TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Republik Indonesia (BNPT RI) terus menguatkan kerjasama dengan berbagai elemen masyarakat sipil.
Salah satunya BNPT berkolaborasi dengan Ikatan Pesantren Indonesia (IPI). BNPT dan IPI menyelenggarakan Seminar Nasional Kebangsaan bertema Moderasi Beragama: Deradikalisme sebagai Antitesis Radikalisme dan Terorisme di Hotel Golden Tulip Pontianak, Kalimantan Barat, pekan lalu.
Selain IPI, sebelumnya BNPT dan Pondok Pesantren Al-Falah Ploso menyelenggarakkan Halaqoh Kebangsaan dan Rakerwil Ittihadul Mutakhorrijin Al-Falah Ploso 16-17 Oktober 2022 di Bandungan.
Kemudian pada Hari Santri Nasional (HSN), BNPT bersilaturahmi ke Pondok Pesantren Tebuireng, Sabtu, 22 Oktober 2022.
Kepala BNPT RI, Komjen Boy Rafli Amar menegaskan peran santri dapat menjadi pilar utama pencegahan virus radikalisme dan terorisme.
"Santri, ulama, dan pesantren telah memberikan sumbangsih besar tidak hanya mengisi kemerdekaan, tapi juga dalam perebutan kemerdekaan bangsa," jelas Boy.
Baca juga: Suami dari Wanita Penerobos Istana Ditetapkan Jadi Tersangka, Diduga Terlibat Teroris Jaringan NII
Penguatan kerjasama dan kolaborasi BNPT dengan kalangan pesantren dinilai tepat. Hal itu disampaikan oleh Koordinator Nasional Jaringan Mubalig Muda Indonesia (JAMMI), Irfaan Sanoesi.
Menurut Irfaan Kepala BNPT telah melakukan upaya tepat dengan menggandeng IPI dan pesantren-pesantren di wilayah Indonesia.
"Yang dibutuhkan hari ini adalah menumbuh-suburkan ajaran Islam yang ramah sekaligus meneguhkan posisi Islam dan negara sebagai way of life. Dan agen atau aktor penyebar yang paling tepat ideologi itu adalah masyarakat pesantren," terangnya.
Irfaan menjelaskan bahwa sivitas pondok pesantren, baik ulama, santri, maupun alumninya bisa menjadi aktor deradikalisasi dan duta penyebar pesan Islam rahmatan lil 'alamin.
"Dari dahulu hingga sekarang, pesantren konsisten menjadi kawah candradimuka Islam rahmatan bagi bangsa Indonesia. Hal itu dibuktikan oleh ulama, santri dan alumni yang banyak berkhidmat menjaga ajaran-ajaran moderat di tengah masyarakat," jelasnya.
Apalagi, menurut Irfaan, menjelang tahun politik tingkat aksi terorisme cenderung naik. Tentu aksi terorisme tersebut dapat mengancam kondusivitas dan kohesi sosial.
"Pemerintah memberikan warning bahwa tiap gelaran pemilu tingkat aksi terorisme akan meningkat. Hal ini harus diantisipasi bersama demi menjaga keamanan nasional," sambungnya.
JAMMI menyinggung aksi seorang perempuan pembawa pistol yang nekat menerobos gerbang Istana Negara. "Perempuan pembawa pistol yang nekat menerobos gerbang Istana Negara seolah harus menjadi wake-up call bagi kita. Bahwa aksi terorisme dapat mengancam kapan dan dimana saja," katanya.
"Setiap elemen anak bangsa punya tugas dan tanggungjawab menjaga tanah air. Penguatan pencegahan di hulu harus terus dilakukan. Para santri punya modal besar di wilayah ini sebagai the agent of peace. Duta damai. Penyebar narasi Islam moderat. Islam yang rahmatan lil 'alamin," pungkasnya.