Kapten Harjanto dan lima prajurit ALRI gugur dalam peristiwa pertempuran itu.
Kemudian pada 12 mei 1947 di Teluk Sibolga, pasukan pertahanan pantai ALRI Pangkalan Sibolga bersama-sama dengan pasukan TNI di Sibolga, terlibat pertempuran dengan sebuah kapal perang belanda HRMS Banckert yang melanggar kedaulatan perairan RI.
Setelah bertempur dengan gigih selama enam jam, kapal perusak musuh itu dipaksa meninggalkan Teluk Sibolga.
Pada 28 april 1958 di Pelabuhan Balikpapan, Korvet RI Hang Tuah yang akan ditarik dari penugasan operasi menumpas pemberontakan Permesta karena kerusakan mesin, diserang oleh pesawat pembom B-26 Permesta.
Baca juga: TNI AL Kerahkan Kapal Rumah Sakit Evakuasi Ratusan Warga Pulau Bawean yang Terdampak Cuaca Buruk
Korvet yang dikomandani Mayor Laut Ayub Laya itu berusaha menghalau pesawat tersebut dengan senapan mesin kapal.
Karena tidak dapat bermanuver di alur pelabuhan, korvet tidak dapat menghindar dari serangan bom yang menghantam badan kapal dan meledakkan gudang amunisi.
RI Hang Tuah terbakar dan tenggelam dalam serangan itu.
Pada 18 Mei 1958, kapal-kapal ALRI yang tergabung dalam amphibious task group-21 atau atg-21 pimpinan Letnan Kolonel KKO Hunholz terlibat pertempuran dengan pesawat B-26 Permesta di Perairan Ambon dalam perjalanan menuju pertahanan pemberontak Permesta di Morotai.
Serangan bom pesawat musuh itu dibalas dengan tembakan meriam dan mitraliyur anti serangan udara yang terpasang di semua kapal perang.
Pesawat pembom musuh dapat ditembak jatuh dan sekaligus mengakhiri dominasi Permesta di wilayah udara Timur Indonesia.
Pada 15 Januari 1962 di Laut Aru, tiga motor torpedo boat atau MTB yaitu RI Macan Tutul, RI Macan Kumbang, dan RI Harimau menjalankan misi infiltrasi mendaratkan pasukan angkatan darat di pantai sebelah Selatan Fakfak, Irian Barat.
Kehadiran mereka diketahui oleh tiga kapal kombatan Belanda masing-masing HRMS Evertsen, HRMS Kortenaer, dan HRMS Utrecht yang didukung pesawat Neptune.
Baca juga: KSAL: Modernisasi 41 Kapal Perang TNI AL Akan Dilakukan di Indonesia
Pasukan Belanda tersebut mengepung dan membuka serangan udara dengan menembakkan flare dan roket terhadap tiga MTB ALRI.
Komodor Yos Soedarso yang berada di RI Macan Tutul memerintahkan kapal untuk maju menyongsong kedatangan kapal kapal Belanda tersebut.