Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencurigai, anak usia 7 tahun 2 bulan yang lumpuh karena virus polio disebabkan sumber air di tempat tinggalnya yang kotor.
Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan Maxi Rein Rondonuwu, mengatakan pihaknya telah melakukan penelusuran di lingkungan di belakang rumah pasien.
Terdapat tempat bermain anak berupa sungai yang langsung menjadi tempat pembuangan MCK atau mandi, cuci, kakus.
"Hampir semua ada di bangun MCK tapi pembuangannya itu sungai-sungai kecil yang ada di belakangnya. Ini tempat main anak-anak di sini ini," kata dia dalam konferensi pers, Sabtu (19/11/2022).
"Kita sudah ambil sampel sedang diperiksa dan kita sedang menunggu hasil satu atau dua hari sudah keluar sampel air di beberapa titik kita sudah ambil," sambung dia.
Baca juga: Satu Kasus Polio Ditemukan di Aceh, Kemenkes Tetapkan KLB
Sejauh ini pihaknya menyimpulkan bahwa perilaku buang air besar sembarang berpotensi jadi kemungkinan penularannya faktor resiko yang paling besar.
Virus polio yang dapat mengakibatkan kelumpuhan permanen ini menyasar terutama pada anak-anak yang belum mendapatkan imunisasi.
Diketahui, penyakit polio disebabkan oleh virus polio dan penularannya melalui faecal oral.
"Jadi ya sudah pasti dari kebersihan dari tangan. Ada kontaminasi feses tidak bersih yang masuk melalui lingkungan atau air yang terkontaminasi oleh tinja yang mengandung virus polio," kata dia.
Baca juga: Sejarah Hari Polio Sedunia 24 Oktober dan Cara Memperingatinya
Berkaca dari kasus polio yang telah terjadi, kebanyakan virus polio berkembang dipencernaan, dimana saat dia mengeluarkan kotoran, kemudian tidak masuk ke septi tank tapi ke lingkungan yang ada di sungai.
"Dan air atau sungai itu jadi tempat anak bermain itu bisa menjadi sumber tempat penularan. Jadi virus polio ini berkembang di saluran pencernaan. Kemudian virus itu menyerang sistem saraf, makanya karena itu orang jadi tungkai terutama otot tidak berkembang karena menyerang saraf sehingga kekuatan otot itu berkurang dan lama-lama waktu itu mengecil dan orang bisa terjadi kelumpuhan," jelas dia.
Tak punya riwayat imunisasi
Maxi pun mengatakan penderita tak memiliki riwayat imunisasi.
"Memang tidak ada riwayat imunisasi," kata Maxi.
Ia memaparkan, anak dari desa Mane tersebut mengalami gejala awal panas dan flu pada tanggal 6 Oktober 2022.
Kemudian anak itu mulai lumpuh ditandainya dengan tungkai lemah pada 9 oktober.
Anak kemudian dibawa ke RSUD TCD Sigli pada 16 Oktober.
Baca juga: Wabah Polio Menyebar di Pakistan, Pejabat Sebut Para Orang Tua Diperdaya Konspirasi
Tanggal 21 dan 22 Oktober dokter anak mencurigai polio dan mengambil dua spesimen.
lalu spesimen itu dikirim ke provinsi Aceh dan Jakarta, serta hasilnya diterima BKPK yang kemudian diperiksa pada tanggal 7 November.
Keluar hasilnya melalui PCR bahwa pasien mengalami polio tipe 2 dan ada tipe 3 dari Sabin.
"Juga dikirim ke lab Biofarma untuk dilakukan sequensing dan ternyata memang dia positif Polio tipe 2," kata dokter Maxi.
Menyusul temuan satu kasus Polio di kabupaten Pidie, Aceh, pemerintah melalui Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes) menetapkan status Kejadian Luar Biasa (KLB).
Indonesia menjadi negara ke 16, yang menetapkan KLB pada kasus polio ini.
Sebelumnya sudah ada 15 negara yang sudah melaporkan kasus polio virus tipe dua per 15 November 2022.
Yaitu ada Yaman, kongo, Nigeria, Central Africa Republic, Ghana, Somalia Nigeria, Chad, USA, Algeria, Mozambik, Eriteria, Togo dan Ukraina.
"Dan kita tahun ini ya satu melaporkan dari Aceh jadi negara ke-16 yang ada Polionya. Setiap penemuan satu kasus polio untuk merupakan suatu kejadian luar biasa. Jadi masuk di KLB," ujar dia.