TRIBUNNEWS.COM - Pertemuan kedua kubu Keraton Solo akhirnya terwujud pada Selasa (3/1/2022) setelah 11 tahun tidak saling bertemu.
Sri Susuhunan Pakubuwono XIII pun akhirnya menerima kedatangan Ketua Lembaga Dewan Adat (LDA), GKR Wandansari Koes Moertiyah atau yang akrab disapa Gusti Moeng di Sasana Narendra Keraton Solo.
Adapun pertemuan langka ini diinisiasi oleh cicit pahlawan nasional, Raden Pandji Soeroso, KRAy Herniatie Sriana Munasari.
Dalam pertemuan selama satu jam itu, Gusti Moeng menjelaskan bahwa Sri Susuhunan Pakubowono XIII yang juga merupakan kakaknya sempat menangis.
Baca juga: Kedua Kubu di Keraton Solo Berdamai, Ini Kelanjutan Kasus Penganiayaan yang Dilaporkan ke Polisi
Saat sang kakak menangis, Gusti Moeng mengatakan dirinya menenangkannya.
“Ya Sinuhun nangis ya tak elus-elus aja. Pun mboten sah muwun (Sudah tidak usah menangis). Mboten sah menggalih (Tidak usah berprasangka) ke saya jelek.”
“Saya enggak mungkin apa-apa ke Kang Mas. Kang Mas itu kan yang nyengkuyung (menjunjung tinggi) kita semua,” kata Gusti Moeng dikutip dari Kompas.com.
Pada pertemuan itu, Gusti Moeng menegaskan mau melestarikan Keraton Solo.
Gusti Moeng pun mengaku senang telah bisa bertemu dengan sang kakak setelah 11 tahun tidak pernah berjumpa.
“Ya kalau saya bicara begini sudah berapa tahun. Sejak 2012, rekonsiliasi itu sudah tidak bicara dengan Sinuhun.”
“Baru terus 2017 kita tidak boleh masuk itu ya baru ini,” jelasnya.
Profil Gusti Moeng
Dikutip dari Tribunnewswiki, Gusti Moeng merupakan wanita yang lahir di Solo pada 1 November 1960.
Dirinya merupakan putri dari putra Mahkota Kasunanan Surakarta Hadiningrat, Raden Mas Suryaguritna.
Adapun riwayat pendidikannya, Gusti Moeng merupakan lulusan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Sementara ia merupakan istri dari Ketua Eksekutif Lembaga Hukum Keraton Solo, KP Eddy Wirabhumi.
Baca juga: Dua Kubu yang Berkonflik di Keraton Solo Bertemu setelah 11 Tahun, Ini Pesan PB XIII ke Gusti Moeng
Dalam pernikahannya, Gusti Moeng dikaruniai dua anak yaitu BRAj Lung Ayu dan BRAj Sedhah Mirah.
Di Keraton Solo, ia ditunjuk sebagai Pangageng Sarana Wilapa.
Selain itu, dirinya juga dianugerahi gelar Sri Kabadyan karen dianggap berjasa kepada Keraton Solo.
Gusti Moeng juga berkecimpung dalam dunia politik dengan menjadi anggota DPR RI dari Fraksi Partai Demokrat pada periode 2009-2014.
Dia duduk di Komisi II yang menangani pemerintahan daerah di Indonesia, otonomi daerah, Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri), Badan Pertanahan Nasional (BPN), dan Komisi Pemilihan Umum (KPU).
Pernah Dikunci 3 Hari di Keraton Solo
Sebelum pertemuannya dengan sang kakak, Gusti Moeng pernah menjadi perbincangan publik lantaran dikunci di area Kepuntren Keraton Solo pada 11 Februari 2021 lalu.
Di dalam Kepuntren, ia ditemani oleh Gusti Timoer Rumbai dan dua abdi dalem penari, sentono, dan abdi dalem.
Gusti Moeng pun baru dapat keluar dari Kepuntren tiga hari kemudian.
Dia pun sempat menceritakan kronologi saat dirinya terkunci.
Pada saat itu Gusti Moeng mengaku pulang dari makan siang bersama sang suami.
Lantas, ia melihat mobil berpelat RI 10 terparkir di Kori Kamandungan Keraton Solo.
Secara spontan, Gusti Moeng pun mengikuti mobil yang ternyata pejabat Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK) itu ke Kori Kamandungan.
Baca juga: Sosok 2 Kubu yang Berseteru di Keraton Solo: Paku Buwono XIII dan LDA Pimpinan Gusti Moeng
Ia mengungkapkan tindakannya itu dilakukan lantaran ingin menyampaikan aspirasi terkait surat yang dilayangkan oleh BPK Semarang soal tagihan Laporan Pertanggungjawaban (LPJ) tahun 2018 sampai 2020.
Kemudian saat ingin keluar dari Keputren, ia melihat pejabat BPK membawa kunci dan gembok.
Ternyata akses masuk ke Keputren ditutup seluruhnya.
Kemudian, Gusti Moeng pun berjalan ke Kantonan Dalem Pakubuwono XII dan pintu tidak tertutup.
Lantaran tak bisa keluar, dirinya pun menelpon sang suami.
Selama tiga hari di dalam Keputren, Gusti Moeng dan para abdi dalem Keraton Solo itu tak memperoleh makanan yang cukup.
Baca juga: Profil Pakubuwono XIII, Raja Keraton Solo yang Kini Berdamai dengan Gusti Moeng
Dia juga mengatakan hanya tidur beralaskan tikar dan tak ada penerangan karena listrik dimatikan.
Dirinya baru bisa keluar karena bantuan dari Gusti Sekara dan suami.
Gusti Moeng menegaskan bahwa terkurungnya dirinya bukan karena mengurung diri tetapi dikunci dari luar Kepuntren.
(Tribunnews.com/Yohanes Liestyo Poerwoto/Faisal Mohay)(Tribunnewswiki/Restu Wahyuning Asih)(Kompas.com/Fristin Intan)