihak ikut terpengaruh oleh rivalitas tersebut.

Menurut Habib Syakur, hal ini harusnya diketahui oleh aparat keamanan dan sudah membuat skema keamanan yang ketat apalagi untuk Lihat bergengsi ini.

Bagaimanapun kasus bentrokan antar suporter sudah menjadi kerap terjadi dan sudah sepatutnya aparat kepolisian telah mengetahui upaya untuk mencegah peristiwa yang tak diinginkan.

"Sebaiknya Kapolda Jatim dengan penuh kesadaran mundur dari jabatannya, begitu pula Kapolres Malang. Tragedi ini sudah membikin malu kita bahkan viral diluar negeri," katanya.

"Pemerintah juga harus menindak tegas. Tidak bisa hal memalukan seperti ini ditoleransi, kalau kita ingin sepakbola Indonesia maju, harus ada tindak tegas berbagai pihak," ujar Habib Syakur.

Untuk diketahui, tragedi kerusuhan yang berujung maut di Stadion Kanjuruhan terjadi saat Arema FC dikalahkan 2-3 oleh Persebaya.

Suporter Arema FC yang tak rela klub kesayangannya tumbang di kandang sendiri, melakukan kericuhan dengan memasuki arena lapangan.

TNI dengan sigap segera memukul mundur para suporter fanatik tersebut dan tak berapa lama terlihat asap mengepul di pinggiran lapangan.

Asap tersebut berasal dari gas air mata yang dilemparkan oleh aparat ke suporter yang turun ke lapangan.

Namun karena melempar terlalu pinggir, para penonton yang tak terprovokasi malah terkena asap kimia tersebut yang menyebabkan mereka panik dan berusaha menyelamatkan diri.

Kepanikan dan tak adanya pintu evakuasi membuat penonton berdesak-desakan agar bisa keluar.

Asap yang membuat mata perih dan menyesakkan nafas tak pelak membuat penonton yang berdesakan itu lemas dan diketahui 174 orang meninggal dalam insiden tersebut.

Mengacu pada aturan FIFA yang melarang gas air mata di dalam stadion, Amnesty International mengkritik aparat dan mendesak pihak pemerintah untuk “melakukan penyelidikan yang cepat, menyeluruh, dan independen” dan “memastikan bahwa mereka yang terbukti melakukan pelanggaran diadili di pengadilan terbuka dan tidak semata-mata menerima sanksi internal atau administratif”.

Baca juga: PROFIL AKBP Ferli Hidayat, Kapolres Malang yang Didesak Mundur oleh IPW Imbas Insiden di Kanjuruhan

“Hilangnya nyawa ini tidak bisa dibiarkan begitu saja,” kata Usman Hamid, direktur eksekutif Amnesty International Indonesia.

Sejalan dengan ucapan Usman Hamid, Habib Syakur Ali Mahdi Al Hamid meminta agar pemerintah mencopot dan memberi sanksi tegas pada pemimpin aparat, yaitu Kapolda Jawa Timur dan Kapolres Malang.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini