TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tidak semua orang bisa merasakan terjun payung dari ketinggian ribuan kaki dari atas pesawat terbang.
Selain karena biaya yang tidak murah, namun tidak semua orang berani untuk mencoba langsung olahraga penuh tantangan dan risiko tersebut.
Namun demikian, masyarakat bisa merasakan sensasi terjun payung dari ketinggian ribuan kaki lewat Virtual Parachute Simulator atau simulator parasut virtual secara gratis dalam Pameran Indo Defence Expo & Forum 2022.
Tribunnews.com berkesempatan menjajal simulator yang dipamerkan oleh PT Falah Inovasi Teknologi tersebut di stan Falah yang berada di Hall D JI Expo Kemayoran Jakarta pada Jumat (4/11/2022).
Pertama, staf Falah akan memasangkan harness ke tubuh pengunjung.
Selanjutnya, setelah harness terpasang erat staf Falah akan memasangkan head mounted display virtual reality.
Alat tersebut berbentuk seperti helm yang dilengkapi kaca mata yang menampilkan gambar dari atas ketinggian dan pengukur ketinggian.
Selanjutnya, staf Falah memberikan penjelasan mengenai apa yang harus dilakukan di antaranya adalah posisi tubuh, di tingkat ketinggian berapa parasut harus dibuka, bagaimana mengarahkan parasut, hingga target penerjunan.
Operator kemudian mengatur skenario penerjunan dari komputer yakni cuaca cerah dan ketinggian penerjunan dari 10 ribu kaki.
Setelahnya, tubuh akan diangkat menggunakan motor yang berada di atas simulator set tersebut.
Baca juga: Tiga Anggota Polri Ikut Kejuaraan Dunia Terjun Payung Dubai International Parachuting Championship
Posisi awal penerjunan adalah seperti telungkup dan kepala melihat ke bawah.
Dari head mounted display virtual reality kemudian terlihat gambar daratan dan ketinggian 10 ribu kaki.
Terdengar juga suara parasut dihembus angin dan juga angin yang berhembus dari bagian bawah.
Setelah angka ketinggian menujukkan dua ribu kaki, parasut kemudian dibuka dan pengunjung mulai mengendalikan tali kendali parasut di tangan kanan dan kiri.
Zona pendaratan yang tampak dari head mounted display virtual reality berada tidak dijauh dari lapangan udara.
Terlihat asap hijau yang menjadi titik lokasi pendaratan.
Sekira lima sampai tujuh menit kemudian pengunjung akan mendarat.
Total durasi dari mulai memasang harness hingga selesai memakan waktu sekira 8 menit 30 detik.
Selain Tribunnews, Kopral Yelvis Kristanto Pokesa dari Kostrad juga turut menjajal simulator tersebut.
Namun ia mencoba skenario darurat parasut tidak terkembang.
Yelvis mengatakan telah merasakan latihan terjun payung dari atas pesawat udara puluhan kali.
Menurutnya, lebih enak terjun payung asli ketimbang menggunakan simulator.
"Untuk kemiripannya jauh, lebih enak aslinya (terjun payung dari pesawat udara). Kalau ini kan hentakannya, belum ada hentakan. Tapi kalau untuk simulasi awal bagus," kata dia.
Head of Project Division PT Falah Inovasi Teknologi Mochamad Dylan Fauzi menjelaskan alat tersebut ditujukan untuk melatih siswa penerjun dalam rangkaian pelatihan untuk mengontrol parasut.
Objek yang dilatihkan, kata dia, di antaranya adalah lompat diving di udara, membuka parasut, mengontrol parasut, hingga mendarat di titik pendaratan yang sudah ditentukan.
"Jadi nanti di dalam skenario-skenario itu kita munculkan skenario emergency, kan itu tidak mudah atau tidak bisa dilakukan di praktik sesungguhnya kan. Katakanlah parasutnya hilang, putus, dan sebagainya kita simulasikan di sini," kata Dylan di JI Expo Kemayoran pada Jumat (4/11/2022).
Ia berharap nantinya perusahaan dari Indonesia tersebut ke depannya bisa menyesuaikan konten dan skenario yang sesuai kebutuhan militer di Indonesia.
Hal tersebut, kata dia, termasuk lingkungan di kota-kota di Indonesia.
Saat ini, kata dia alat yang dikembangkan Falah bersama perusahaan Havelsan dari Turki tersebut belum dijual bebas di pasaran.
Selain itu, produk dari Falah dan Havelsan tersebut juga belum digunakan oleh TNI.
"Belum (dijual bebas). Masih customize sesuai kebutuhan user, karena klien kita kan di TNI dan Kemhan ya," kata dia.