News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Natal dan Tahun Baru 2023

Keluarkan Peringatan Potensi Cuaca Ekstrem di Periode Nataru, BMKG Imbau Pemangkasan Pohon Rapuh

Penulis: Danang Triatmojo
Editor: Johnson Simanjuntak
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati memperingatkan masyarakat potensi cuaca ekstrem selama periode Natal dan Tahun Baru (Nataru).

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengingatkan kepada pemerintah daerah dan masyarakat untuk melakukan pencegahan dampak potensi cuaca ekstrem selama periode Natal 2022 dan Tahun Baru 2023 (Nataru).

BMKG mengimbau agar memperhatikan kondisi pohon, ranting atau dahan pohon yang rapuh untuk dilakukan pemangkasan. 

Selain itu diharapkan adanya penguatan tiang, baliho atau bentuk bangunan rapuh lain agar tidak roboh saat tertiup angin kencang atau dampak lain dari cuaca ekstrem.

“Kami memohon atau mengingatkan semua kondisi pohon dan ranting atau dahan yang sudah rapuh agar dapat dilakukan pemangkasan, menguatkan tegakkan tiang, baliho, atau bentuk-bentuk bangunan yang rapuh agar tidak roboh saat tertiup angin kencang,” ujar Dwikorita dalam konferensi pers seperti ditayangkan Kompas TV, dikutip Rabu (21/12/2022).

Sebagai informasi, berdasarkan hasil monitoring BMKG, didapati perkembangan kondisi cuaca yang sangat berpotensi menjadi ekstrem saat periode perayaan Natal 2022 dan Tahun Baru 2023 (Nataru).

Potensi cuaca ekstrem tersebut dipicu oleh sejumlah fenomena anomali dan dinamika atmosfer yang terjadi secara berbarengan. Diantaranya, memicu peningkatan curah hujan hingga lebat dan dikhawatirkan menuju ekstrem. 

Fenomena tersebut adalah peningkatan aktivitas monsun Asia yang memicu pertumbuhan awan hujan secara signifikan di wilayah Indonesia bagian barat, tengah dan selatan.

Kemudian, intensifikasi atau semakin intensifnya fenomena seruakan dini Asia yang dapat meningkatkan kecepatan angin permukaan di wilayah Indonesia bagian barat dan selatan, serta meningkatkan pembentukan awan hujan menjadi lebih intensif di sektiar Kalimantan, Sumatera, Jawa, Bali hingga Nusa Tenggara.

Selain itu, adanya indikasi pembentukan pusat tekanan rendah di sekitar wilayah perairan selatan Indonesia yang dapat memicu peningkatan pertumbuhan awan konvektif yang masif, dan berpotensi menyebabkan hujan intensitas tinggi dan dikhawatirkan dapat mencapai ekstrem. 

Baca juga: BMKG Sebut 4 Fenomena Picu Potensi Cuaca Ekstrem Saat Periode Natal dan Tahun Baru 2023

Kemudian, terpantaunya aktivitas gelombang atmosfer yaitu fenomena Madden Julian Oscillation, yang merupakan fenomena pergerakan arak-arakan awan hujan dari arah Samudera Hindia di sebelah timur Afrika.

Pergerakan awan ini memiliki jalur lintas Samudera Hindia menuju Samudera Pasifik tapi melewati Kepulauan Indonesia.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini