TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wakil Presiden Kyai Haji Ma'ruf Amin secara resmi membuka Muktamar Persatuan Tarbiyah Islamiyah (Tarbiyah-Perti) bersama Organisasi Serumpun nya, Minggu (23/10/2022) di Hotel Grand Mercure Jakarta.
"Saya bersukur Perti Sudah damai sehingga dapat melaksanakan Muktamarnya yang ke-2 kalinya. Ini sesuai dengan prinsip ajaran Islam yang memerintahkan ummatnya untuk memegang janji atau Hifzil Mitsaq," jelas Wapres Kyai Maruf Amin saat memberi kata sambutan sebelum membuka secara resmi acara yang diikuti tidak kurang dari 700 partisipan tersebut.
Lebih lanjut dirinya mengatakan, Syekh Sulaiman Arrasuli selaku pendiri PERTI bersama Kyai Haji Ahmad Dahlan serta KH Hasyim As'ary adalah murid-murid asal Indonesia yang pernah mondok di Makkah. Ketiganya punya tali atau sanad keilmuan dengan Syekh Nawawi Al Bantani yang tidak lain adalah kakek moyang Kyai Ma'ruf sendiri.
Kyai Ma'ruf juga bercerita peran penting Syekh Sulaiman Arrasuli kepada perpolitikan bangsa pada masa Demokrasi Terpimpin. Khususnya ketika ada gugatan tentang status dan keabsahan status jabatan presiden yang dipegang Ir. Soekarno setelah dirinya mengeluarkan Dekrit 5 Juli 1959 dan membubarkan Konstituante.
Keputusan yang pada gilirannya membuat kekuasaan jadi terpusat kepadanya dan membuat sekelompok umat Islam mempertanyakan keabsahan status kepresidenannya.
Tak seperti mereka yang mempertanyakan itu, Syekh Sulaiman Arrasuli bersama sejumlah ulama lain justru memgukuhkan kepemimpinan Soekarno sebagai presiden RI.
Keputusan yang tidak asal keluar, namun berlandasrkan kepada prinsip pengambilan hukum Islam (Ushul Fiqh) yakni Waliyul amri Daruri bi bi tsauqah ((pemegang pemerintahan dlaruri dengan kekuatan dan kekuasaan). "Apa yang dilakukan Syekh Sulaiman Arrasuli adalah bentuk bagaimana agama memberi solusi bagi masalah kenegaraan," terang Ma'ruf.
Ma'ruf Amin secara khusus memberi pesan spesifik kepada Perti dan selurh anggota yang hadir untuk terus bekerja dan mempersiapkan sumber daya untuk memakmurkan bumi. Selain tugas utama yang sudah dilakukan selama ini yakni sebagai lembaga yang telah menyiapkan penerus yang paham agama, mereka sebagai pengganti yang juga punya modal ilmu yang cukup jika ada ulama yang pergi atau wafat.
Selain itu, Perti juga harus menyiapkan orang-orang yang punya kemampuan mengolah dan mengelola bumi, sekaligus memenuhi perintah Allah yang memerintahkan orang beriman untuk mengelola dan mengolah bumi(tanah) untuk kesejahteraan bersama.
"Terakhir, kalau berdakwah, bil makruf yang itu berarti yang disampaikan harus bermanfaat serta tidak bersifat mengancam, serta mencegah konflik," tegas mantan Ketua Umum MUI ini.
Sebelumnya, Panitia Pelaksana Muktama Zuhendri Chaniago menyebutkan bahwa, Muktamar kali ini adalah yang kedua pasca islah antara Perti dan Tarbiyah tercapai pada tahun 2016 lalu. Semestinya acara ini dilaksanakan tahun 2021 lalu, namun terhalang pandemi covid-19 dan baru dapat dilaksanakan tahun ini.
Adapun jumlah peserta yang ambil bagian sebanyak 300 orang. Jumlah sebanyak itu sangat wajar, karena selain Muktamar Perti-Tarbiyah, secara bersamaan juga dilaksanakan acara serupa pada organsasasi bawahan (underbow) seperti, Ikatan Pemuda Tarbiah Islam, Mahasiswa Tarbiah Islamiah, Wanita Tarbiyah Islamiyah. Semuanya akan menggelar pertemuan untuk menentukan arah dan serta perjalanan organisasi masa bakti 2022-2027 mendatang.