Menurut informasi, saat gempa cuaca tidak hujan. Tapi tanah bergerak dari atas bukit menimbulkan longsor tak lama setelah angin kencang muncul.
Empat hari berturut-turut, Ahman tak pernah absen mendatangi lokasi longsor, berharap ibu, istri dan anaknya ditemukan dalam kondisi apapun.
Selama itu ia tidak enak makan dan tidur. Malamnya, barulah ia mencari rumah tetangga di dekat lokasi untuk tempat menumpang.
"Saya kadang-kadang, cari tetangga yang dekat di sini," ucap Ahman terbata-bata sambil menahan tangis saat ditemui Warta Kota, Kamis (24/11/2022) pagi.
Saat warung kopinya dan bangunan di kiri kanan jalan habis diterjang longsor, Ahman sedang keluar mengantarkan makanan untuk anaknya yang mondok di sebuah pesantren.
Baca juga: Kondisi Serba Terbatas, Warga Mandikan Jenazah Korban Gempa Pakai Air Irigasi
Ahman tak tahu persis istri, anak, dan ibunya jadi korban longsor.
Setahu dia dari penuturan seorang saksi mata yang selamat, sebelum longsor berhembus angin kencang satu arah pasca-gempa Cianjur.
Seketika angin tersebut bertiup ke arah lembah persis di seberang warung kopi milik Ahman.
Saksi mata yang selamat mendengar suara gemuruh disertai tanah bergerak.
Baca juga: Bayi Empat Tahun Selamat dari Reruntuhan Gempa, Ditemukan Saling Berpelukan dengan Sang Adik
Spontan saksi tadi berlari menjauhi tebing sebelum material tanah mendorong bangunan ke jurang persis di belakang warung kopi milik Ahman.
Sempat Manjakan Istri dan Anak
Warung itu menjadi tempat tinggal Ahman dan keluarganya. Hanya sesekali Ahman, istri, anak, dan ibunya pulang ke rumahnya di Kampung Sarampad RT 1/RW 2, Desa Sarampad.
Selagi ibu Ahman dan anaknya sakit, istrinya yang menjaga warung. Tapi ia terkejut saat tiba dari pondok, melihat warung dan bangunan kiri kanannya sudah hilang.
Selama empat hari di lokasi tim evakuasi gabungan mencari para korban, Ahman mengenang masa-masa terakhir bersama istri, anak, dan ibunya.