TRIBUNNEWS.COM, CIANJUR - Tatapan Hasanudin seakan kosong tak bersemangat. Masih terekam jelas dalam benaknya bagaimana gempa Cianjur pekan lalu (21/11/2022) merusak tempat kerjanya.
Hasanudin adalah petugas keamanan di Warung Sate Shinta yang terletak di Jalan Raya Cipanas-Puncak, Cianjur, Jawa Barat.
Warung tersebut rusak terdampak gempa Cianjur.
Ketika diajak wawancara TribunJakarta, Hasanudin mengaku cukup sedih, lantaran tempat bekerjanya hancur.
"Gak ngapain-ngapain A, ngelamun aja di sini lihat orang pada kerja. Saya sekuriti di sini," kata Hasanudin, Senin (28/11/2022).
Baca juga: Kisah Ibu dan Tiga Anaknya Tertimbun Reruntuhan Selama 3 Jam Saat Gempa Cianjur
Ia mengaku sudah puluhan tahun bekerja sebagai petugas keamanan di Warung Sate Shinta.
Namun dalam waktu yang sangat singkat, ia pun kehilangan pekerjaannya akibat bencana gempa bumi Cianjur yang telah menelan lebih dari 300 korban jiwa.
Diceritakan oleh Hasanudin, ketika gempa itu terjadi, dirinya sedang berada di dalam warung.
"Ada empat mobil (pengunjung) sama beberapa motor, saya di dalam posisinya," jelasnya.
Saat itu hari sangat cerah sejak pagi menurut Hasanudin, dan tiba-tiba gempa berkekuatan 5,6 SR itu mengguncang tempatnya bekerja.
Kepanikan pun terjadi seketika, ia mengatakan seluruh pegawai dan pengunjung berhamburan keluar menyelamatkan diri.
"Langsung panik, pada teriak-teriak histeris keluar semua. Kan genting juga sudah pada jatuh, jendela juga pecah," bebernya.
Tak berselang lama pegawai dan pengunjung keluar dari dalam warung, tanah dari atas bukit persis di depan Warung Sate Shinta pun longsor hingga menutup jalan.
"Itu untungnya longsornya ke arah kiri (di sebelah kiri Warung Sate Shinta). Kalau enggak mah saya ikut ketimbun," ungkapnya.
Baca juga: Terjadi 300 Gempa Susulan di Cianjur Pascagempa M 5.6 Senin Pekan Lalu
Kepanikan pegawai dan pengunjung semakin menjadi-jadi. Ia mengaku tak tahu harus berbuat apa dalam kondisi tersebut.
"Gak tahu mau ngapain, cuma bengong saja ngelihat longsor itu. Jalan kan ketutup yang di kiri, yang kanan juga longsor," tuturnya.
Setelahnya, barulah Hasanudin mengetahui banyak korban yang tertimbun longsoran tersebut.
"Ada juga yang lagi kerja (pekerja bangunan) dua orang, itu lagi bikin lesehan gitu. Sampai sekarang belum ditemuin," beber Hasanudin.
Ihwal trauma, Hasanudin mengaku acap kali panik saat gempa susulan yang terus terjadi pasca musibah ini.
"Masih takut, kalau gempa saya langsung panik lari keluar," pungkasnya.
Sumber: Tribun Jakarta