TRIBUNNEWS.COM - Pengamat Politik, Adi Prayitno, menilai adanya tiga atau empat poros koalisi mungkin saja bisa terjadi pada pemilihan presiden 2024 mendatang.
Kemungkinan ini menyusul adanya deklarasi capres dari Partai NasDem, yakni Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan.
"Saya kira konfigurasi politik di 2024 sangat cair dan bahkan sangat liar. Tidak ada yang bisa memastikan akan ada berapa poros politik yang ikut bertanding."
"Orang tidak bisa menebak apakah akan ada dua poros, tiga poros atau empat poros, tapi kalau melihat kecenderungannya, sangat mungkin di tahun 2024 itu akan ada empat ataupun tiga poros," kata Adi, dikutip Tribunnews.com dari kanal YouTube tvOneNews, Minggu (8/10/2022).
Menurut Adi, hal itu dikarenakan setelah Anies Baswedan dinyatakan maju sebagai kandidat capres oleh NasDem, ada beberapa elite partai yang intens komunikasi dengan partai politik lain.
"Nyatanya poros-poros politik yang sudah ada terus melakukan kerja-kerja politik dan silaturahmi politik antara elite untuk memastikan partner koalisi."
"Sebut saja, misalnya Puan Maharani, begitu aktif dan agresif melakukan komunikasi dengan sejumlah elite partai, tentu sebagai untuk memastikan Puan bisa menemukan partner politik di 2024, karena PDIP merupakan satu-satunya partai yang bisa mengusung capres-cawapres sendiri," jelasnya.
Baca juga: KIB Belum Umumkan Capres dalam Waktu Dekat, Ini Alasannya
Lebih lanjut, Adi menyebut, saat ini hubungan Gerindra dengan PKB juga makin harmonis.
"Kita melihat bagaimana koalisi Gerindra-PKB terlihat juga sangat solid."
"Bahkan, disebut-sebut dalam waktu dekat bahwa Prabowo Subianto dengan Muhaimin Iskandar segera deklarasi sebagai pasangan capres-cawapres di 2024," ucap Adi.
Selain itu, untuk poros lainnya, partai yang berada dalam Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) juga intens melakukan komunikasi politik.
"Bahkan, kita juga melihat KIB terus melakukan komunikasi dan konsolidasi, di mana Pak Airlangga salah satu orang yang sangat mungkin nantinya akan diusung oleh Golkar, PPP dan PAN juga sudah memunculkan nama-nama yang sangat mungkin akan menjadi partner Ailangga di tahun 2024," lanjutnya.
Hal senada juga disampaikan Analis politik Voxpol Center Research and Consulting, Pangi Syarwi Chaniago.
Ia memprediksi, akan ada 3-4 poros koalisi pada Pemilu 2024.
Termasuk, poros yang mencalonkan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan sebagai presiden.
"Akan ada 3 sampai 4 poros koalisi pada pilpres 2024," kata Pangi kepada Kompas.com, Rabu (5/10/2022).
Setelah diusungnya Anies sebagai capres dari NasDem, menurut Pangi, semakin besar kemungkinan Nasdem akan berkoalisi dengan Demokrat dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS).
Di posisi cawapres, Demokrat diprediksi akan menawarkan ketua umumnya, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).
Sementara, PKS mungkin menyodorkan kadernya yang juga mantan Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan.
Adapun untuk poros kedua, kemungkinan diisi oleh Koalisi Indonesia Bersatu (KIB), kongsi bentukan Partai Golkar, Partai Amanat Nasional (PAN), dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP).
Pangi pun mengatakan, koalisi ini berpotensi mengusung Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo sebagai capres dan Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto sebagai cawapres.
Kemudian, poros ketiga boleh jadi Gerindra bekerja sama dengan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan PDI Perjuangan.
Namun, bila PDI-P memutuskan berjalan sendirian, maka akan ada empat poros koalisi pada pilpres mendatang.
"Poros ketiga Gerindra-PKB-PDIP mengusung Prabowo-Puan (Prabowo Subianto dan Puan Maharani), atau poros keempat PDI-P maju sendiri," ucap Pangi.
