TRIBUNNEWS.COM– Memiliki penyakit yang berat dan berisiko tentu saja bukan keinginan atau pilihan setiap orang. Namun penyakit tidak tahu kapan dan untuk siapa dirinya datang. Slamet Riyanto (70) di usianya yang sudah tidak lagi muda didiagnosa menderita pneumonia atau lebih umumnya dikenal dengan penyakit paru-paru basah.
Pneumonia adalah peradangan paru-paru yang disebabkan oleh infeksi. Pneumonia menimbulkan gejala ringan hingga berat bagi penderitanya. Beberapa gejala diantaranya yang sering ditemui adalah batu berdahak, demam hingga sesak napas. Infeksi menyebabkan peradangan pada kantong-kantong udara (alveoli) di paru-paru yang mengakibatkan alveoli dipenuhi cairan atau nanah sehingga menyebabkan sulit bernapas.
“Sekitar 2 minggu yang lalu saya sempat dirawat inap di rumah sakit karena batuk yang tidak kunjung henti sehingga membuat kondisi badan saya sangat menurun saat itu. Waktu itu dokter yang memeriksa saya sempat memberitahu bahwa ada yang tidak beres dengan paru-paru saya. Saat itulah terdeteksi bahwa saya menderita pneumonia,” ucap Slamet.
Terkejut dan bingung dirasakan Slamet kala mengetahui dirinya didiagnosa penyakit tersebut. Kekhawatiran akan kesehatannya bertambah saat tahu dirinya harus rutin menjalani perawatan di rumah sakit.
“Orang mana yang tidak kaget saat mengetahui dirinya didiagnosa oleh salah satu penyakit yang berbahaya yang tentunya harus menjalani perawatan yang intensif. Usia saya sudah tidak produktif lagi, saya sempat khawatir saya tidak bisa berobat karena biaya. Untungnya ternyata program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) telah menjamin sepenuhnya biaya perawatan penyakit saya,” kata Slamet.
Kekhawatiran akan biaya berobat telah sirna bagi Slamet berkat hadirnya Program JKN. Dirinya pun bisa tenang dan fokus menjalani pengobatan tanpa perlu dipusingkan oleh biaya. Slamet menyampaikan rasa syukur dan terima kasih kepada pemerintah yang mendaftarkan dirinya menjadi peserta JKN.
“Tentu saja saya sangat bersyukur karena telah terdaftar sebagai peserta JKN, bila tidak saya mana mungkin bisa rutin berobat karena untuk mencara biaya berobat yang mahal bagi orang seperti saya ini. Terima kasih juga kepada pemerintah yang memperhatikan kesehatan warganya dengan mendaftarkannya menjadi peserta JKN seperti saya,” ujar Slamet.