Respons Demokrat dan PKS soal Kemungkinan Ada 3-4 Poros Koalisi pada Pilpres 2024
Kepala Badan Komunikasi Srategis DPP Partai Demokrat, Herzaky Mahendra, mengungkapkan soal kemungkinan ada tiga sampai empat poros pada Pilpres 2024 mendatang.
Menurutnya, pembentukan empat poros koalisi sangat mungkin terjadi.
"Melihat kondisi dan dinamika politik saat ini, sebenarnya pembentukan empat poros koalisi sangat mungkin terjadi."
"Apalagi jika tidak ada intervensi ataupun intimidasi, paksaan dan tekanan dari pihak-pihak tertentu terhadap partai-partai yang sudah membentuk koalisi ataupun yang sedang proses membangun koalisi," katanya dalam program Kabar Petang tvOne, Minggu (8/10/2022).
"Bagi kami melihatnya, bagaimana dinamika demokrasi di negeri ini haruslah kita jaga bersama, agar benar-benar bisa memberikan ruang yang luas dalam bentuk partisipasi publik maupun putra-putri terbaik bangsa terlibat dalam kontestasi pilpres 2024," lanjutnya.
Menurut Herzaky, adanya beberapa pasangan capres dan cawapres nantinya akan menambah banyak pilihan masyarakat.
"Karena bagaimana pun ini akan membuat semakin banyak alternatif pilihan bagi rakyat, ketika akan menentukan siapa calon nasional terbaik di tahun 2024," ucapnya.
Baca juga: NasDem Deklarasi Anies Baswedan Capres, Puan Maharani: Monggo Saja, Tiap Partai Punya Timing Sendiri
Hal yang sama juga disampaikan Juru Bicara PKS, Pipin Sopian.
Ia menilai, bila terdapat lebih dari dua poros koalisi justru akan menjadi lebih baik.
"Memandang bahwa pilpres harus belajar dari pilpres-pilpres sebelumnya, kita berharap lebih dari dua poros, tiga atau empat poros akan lebih baik."
"Untuk apa? pertama, memberikan kesempatan untuk rakyat Indonesia untuk mendapatkan pilihan pasangan capres-cawapres yang lebih banyak," terangnya.
Kedua, lanjut Pipin, untuk menghindari keterbelahan di tengah masyarakat sebagaimana di pilpres pada 2014 dan 2019.
Adapun menurut Pipin, PKS kini tengah berupaya membangun koalisi dan melakukan penjajakan dengan parpol lain.
"PKS sedang berikhtiar supaya bisa tercipta lebih dari dua poros. PKS saat ini sedang intens membangun koalisi, melakukan penjajakan dengan poros perubahan, bersama NasDem dan Demokrat," kata Pipin.
Sebagai informasi, Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan telah ditetapkan sebagai calon presiden (capres) 2024 dari Partai NasDem.
Setelah Anies diusung jadi Capres, NasDem dinilai tak bisa langsung membawa capres-nya ke Pemilu 2024.
Menurut Peneliti Indikator Politik Indonesia, Bawono Kumoro, Nasdem harus berkoalisi dengan partai lain.
Hal itu, dimaksudkan agar mencapai ambang batas pencalonan presiden atau presidential threshold dan bisa mengusung calon presiden.
"Deklarasi pencalonan presiden Anies Baswedan oleh Partai Nasdem tidak secara otomatis menjamin langkah Gubernur DKI tersebut akan mulus melengggang sebagai kontestan di pemilihan presiden 2024 mendatang," katanya, dilansir Kompas.com.
Mengenai presidential threshold, telah diatur dalam Pasal 222 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilu.
Dalam Pasal 222, menyebutkan partai politik atau gabungan partai politik harus memenuhi ambang batas pencalonan presiden 20 persen dari jumlah kursi DPR atau 25 persen dari suara sah nasional pada Pemilu sebelumnya.
Sementara itu, NasDem memiliki 59 kursi DPR RI.
Berdasarkan perolehan suara pada 2019-2024, NasDem mendapat 12.661.792 suara atau 9,05 persen.
Artinya, dukungan dari partai lain diperlukan untuk mengusung Anies sebagai Capres 2024.
(Tribunnews.com/Suci Bangun DS/Rizki Sandi Saputra, Kompas.com/Fitria Chusna Farisa)
Simak berita lainnya terkait Koalisi Partai Politik